Tampilkan postingan dengan label PEMBELAJARAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PEMBELAJARAN. Tampilkan semua postingan

Rabu, 11 Januari 2012

CHOOSING YOUR COURSEBOOK



PEMBAHASAN CHOOSING YOUR COURSEBOOK
Alan Cunningworth
 
Kajian Kurikulum dan Pengembangan Materi Ajar

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd.


Disusun oleh:

Andri Wicaksono

PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
Sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara maka landasan dan arah kebijaksanaan dasar dari pembangunan di bidang pendi­dikan  dan  pembinaan  generasi  muda  adalah  sebagai   berikut.
1.      Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
2.      Pembangunan di bidang pendidikan didasarkan atas landasan falsafah negara Pancasila dan diarahkan untuk mem­bentuk manusia-manusia pembangunan yang berpancasila dan untuk membentuk manusia-manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam Undang-undang Dasar 1945.
3.      Agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masing-masing individu, maka pen­didikan adalah menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
4.      Untuk mencapai tujuan pendidikan, kurikulum di semua tingkat pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan-perguruan tinggi baik negeri maupun swasta harus berisikan pendidikan moral Pancasila dan unsur-unsur yang cukup untuk meneruskan jiwa dan nilai-nilai 1945 kepada ge­nerasi muda. Demikian  pula  pendidikan agama dimasukkan  ke dalam kurikulum di sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan universitas-universitas negeri.
5.      Peningkatan mutu pendidikan terutama diusahakan pada tingkat-tingkat pendidikan dasar dan menengah melalui penguatan mata-mata pelajaran bahasa, ilmu pengetahuan alam, matematika, dan pengetahuan sosial. Hasil-hasil peninjauan kembali mata-mata pelajaran tersebut dituangkan dalam se­jumlah buku pelajaran pokok (buku teks) dan pegangan guru yang sudah teruji. Dalam kurikulum mata-mata pelajaran pokok tersebut sekaligus dapat diintegrasikan pengetahuan dan pengertian baru tentang kebutuhan-kebutuhan pembangunan nasional dan daerah.

Kenapa dan Kapan Adaptasi Buku Ajar
Pada dasarnya usaha-usaha peningkatan mutu pendidikan adalah meliputi pengadaan buku-buku pelajaran pokok beserta buku-buku pegangan guru, penataran tenaga-tenaga pengajar dalam rangka pengembang­an kurikulum, penggunaan buku-buku teks, pengadaan perpus-takaan sekolah, dan pemberian perlengkapan alat-alat peraga serta sarana-sarana pengembangan ketrampilan dan keahlian lainnya yang diperlukan oleh masing-masing tingkat dan jenis pendidikan.
Peran buku Ajar menurut Kholid A. Harras.
·         Bagi siswa, buku ajar menjadi sumber belajar utama.
·         Bagi guru, berfungsi sebagai salahsatu sumber pembelajaran.
·         Menyediakan struktur dan penerapan silabi program pembelajaran.
·         Menjadi rujukan standar pembelajaran.
·         Melihara kualitas pengajaran dan pembelajaran.
·         Menyediakan berbagai sumber.
·         Membuat murid tertarik secara visual.
Bagaimana caranya supaya unsur kebahasaan dapat diajarkan tanpa mengurangi kompetensi dasar atau menambah jam pelajaran sesuai waktu efektif yang telah ditentukan kurikulum? Salah satu caranya adalah dengan menyelipkan setiap unsur kebahasaan ke dalam setiap kompetensi dasar yang mempunyai keterkaitan antara keduanya. Pendistribusian unsur kebahasaan ini harus dipertimbangkan secara matang dan secara keseluruhan sehingga tidak tumpang tindih dan menyita waktu yang akhirnya akan terjadi pembengkakan waktu sebuah kompetensi dasar. Apabila hal ini terjadi, maka ketuntasan pencapaian kurikulum dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran juga akan terhambat.



