Senin, 28 Februari 2011

Pembelajaran Menulis Puisi dengan Pendekatan Berbasis Kurikulum



Sebelum memilih teks puisi sebagai bahan ajar, guru perlu melakukan analisis standar kompetensi dan kompetensi yang terdapat dalam standar isi kurikulum. Ini artinya, teks puisi yang dipilih hendaknya benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi.
Dalam Standar Isi (SI) KTSP disebutkan bahwa standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. Berkaitan dengan pengajaran apresiasi dan menulis sastra, peserta didik diharapkan dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri. Sedangkan, guru diharapkan lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya.
Berdasarkan standar kompetensi semacam itu, tujuan pengajaran apresiasi sastra, antara lain: (1) agar siswa dapat menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan (2) agar siswa dapat menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Beranjak dari konsep tersebut, alur  pemilihan teks puisi sebagai bahan ajar dengan menggunakan pendekatan berbasis kurikulum dapat dilihat pada skema berikut ini.
Semangat KTSP yang memberikan kemandiran dan keleluasaan bagi guru dalam mengelola kegiatan belajar-mengajar sebagai perubahan paradigma dalam dunia pendidikan yang diharapkan dapat memacu semangat dan motivasi guru dalam menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran yang bermakna dan bermanfaat bagi pengembangan kompetensi siswa didik. Berkaitan dengan pemilihan teks puisi sebagai bahan ajar, guru juga diharapkan dapat “mengawinkan” antara tuntutan kurikulum dan kemampuan menulis  puisi sehingga kurikulum tidak lagi dianggap sebagai beban, tetapi justru perlu dimanfaatkan sebagai media yang akan mengantarkan siswa sebagai manusia yang berbudaya.

Pembelajaran Menulis Puisi dengan Pendekatan Berbasis Sastra


Meminjam konsep Rahmanto dalam Sawali (2009), setidaknya ada tiga aspek penting yang tak boleh dilupakan dalam memilih bahan ajar puisi, yakni aspek bahasa, kematangan jiwa, dan latar belakang budaya siswa.
a.    Aspek Bahasa
Bahasa puisi bersifat sugestif (penyaranan), asosiatif (pertalian), dan imajis (pembayangan). Meskipun demikian, jangan sampai sifat puisi yang multitafsir memberikan beban bagi siswa dalam menemukan keagungan nilai dan nilai keindahan yang terkandung di dalamnya. Justru perlu dimaknai sebagai nilai tambah yang akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempertajam daya apresiasi sekaligus ”menghidupkan” naluri keindahannya.
Siswa perlu dibekali dengan pemahaman, bagaimana penafsiran itu mesti dilakukan. Tujuannya semata-mata agar hasil apresiasi itu berlandaskan alasan yang logis, argumentatif, dan meyakinkan; juga agar kekayaan makna puisi dapat diungkapkan lebih mendalam.

b.   Aspek Kematangan Jiwa
Aspek kematangan jiwa siswa perlu dipertimbangkan betul ketika seorang guru menentukan teks puisi yang hendak dijadikan sebagai bahan ajar karena akan sangat besar pengaruhnya terhadap siswa. Tahap perkembangan jiwa juga sangat besar pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan masalah yang dihadapi.
Ada beberapa tahap perkembangan jiwa siswa yang perlu dijadikan sebagai rujukan guru dalam menentukan bahan ajar puisi, di antaranya:
1)   Tahap pengkhayal (8-9 tahun): pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata, tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan;
2)   Tahap romantik (10-12 tahun): pada tahap ini, anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mulai mengarah pada realitas, meskipun pandangannya tentang dunia masih sangat sederhana. Selain itu, anak juga telah menyenangi cerita-cerita kepahlawanan, petualangan, atau kejahatan;
3)   Tahap realistik (13-16 tahun): pada tahap ini anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat pada realitas, atau apa yang benar-benar terjadi; mereka mulai terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan nyata;
4)   Tahap generalisasi (16 tahun -…): pada tahap ini, anak sudah berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis sebuah fenomena.
Dalam konteks demikian, teks puisi yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan tahap psikologis siswa yang berada dalam satu kelas. Memang, tidak semua siswa dalam satu kelas memiliki tahapan psikologis yang sama, tetapi setidaknya guru bisa memilih teks puisi yang secara psikologis memiliki daya tarik terhadap minat siswa untuk mengapresiasi puisi.

c.    Aspek Latar Belakang Budaya Siswa
Guru perlu mempertimbangkan latar belakang budaya siswa dalam memilih teks puisi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pengaburan tafsir teks puisi dan penggambaran suasana teks di luar batas jangkauan imajinasi siswa.