Penambahan dan penggantian materi
Materi disini tidak hanya cukup dalam suatu bidang tertentu atau yang berhubungan dengan bidang dalam suatu hal yang sesuai. Pilihan ini bertujuan untuk menemukan materi tambahan dari sumber lain yang diterbitkan atau untuk mengasilkan materi hasil pemikiran kita sendiri. Disini kita akan menekankan pada materi tambahan.
Sebuah buku pegangan dibutuhkan untuk pemenuhan dalam suatu bidang yang berbeda, meliputi:
1.      Membaca
2.      Mendengarkan
3.      Pengucapan
4.      Perbendaharaan kata
5.      Grammar
Penambahan keterampilan didasarkan menurut tingkatannya, hal tersebut akan menjadi upaya yang relatif untuk mencocokan tingkatan penambahan materi untuk tingkat pembelajar dan buku pegangan. Sebuah keuntungan penggunaan materi berdasarkan tingkatan adalah mempermudah menemukan  latihan pada tingkatan yang lebih rendah atau lebih tinggi dibandingkan dengan buku pegangan yang biasa digunakan. Hal ini akan mengakomodasi siswa dengan latar belakang profil yang berbeda yang memerlukan perbaikan atau kemampuan kerja yang lebih dalam suatu bidang ketrampilan tertentu.
Disana masih terdapat beberapa mata pelajaran umum yang tidak meliputi pengucapan dengan sepenuhnya dan sistematik sebagai sesuatu yang penting. Semua aspek pengucapan pada tingkat yang berbeda dan dengan persamaan kasus. Perbendaharaan kata digunakan lebih lengkap dalam buku pegangan yang moderen dibandingkan buku yang terdahulu, tetapi masih tetap mencakup untuk menggunakan materi penambahan perbendaharaan kata yang dipelajari. Hal ini dapat menjadi mata rantai dalam suatu topik tertentu  di dalam buku pegangan yang utama. Ini adalah suatu persetujuan yang mungkin fleksibel, sebagai pembelajar yang dapat memilih, antara individu atau kelompok, dimana tetap fokus pada penambahan perbendaharaan kata. Bukunya seperti The Heinemann English Wordbuilder (Wellman 1992) dan Wordpower (Cunningsworth dan Ferst 1982) yang digunakan sebagai sumber materi tambahan untuk perbendaharaan kata. Materi tambahan untuk perbendaharaan kata sangat penting untuk mengecek tingkatan materi dan mencocokannya untuk siswa, tetapi materi yang memiliki level yang tinggi dapat digunakan ketika fokus pada perbendaharaan kata, karena perbendaharaan kata tidak menghasilkan kesulitan, hal ini sangat sederhana dalam meningkatkan kualitas.
Kebanyakan buku pegangan sepenuhnya meliputi tata bahasa, tetapi masih banyak kesempatan ketika menambahkan tatabahasa yand dibutuhkan atau pendekatan yang diperlukan. Buku pegangan yang utama menggunakan pendekatan induktif untuk mengajarkan grammar (contohnya siswa belajar berdasarkan aturan), beberapa siswa akan mendapat keuntungan dari penambahan materi dam mendapatkan penjelasan secara benar tentang aturan penggunaan bahsa secara benar dengan latihan dari masing – masing grammar. Sebuah contoh yang bagus tentang materi ini berasal dari buku English Grammar in Use (Murphy, 1994).
Hal tersebut tidak jadi masalah dalam latihan dibuku grammar yang biasa digunakan untuk membuat sebuah kalimat, yang mana sangat berguna untuk latihan grammar dan buku jenis ini sangatlah tepat untuk siswa. Tetapi disana tidak terdapat model pembelajaran bahasa yang komunikatif dan tidak dilengkapi dengan latihan yang komunikatif untuk siswa.. karena alasan ini buku grammar dan buku pendukung yang lain yang terbaik yang digunakan yang berhubungan dengan buku pegangan yang komunikatif.
Tujuan Pengajaran Bahasa Indonesia (PBI) disesuaikan dengan peran dan fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia, yakni: (1) sarana pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, (2) sarana peningkatan pengetahuan dan ketrampilan berbahasa Indonesia dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah, (5) sarana pengembangan penalaran.
Berdasarkan peran dan fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini disusunlah tujuan pengajaran Bahasa Indonesia secara umum dan khusus, serta tujuan setiap kelas.
Sebagai tindak lanjut diberlakukannya kurikulum, Kemendiknas menerbitkan buku pelajaran bagi siswa. Buku yang dipakai pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar saat ini yakni buku Lancar Berbahasa Indonesia sebagai buku pegangan utama (buku paket) yang dalam penelitian ini disebut buku teks. Buku tersebut tampaknya merupakan buku wajib di sekolah. Semua sekolah mendapatkan buku secara cuma-cuma dari pemerintah sebagai buku pelajaran.
Buku teks Bahasa Indonesia merupakan buku pegangan guru dalam menyajikan materi kurikulum. Dalam Buku teks Bahasa Indonesia disajikan materi pelajaran dalam bentuk unit-unit pelajaran. Pada setiap unit dituliskan tema dan pembelajaran. Materi pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mencakup membaca, menulis sambung serta membuat karangan singkat. Baik berupa karangan bebas hingga mengarang dengan ilustrasi gambar. Sampai ke tingkat-tingkat selanjutnya pola yang digunakan juga praktis tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pengajaran Bahasa Indonesia yang monoton telah membuat para siswanya akan merasakan gejala kejenuhan akan belajar Bahasa Indonesia. Hal tersebut diperparah dengan adanya buku paket yang menjadi buku wajib. Sementara isi dari materinya terlalu luas dan juga cenderung bersifat hafalan yang membosankan. Inilah yang kemudian akan memupuk sifat menganggap remeh pelajaran Bahasa Indonesia karena materi yang diajarkan hanya itu-itu saja.
Siswa dan guru memerlukan bahan bacaan yang mendukung pengembangan minat baca, menulis dan apreasi sastra. Untuk itu, diperlukan buku-buku bacaan dan majalah sastra yang berjalin dengan pengayaan bahan pengajaran Bahasa Indonesia.
Kompetensi dasar yang terdapat di dalam kurikulum merupakan batas minimal yang harus diberikan kepada siswa. Artinya, dalam kurun waktu tertentu, seorang siswa harus menguasai sejumlah kompetensi dasar minimal yang telah ditetapkan kurikulum. Hal ini berarti, seorang guru berhak menambahkan materi pelajaran yang dapat menunjang ketercapaian sebuah kompetensi dasar. Penambahan materi pelajaran dapat dilakukan dengan cara menambahkan satu atau dua indikator yang berisi unsur kebahasaan yang menunjang kompetensi dasar tersebut.
Penambahan unsur kebahasaan ini dapat dijumpai di beberapa buku paket mata pelajaran bahasa Indonesia. Banyak buku yang menambahkan sebagai kegiatan awal sebelum memasuki kegiatan inti. Penambahan ini diharapkan dapat mempermudah siswa dalam penguasaan materi pelajaran sekaligus sebagai sarana mengingat kembali materi yang telah dipelajari siswa.
Dalam menambahkan unsur kebahasaan ke dalam setiap kompetensi dasar hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah dan kemampuan siswa karena pada prinsipnya penambahan ini bertujuan untuk mengefektifkan proses pembelajaran dan untuk mempermudah siswa dalam penguasaan kompetensi dasar.
Penambahan unsur kebahasaan ini dapat dijumpai di beberapa buku paket mata pelajaran bahasa Indonesia. Banyak buku yang menambahkan sebagai kegiatan awal sebelum memasuki kegiatan inti. Penambahan ini diharapkan dapat mempermudah siswa dalam penguasaan materi pelajaran sekaligus sebagai sarana mengingat kembali materi yang telah dipelajari siswa.