Pembelajaran Menulis Puisi dengan Strategi Re-Kreasi


1.      Strategi Re-Kreasi
Istilah “Re-kreasi” dapat diartikan sebagai upaya ‘penciptaan kembali’. Strategi “Re-Kreasi” dalam implementasinya berupaya menerapkan kegiatan ‘penciptaan kembali’. Dalam implementasinya, pengajar memberikan cukup ruang bagi siswa untuk menulis puisi berdasarkan unsur-unsur yang terdapat di dalam puisi lain yang pernah dibacanya. Istilah “re-kreasi” ini semula penulis temukan dalam hubungan strategi strata yang dikenalkan oleh Hilda Taba, yakni (1) tahap penjelaahan, (2) tahap interpretasi, dan (3) tahap re-kreasi.
Strategi “Re-kreasi” dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis kreatif puisi, misalnya: (1) penciptaan kembali sebuah puisi berdasarkan tema puisi lain yang pernah dibaca, (2) penciptaan kembali puisi berdasarkan nada puisi lain yang pernah dibaca, (3) penciptaan kembali sebuah puisi berdasarkan suasana puisi lain, dan (4) penciptaan kembali puisi berdasarkan latar puisi lain.
a.       Implementasi Strategi “Re-kreasi” Berdasarkan Tema Puisi Lain
Dalam implementasi strategi “Re-kreasi” sebaiknya selalu dihubungkan dengan kemungkinan mengemabangkan keterampilan berbahasa siswa, yakni kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Selain itu, pengimplementasian strategi “Re-kreasi” ada baiknya diarahkan untuk mengembangkan cipta, rasa, karsa, dan menunjang pembentukan watak siswa.
Berpangkal tolak dari tema yang sama, pengajar dapat mengarahkan siswa untuk mengiplementasikan strategi “Re-kreasi”. Dalam pengimplementiannya, siswa tidak melakukan rekonstruksi pemandangan alam Priangan, melainkan diarahkan pada upaya mengapresiasi dan menyerap keindahan di tempat asal siswa.
Penuangan gagasan tentang keindahan alam ke dalam wujud puisi, secara langsung atau tidak langsung, dapat mengembangkan daya cipta, rasa, dan karsa bahkan dapat membentuk watak, yakni cinta pada tempat tinggalnya, tempat kelahirannya, atau kekayaan panorama yang dibanggakannya. Selanjutnya, pengajar dapat menindaklajuti dengan pemberian tugas mencipta puisi berdasarkan tema-tema yang sama. Dalam konteks ini, siswa dapat ditugasi menulis puisi berdasarkan tempat-tempat yang dapat menggugah rasa estetis. Puisi-puisi karya siswa ini sebaiknya dibacakan, dibicarakan, dipajang pada majalah dinding atau majalah, atau diantologikan.
Kegiatan-kegiatan itu dapat menumbuhkan motivasi dan nilai-nilai positif. Kegiatan seperti ini sejalan dengan tujuan pembelajaran dan dapat menciptakan situasi pembelajaran yang apresiatif, aspiratif, kondusif, dan edukatif. Berpangkal tolak dari tema puisi lain, selanjutnya pengajar dapat memperluas ranah tema: cinta tanah air, petualangan, kepahlawanan, patriotisme, dan lain-lain. Hal yang selayaknya menjadi catatan pengajar ialah: implementasi strategi “Re-Kreasi” berdasarkan persamaan tema atau pengembangan tema menuntut pengajar berpandangan luas, adil, dan bersikap “ngemong” dan dapat membimbing, memandu, mengajak, serta mengarahkan siswa mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Selain itu, sebaiknya pengajar memiliki pengalaman menulis puisi dan memiliki dasar-dasar apresiasi puisi yang memadai.

b.      Implementasi Strategi “Re-kreasi” berdasarkan Nada Puisi
Nada puisi ialah cara penyair mengungkapkan pikiran dan perasaannya (Jacob Sumardjo, 1986). Nada tulisan mengungkapkan keadaan jiwa atau suasana hati penulisnya. Setiap puisi yang ditulis oleh penyair tentu memiliki nada yang khas, sesuai dengan keadaan penyair bersangkutan.
Perasaan kagum itu dingkpkannya dengan pelikisan detail-detail keindahan. Pengungkapan detail-detail keindahan alam dilakukan oleh penyair seperti kerja seorang kameramen yang meyorot detail-detail keindahan alam.
Berpangkal tolak dari sikap mengangumi alam tersebut, pengajar menugasi siswa untuk ‘mengabadian’ berbagai perasaan ke dalam puisi. Guru memberikan ruang dan kesempatan yang luas bagi siswa untuk mengeksplorasi berbagai sikap berdasarkan implmentasi strategi “Re-kreasi”.
Dengan strategi “Re-kreasi” berdasarkan nada puisi lain, siswa dapat secara leluasa bersikap. Sikap-sikap yang diekspresikan oleh siswa merupakan manifestasi berbagai sikap siswa dalam menghadapi berbagai peristiwa nyata. Implementasi strategi “Re-kreasi” berdasarkan nada puisi lain dapat mendukung peningkatan empat keterampilan berbahasa dan mendukung pengembangan daya cipta, kreativitas, dan dapat memperkokoh pembentukan watak yang secara kultural, ideologis, dan pragmatis amat berguna bagi pembentukan pribadi paripurna.