Sebuah aturan baru untuk buku pegangan: inspirasi dan kreatif
Dalam dunia pendidikan, buku merupakan bagian dari kelangsungan pendidikan. Dengan buku, pelaksanaan pendidikan dapat lebih lancar. Guru dapat mengelola kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien lewat sarana buku. Siswa pun dalam mengikuti kegiatan belajar dengan maksimal dengan sarana buku. Bahkan, administratur pendidikan dapat mengelola pendidikan dengan efektif dan efisien dengan berpedoman ada aturan-aturan dan lebijakan yang tertuang dalam buku, misalnya pedoman pelaksanaan pendidikan dan kurikulum. Atas dasar itulah, bangsa-bangsa Eropa (yang termasuk bangsa maju) berpendapat bahwa ”education without book is unthinkable”.
Sebagai bangsa yang maju, kita patut tidak berseberangan pendapat dengan bangsa Eropa tentang buku. Buku hendaknya menjadi perhatian utama, mulai dari pengadaan (baca: penulisan), penggandaan, sampai dengan penyeberannya.
Dari segi pengadaan, buku-buku yang ditulis hendaknya diarahkan pada peningkatakan wawasan dan perkembangan jiwa yang positif, tidak hanya masalah iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi), tetapi juga masalah sosial dan imtak (iman dan takwa). Dengan demikian ada keseimbangan antara perkembangan pemikiran dan kejiwaaan. Inilah yang biasa disebut ”manusia utuh” itu. Dari segi penggandaan, buku-buku yang telah ditulis hendaknya diproduksi secara proporsional dan memadai. Oleh karena tu, pemerintah hendaknya mengalokasikan anggaran yang cukup untuk itu. Pihak swasta pun sebaiknya terlibat dalam penggandaan ini walaupun dalam bentuk transaksi bisnis. Dari segi penyebaran, buku yang telah digandakan hendaknya disebarkan secara merata. Jangan hanya diarahkan ke kota-kota besar saja. Daerah terpencil justru mendapatkan perhatian utama. Dengan demkian, akan terjadi pemerataan perkembangan pola pikir dan wawasan. Terkait dengan penyebaran buku ini, niat pemerintah untuk program buku murah perlu mendapatkan apresiasi positif dari masyarakat.
Buku-buku yang dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan bermacam-macam. Namun demikian, apabila dilihat dari segi isi dan fungsinya, buku pendidikan setidak-tidaknyanya dapat dibedakan menjadi tujuh jenis, yaitu sebagai berikut.
a.       Buku acuan, yaitu buku yang berisi informasi dasar tentang bidang atau hal tertentu. Informasi dasar atau pokok ini bisa dipakai acuan (referensi) oleh guru untuk memahami sebuah masalah secara teoretis.
b.      Buku pegangan, yaitu buku berisi uraian rinci dan teknis tentang bidang tertentu. Buku ini dipakai sebagai pegangan guru untuk memecahkan, menganalisis, dan menyikapi permasalahan yang akan diajarkan kepada siswa.
c.       Buku teks atau buku pelajaran, yaitu buku yang berisi uraian bahan tentang mata pelajaan atau bidang studi tertentu, yang disusun secara sistematis dan telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu, orientasi pembelajaran, dan perkembangan siswa, untuk diasimilasikan. Buku ini dipakai sebagai sarana belajar dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
d.      Buku latihan, yaitu buku yang berisi bahan-bahan latihan untuk memperoleh kemampuan dan keterampilan tertentu. Buku ini dipakai oleh siswa secara periodik agar yang betrsangktan memiliki kemahiran dalam bidang tertentu.
e.       Buku kerja atau buku kegiatan, yaitu buku yang difungsikan siswa untuk menuliskan hasil pekerjaan atau hasil tugas yang diberikan guru. Tugas-tugas ini bisa ditulis di buku kerja tersebut atau secara lepas.
f.       Buku catatan, yaitu buku yang difungsikan untuk mencatat informasi atau hal-hal yang diperlukan dalam studinya. Lewat buku catatan ini siswa dapat mendalami dan memahami kembal dengan cara membaca ulang pada kesempatan lain.
g.      Buku bacaan, yaitu buku yang memuat kumpulan bacaan, informasi, atau uraian yang dapat memperluas pengetahuan siswa tentang bidang tertentu. Buku ni dapat menunjang bidang studi tertentu dalam memberikan wawasan kepada siswa.
Begitu pentingnya buku dalam pendidikan, pada tahun 2008 Pemerintah mencanangkan buku murah dalam bentuk buku elektronik (e-book) yang diberi nama Buku Sekolah Elektronik (BSE). Buku yang hak ciptanya telah dibeli Pemerintah ini dapat diakses oleh siapa saja secara gratis. Buku Sekolah Elektronik (BSE) atau buku elektronik (e-book) merupakan salah satu sarana penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu permasalahan perbukuan dalam era otonomi daerah dewasa ini adalah ketersediaan buku yang memenuhi standar nasional pendidikan dengan harga murah yang dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Dalam rangka menyediakan buku yang memenuhi standar nasional pendidikan, bermutu dan murah.
Pandangan yang moderat terhadap buku teks.
a.       ”No one textbook is the best for all situation”
Argumentasi ini bisa dimaklumi sebab pada kenyataan memang tidak ada satu pun buku teks yang ampuh untuk semua situasi dan kondisi. Namun demikian, keterbatasan ini tidak boleh dipakai sebagai “kambing hitam” untuk tidak menggunakan buku teks. Keterbatasan ini harus diantisipasi guru pada saat mengasimilasikannya di kelas. Yang peru dipahami adalah buku teks merupakan sarana untuk mencapai tujuan pengajaran dan buku teks bukanlah pengajaran. Oleh karena itu, buku teks tidak bisa mengajar. Yang bisa mengajar adalah guru lewat sarana antara lain buku teks.
b.      Tidak ada buku teks yang betul-betul bisa memenuhi harapan kurikulum.
Pernyataan ini pun bisa dimaklumi. Memang tidak ada satu pun buku teks yang bisa memenuhi kebutuhan kurikulum secara total. Buku teks hanyalah salah satu sarana bukan satu-satunya sarana untuk memenuhi kebutuhan kurikulum. Walaupaun Garis-garis besar Program pengajaran (GBPP) atau silabus pada kurikulum tertentu dipakai sebagai acuan penyusunan bahan ajar pada buku teks, tetap tidak bisa menjamin bahwa buku teks dapat memenuhi kebutuhan kurikulum secra total. Sebab, faktor-faktor lain di luar buku teks juga ikut menentukannya, yaitu guru pemakai buku teks, siswa sasaran, situasi dan kondisi sekolah, dan aspek-aspek lainnya.
c.       Tidak ada satu pun buku teks yang cocok untuk semua jenjang pendidikan.
Pernyataan ini tidak mengada-ada, bahkan bisa dimakluminya. Buku teks memang disusun dengan mempertimbangkan program tertentu, jenjang pendidikan tertentu, dan pola pikir siswa tertentu. Akibatnya, buku teks hanya cocok untuk “sasaran” tetentu saja.
Pandangan ketiga inilah yang memandang buku teks secara lebih objektif dan rasional. Sebab, buku teks akan berpran secara maksimal apabila memenuhi criteria ideal dan diasimilasikan oleh guru yang professional.
Ketika mengevaluasi sebuah buku pegangan kita melihat kelebihan dan kelemahan dan untuk apa hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan kita. Kita juga bisa menjelejahi  sejauh mana hal tersebut menawarkan kemungkinan dalam suatu pengembangan. Beberapa buku pegangan terdiri dari banyak gagasan atau ide – ide untuk mengajar, tetapi kenyataanya, dalam suatu buku mungkin tidak menjadi sesuatu yang menarik dalam kelas.
Buku pegangan mengacu pada aturan baru, sebagai”Kumpulan Gagasan”, berupa sumber ide yang praktikal untuk mengajar dan suatu stimulus inspirasi untuk guru yang kreatif.  keuntungan yang didapat dari hubungan buku pegagangan dan guru adalah buku pegangan tidak diharapkan apakah buku itu digunakan dengan manifestasi yang baik atau tidak dan pengguna dari materi tersebut adalah siswa dikelas dan guru dapat melakukan pengembangan materi sesuai dengan gagasannya yang diperoleh dari buku. Hal ini akan membantu guru untuk bekerja lebih personal dan kreatif dengan kepercayaan diri dan dengan keasliannya.
Ketika akan mencari materi yand akan dipilih dari buku pegangan, harus dilihat dari materi yang akan digunakan yang didasarkan pada suatu gagasan dan  ketepatannya ,harus disesuaikan dengan situasi mengajar karena hal ini merupakan pokok bahasan dan gaya dalam mengajar. Pendekatan yang positif untuk mempublikasikan suatu materi dapat dilihat dari keseluruhan ide yang bagus dan dapat pula dikembangkan. Jika ide pokoknya bagus, itu akan memungkinkan digunakan pada pokok bahasan yang berbeda, dengan kontekstual atau fokus pada ketrampilan yang berbeda pula.
Berdasarkan contoh tersebut dalam menggambarkan materi yang dapat diadaptasi tetapi tidak digunakan sebagai model yang ditentukan. Materi ini diharapkan dapat membuat pembaca menjadi antusias untuk menggunakan  kemampuan kreatif mereka dalam mengadaptasikan buku pegangan mereka ketika mereka menganggap hal tersebut menjadi sesuatu yang dianggap penting.
Guru yang kreatif senantiasa mencari pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi lain yang sesuai. Bermain peran merupakan salah satu alternative yang dapat ditempuh. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu model yang dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran diarahkan pada pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.