c.       Implementasi Strategi “Re-kreasi” Berdasarkan Suasana Puisi
Suasana dalam konteks ini mengandung pengertian ‘perasaan penyair’ pada saat menulis puisimenyiratkan bagaimana suasana perasaan terpesona terhadap alam. Berdasarkan suasana yang sama (atau berbeda) pengajar dapat merancang implementasi strategi “Re-kreasi”. Guru dapat merancang pembelajaran menulis kreatif puisi berdasarkan rasa kagum kepada pemimpin, tokoh-tokoh masyarakat, pahlawan, dan lain-lainnya.

d.      Implementasi Strategi “Re-kreasi” Berdasarkan Latar Puisi
Latar berhubungan dengan segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra. Latar dalam puisi berupa keadaan sosial, sejarah, dan sebagainya yang menjelaskan terjadinya sesuatu. Sebagai variasi, pengajar dapat mengarahkan siswa untuk melaksanakan “Re-Kreasi” (penciptaan kembali) berlatar kota-kota di Indonesia atau yang terdekat dengan lokasi pembelajaran berlangsung.
Puisi sebagai karya kemanusiaan yang kreatif, imajinatif, dan sugestif dapat berfungsi memberikan pengaruh positif terhadap cara berpikir orang mengenai baik dan buruk, mengenai benar dan salah, dan mengenai cara hidupnya sendiri serta bangsanya. Pembelajaran penulisan kreatif puisi sebagai sarana pembentukan pribadi, baik diarahkan pada upaya pembentukan watak dan pribadi yang kreatif berbasis pengembangan emosi dan spiritual.
Sebagai tindak lanjut implementasi strategi “Re-kreasi”, sebagai penambah pengalaman individu, pengajar dapat memilih dan memilah bahan berupa puisi yang bercorak lirik, epik, atau dramatik. Puisi berjenis lirik dikenal puisi yang tergolong kognitif, afektif, dan ekspresif. Dalam puisi epik dikenl puisi berupa epos, fabel, dan balada. Dalam puisi dramatik dikenal ode, himne, elegi, satir, dan parodi. Bahan-bahan itu dapat dilatihkan dan pembelajar melakukan eksplorasi seluas-luasnya. Dalam pengimplementasian strategi “Re-kreasi” dapat ditempuh tahap (1) penjelajahan, (2) tahap interpretasi, dan (3) tahap rekreasi.
Bahan-bahan pembelajaran dalam pengimplemasian strategi “Re-kreasi” perlu diusahakan secara bervariasi. Variasi bahan-bahan pembelajaran untuk “merangsang” dalam pembelajaran menulis kreatif puisi hendaknya mempertimbangan (1) bahasa, (2) psikologi siswa, dan (3 latar belakang budaya yang sesuai dengan kondisi siswa.