Beberapa contoh materi yang mengalami penyesuaian
Latihan yang terus menerus dan diberikan pada prakteknya dalam penggunaan to have to dengan referensi masa sekarang dan masa yang akan datang. Bentuk yang lebih formal, luas dan pengulangan menggunakan have to dalam suatu pidato informal, tetapi objek latihan ini adalah untuk melatih susunan yang berhubungan dengan kontek yang digunakan. Di sana tidak ada situasi yang dirancang. Meskipun kita mengetahui siapa orang yang sedang berbicara. Mereka tidak teridentifikasi, sehingga disana tidak ada komunikasi sebagai latihan yang di dengar di kelas. Hal ini adalah suatu cara yang mekanik, sebelum aktivitas berkomunikasi dan selama kita mewujudkan ini,Materi ini akan sangat bermanfaat.
Berangkat dari latihan sebagai point yang pertama, kita dapat mengembangkan gagasan dan membuat interaksi komunikasi yang lebih nyata oleh konten yang personal, selama mengacu pada tata cara. Ini adalah cara untuk melakukannya:
a.       Meminta  pada siswa tentang tugas yang dikerjakan dan tulislah dipapan tulis sebagai sebuah daftar.
b.      Meminta pada siswa untuk membagi daftar tersebut kedalam dua jenis, yaitu sesuatu yang mereka suka lakukan dan sesuatu yang mereka tidak suka lakukan( dilakukan sebagai kegiatan kelompok atau kegiatan di kelas secara keseluruhan)
c.       Fokus pada tugas dan memberikan beberapa contoh penggunaan have to untuk present dan future (will) dalam bentuk kaloimat positif dan kalimat kata Tanya.
d.      Siswa kemudian bekerja berpasangan atau kelompok kecil kemudian bertanya dan menjawab pertanyaan.
Do you have to … today? And will you have to… tomorrow?
e.       Mengenalkan kalimat I always have to dan memberikan contohnya.
f.       Siswa memberikan responnya yang meliputi (penggunaan have to secara natural). Contohnya: I have to do my homework today and I’ll have to do my homework tomorrow. I always to do my homework.
g.      Jika siswa telah bisa dan dapat mngembangkannya dalam kalimat yang lebih komplek, seperti kalimat I always have to finish my homework before I’m allowed to watch TV go out with my friend.
Bagian penting dari point ini adalah siswa dapat berbicara tentang pengalamannya dalam kehidupan sehari – hari dan dapat berkomunikasi dengan orang lain menggunkan bahasa inggris, dan terkadang fokus pada penggunaan susunannya.

Penggunaan konten yang otentik
Konten otentik buakanlah sesuatu yang dapat membuat bingung seperti materi aslinya. Otentik konten digunakan kenyataan dan untuk membangun konten informasi. Bahsa yang digunaksn dalam konten otentik merupakan bahasa asli, semi otentik atau bahasa yang khusus yang digunakan oleh penulis, tergantung tingkatannya. Sebuah artikel yang sanagat menarik pada halaman 142 – 143 yang dikutip dari Fast Forward 2 (Black et al 1987) memberikan informasi tentang negeri dongeng di laut Indian.
Kegiatan membaca pada halaman 142 – 143 merupakan kegiatan membaca peta yang sederhana, yand terdiri dari modifikasi membaca jigsaw (tidak dijelaskan pada halaman ini) pengintrepetasian statistic, diskusi dan stimulasi. Susunan ini dibuat sangat bagus untuk suatu kegiatan, dengan perencanaan ketrampilan bekerja dan interaksi siswa dengan siswa maupun interaksi siswa dengan kelompoknya.
Semua subjek yang diartikel tersebut sangat bermanfaat dalam bahasa, meskipun keberadaan negaranya hanyalah fiktif saja tetapi disukai dan menjadi sangat menarik untuk setiap orang. Walaupun siswa tidak begitu mengetahui keadaan georpafi pada area ini. Gagasan dan kegiatannya juga sangat menarik,jadi penggunaan konten yang otentik dapat menarik siswa dan juga dapat membuka kesempatan untuk siswa untuk mempelajari dunia menggunakan bahasa inggris, melalui ini juga motivasi siswa juga meningkat, hal – hal yang dibuat dalam artikel ini sangat bermanfaat untuk bahsa inggris, yaitu hal – hal yang ditunjukkan dapat memberikan informasi dan dapat meningkatkan pengetahuan siswa.
Pengunaan kerangka atau susunan untuk kegiatan dalam buku pegangan, salah satu caranya adalah dengan melakukan penyesuain materi, yaitu
Mengumpulkan informasi tentang Negara baru atau sesuatu yang menarik(contohnya sesuatu yang dekat dengan lingungan siswa). Informasi dapat diperoleh dari sumber yang berbeda, seperti kantor wisata, kedutaan besar, ensiklopedia maupun sumber yang lainnya. Buatlah sebuah peta sederhana dari Negara tersebut, gambarlah sesuatu yang penting di pete tersebut berdasarkan informasi yang telah diperoleh dan berikan sebuah kata kunci untuk symbol yang digunakan.
Pilih sebagian teks yang singkat tentang lima aspek yang berbeda dari suatu Negara dan berilah judul. Sederhanakan kalimat jika perlu tetapi diusahakan tetap menjaga susunan keasliannya selama memungkinkan. Persiapkan pembukaan untuk setiap bagian, gunakan sesuatu yang visual jika memungkinkan. Buatlah pertanyaan di peta tersebut dan kalimat yang berbeda untuk setiap bagian, siswa bekerja dalam suatu kelompok mengunakan teknik jigsaw. Mengumpulkan secara statistik dan buatlah pertanyaan di statistik tersebut. Buatlah diskusi dan simulasi tempat yang menarik dari masing – masing kelompok dalam suatu Negara (misalnya petani, pekerja pabrik, lingkungannya. Cara yang sama dapat digunakan untuk mengeksploitasi berbagai Janis informasi, misalnya masalah local seperti pembangunan jalan dan pertahanan lingkungan atau masalah social seperti Hak asasi manusia. Sesuatu yang penting untuk dipelajari oleh siswa dan menarik untuk siswa dpat ditujukan untuk peljaran Inggris dan tidak hanya tentang Inggris tetapi juga semua aspek kehidupan.