Pembelajaran Menulis Puisi dengan Teknik Pengamatan Objek Langsung


Model pembelajaran lingkungan yang dapat dilakukan di sekitar sekolah tanpa mengeluarkan biaya yang banyak. Di samping itu, waktu yang dibutuhkan efisien secukupnya. Lingkungan sebagai media pengajaran pada dasarnya memvisualkan fakta gagasan, kejadian, peristiwa dalam bentuk tiruan dari keadaan sebenarnya untuk dibahas di kelas dalam membantu proses belajar mengajar.
Di lain pihak, guru dan siswa dapat mempelajari keadaan sebenarnya di luar kelas dengan menghadapkan para siswa kepada lingkungan yang aktual untuk dipelajari, diamati dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar. Cara ini lebih bermakna disebabkan siswa dihadapkan pada peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami lebih nyata, lebih aktual, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari kegiatan mengamati lingkungan sekitar di antaranya:
a.       kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk dikelas berjam-jam sehingga motivasi siswa dalam belajar akan lebih tinggi,
b.      hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami,
c.       bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya sehingga lebih aktual,
d.      kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati berwawancara, membuktikan, mendemonstra-sikan menguji fakta, dan lain-lain,
e.       sumber belajar menjadi kaya sebab lingkungan yang data dipelajari, dan
f.       siswa dapat memahami dan menghayati aspek kehidupan yang ada di lingkungannya sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di sekitarnya serta dapat memupuk cinta lingkungan.
Lingkungan benar-benar dimanfaatkan sehingga guru harus membagi waktu agar efisien dalam pembelajaran. Langkah-langkah yang harus ditempuh adalah:
1)      Langkah Persiapan
Ada beberapa prosedur yang harus ditempuh pada langkah persiapan ini adalah:
-       Guru menentukan tujuan yang diharapkan dicapai oleh para siswa, dan siswa diberitahu tujuan dari pembelajaran tersebut, agar siswa mengerti tujuan yang akan dilakukannya.
-       Menentukan objek yang akan diamati. Dalam hal ini guru menentukan objek yang sekiranya cocok untuk pembelajaran menulis puisi. Diuusahakan objek yang diamati adalah objek yang dekat dengan sekolah agar tidak membutuhkan waktu lama.
-       Menentukan cara belajar siswa dalam mengamati objek. Oleh karena itu siswa dapat bekerja dengan baik dan dapat mengerjakan sesuai dengan yang diharapkannya.
2)      Langkah Pelaksanaan
Pada langkah ini dilakukan kegiatan pembelajaran di tempat objek yang telah dipilih. Siswa mengamati objek secara langsung kemudian mengungkapakan apa yang dilihat, apa yang dirasakan oleh siswa, setelah itu perasaan atau objek yang dilihatnya dituangkan dalam bahasa puitis.
3)      Tindak lanjut
Setelah melakukan pengamatan objek dan megerjakan apa yang ditugaskan oleh guru, yaitu menulis puisi berdasarkan objek secara langsung maka siswa diharapkan untuk kembali ke kelas. Di dalam kelas, guru mencoba melihat hasil dari yang dilakukan siswa dengan melihat hasil puisi yang telah dituliskan oleh siswa. Agar seluruh siswa mengetahui kesalahan yang telah ditulisnya, guru menyuruh salah satu siswa untuk membacakan hasil puisi. Siswa yang lainn menilai atau mengoreksi pekerjaan teman. Program yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran sebagai berikut.
a)      Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini dilakukan dalam pembelajaran menulis puisi adalah menentukan tema. Dalam hal itu peneliti menentukan tema lingkungan. Pembelelajaran yang dilakukan dengan teknik pengamatan objek secara langsung, siswa langsung berada dalam objek secara langsung di lingkungan sekolah yang cocok untuk pembelajaran sesuai dengan tema yang telah ditentukan.

b)      Tindakan
Kegiatan pembelajaran dilakukan selama pembelajaran menulis puisi berlangsung. Pembelajaran menulis puisi ini dilakukan dengan teknik pengamatan objek secara langsung. Pada pembelajaran ini dilakukan pengambilan data tes. Dalam pengambilan tes dengan tujuan untuk melatih siswa dalam menuls puisi.
Adapun tahap-tahap yang dilakukan sebagai berikut.
(1)   Menentukan tema; Tema menulis puisi pada siklus pertama adalah lingkungan.
(2)   Menentukan tujuan menulis; Tujuan menulis puisi adalah agar para dapat mengetahui keadaan, suasana, serta gambaran dari lingkungan yang diamati penulis puisi tersebut.
(3)   Mengumpulkan data atau bahan tulisan; Dalam pengumpulkan atau bahan tulisan yang digunakan untuk menulis puisi dilakukan dengan pengamatan objek secara langsung.
(4)   Menulis Puisi; Setelah melakukan pengamatan, kemudian siswa menuliskan, dalam bentuk puisi.

c)      Pengamatan atau observasi
Pengamatan yang dilakukan disini adalah pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan siswa selama penelitian berlangsung dalam pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan teknik pengamatan objek secara langsung, yaitu dapat mengetahui siswa yang lancar dan paham, kemudian siswa yang belum paham dalam penulisan puisi.

d)      Refleksi
Pada kegiatan refleksi, dikaji hasil puisi dan perilaku siswa. Hasil refleksi yang ditemukan nantinya dimanfaatkan untuk mencari cara termudah dalam menulis puisi.

Penelitian Kausal Komparatif (Ex Post Facto)

BAB I PENDAHULUAN A.   Latar Belakang Masalah Dalam penelitian pendidikan setidaknya dikenal dua jenis penelitian , ya itu penel...