Membuat  dialog yang komunikatif
Dialog adalah bagian yang penting dalam mempelajari bahasa dan dapat membantu untuk mengembangkan suatu tingkatan secara cepat, umumnya aspek semi- automatic dalam bahasa seperti dalam kebiasaan sehari – hari.
Sebuah tes umumnya mengidentifikasi dialog yang sudah pasti baris demi baris. Jika respon yang diberikan dari sebuah pertanyaan benar dan dapat dikerjakan,dialog tersebut telah sesuai dan siswa diminta untuk membuatnya, mengunakan kata kunci dan tebakan, atau terserah apa yang seseorang tuliskan menurut kreasi dialog mereka.
Dialog dari Kernel One adalah salah satu dialog yang bagus. Participant di dalam dialog ini berbicara apa yang ingin dikatakan dan memberikan kebebasan untuk mengekspresikannya sendiri. Bagian terpenting dalam dialog ini adalah jawaban sebelum pertanyaan, tepatnya sesuatu yang terjadi didasarkan pada kenyataan.
Siswa membutuhkan seseorang yang baik untuk mempraktekkan suatu dialog,teteapi mereka juga membutuhkan   pengetahuan untuk memprediksi jenis interaksi jika mereka mempergunakan Bahas inggris secara bebas. Di tingkat ini kebebasan yang diberikan dengan menggunakan kartu isyarat yang dapat mempermudah dan dibiat berdasarkan dialog yang ada dalam buku pegangan. Mereka tidak berkomunikasi secara menyeluruh, tetapi hanya sebagian saja antara dialog yang pasti dan dialog yang bebas dilengkapi.
Berdasarkan dialog tersebut, dialog ini dapat menjadi sepasang kartu isyarat yang sederhana:
a.       Bagikan kartu yang berukuran kira – kira 12 cm x 8 cm
b.      Ubahlah masing – masing bagian dalam dialog tersebut kedalam sebuah perintah yang ditulis dalam bahasa Inggris dalam level yang dapat dimengerti siwsa.
c.       Tulislah perintah untuk siswa A pada salah satu kartu, dan beri nomer.
d.      Lakukan hal yang sama pada siswa A.
e.       Warnai tanda pada kartu tersebut(misalnya kartu A garis merah di tengah dan kartu B dengan garis biru)
f.       Pastikan siswa mempraktekkan dialog yang sama dan pastikan mereka mengerti bagaimana cara menggunakan kartu tersebut.
g.      Ini adalah srpasang kartu yang dibuat dari “Open Dialog”
h.      Masing – masing siswa diberi satu set berisi perintah yang akan dibawa koresponden pada kartu pasangannya.
i.        Setiap siswa harus memberi tanggapan sesuai dengan kenyataan sebagai seseorang yang tidak mengetahui apa yang selanjutnya akan ditanyakan.
Kartu tersebut tidak didasarkan pada pertanyaan dan jawaban yang berurutan saja tetapi dapat diwujudkan kedalam percakapan dan dialog yang lain, seperti setuju dan tidak setuju, dialog yang mencoba untuk mempengaruhi dan masih banyak lagi.
Endang Komara, memiliki pandangan mengenai role playing, yaitu Melalui bermain peran (role playing), para peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai, daan berbagai strategi pemecahan masalah. Sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan social. Dari dimensi pribadi model ini berusaha membantu peserta didik menemukan makna dari lingkungan social yang bermanfaat bagi dirinya. Juga melalui model ini para peserta didik diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi yang sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok social yang beranggotakan teman-teman sekelas. Dari dimensi social, model ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi social, terutama masalah yang menyangkut hubungan antar pribadi peserta didik. Pemecahan masalah dilakukan secara demokratis. Dengan demikian, melalui model ini peserta didik juga dilatih untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis.
Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran harus mampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta didik berinteraksi dengan orang lain yang juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilih.
Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeranan dapat melatih sikap empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Pemeranan tenggelam dalam peran yang dimainkannya sedangkan pengamat melibatkan dirinya secara emosional dan berusaha mengidentifikasikan perasaan dengan perasaan yang tengah bergejolak dan menguasai pemeranan.
Pada pembelajaran bermain peran, pemeranan tidak dilakukan secara tuntas sampai masalah dapat dipecahkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengundang rasa kepenasaran peserta didik yang menjadi pengamat agar turut aktif mendiskusikan dan mencari jalan ke luar. Dengan demikian, diskusi setelah bermain peran akan berlangsung hidup dan menggairahkan peserta didik.
Hakekat pembelajaran bermain peran terletak pada keterlibatan emosional pemeran dan pengamat dalam situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Melalui bermain peran dalam pembelajaran, diharapkan para peserta didik dapat (1) mengeksplorasi perasaannya; (2) memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan persepsinya; (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi; dan (4) mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara.
Pembelajaran partisipatif memiliki prinsip tersendiri dalam kegiatan belajar dan kegiatan pembelajaran. Prinsip dalam kegiatan belajar adalah bahwa peserta didik memiliki kebutuhan belajar, memahami teknik belajar, dan berperilaku belajar. Prinsip dalam kegiatan membelajarkan bahwa pendidik menguasai metode dan teknik pembelajaran, memaham materi atau bahan belajar yang cocok dengan kebutuhan belajar, dan berperilaku membelajarkan peserta didik. Prinsip-prinsip tersebut dijabarkan dalam langkah operasional kegiatan pembelajaran, sebagai wujud interaksi dukasi antara pendidik dengan peserta didik dan/atau antar peserta didik. Pendidik berperan untuk memotivasi, menunjukkan, dan membimbing peserta didik supaya peserta didik melakukan kegiatan belajar. Seangkan peserta didik berperan untuk mempelajari, mempelajari kembali, memecahkan masalah guna meningkatkan taraf hidup dengan berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia kehidupannya.
Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd. (2004:141) terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:
Secara implicit, bermain peran mendukung sustau situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogy mengenai situasi kehidupan nyata. Tewrhadap analogy yang diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons emosional sambil belajar dari respons orang lain

Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.
Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Denagn demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.
Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan system keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para pserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya.



Penyesuaian Buku Pegangan yang Lama
Guru dan siswa di seluruh dunia sering menggunakan buku pegangan yang masih menggunakan konten yang lama. Namun beberapa buku pegangan ini terdiri dari gagasan untuk mengajar dimana temanya sudah tidak berlaku untuk dipresentasikan.
Beberapa gagasan dapat dikembangkan jika presentasi ditingkatkan dan konten buku diperbaharui. Ini adalah sebuah latihan yang diambil dari Guided Composition Exercises (Spencer 1967) diambil dari buku terbitan lama yang memiliki gagasan yang bagus untuk mengajarkan cara menulis kalimat dan paragraph. Tujuan dari latihan ini adalah untuk memilih jumlah kata dari suatu tingkatan dengan bagian yang mendasar (contohnya climbed not ascended the wall), bagian menurut sanding kata yang diterima( misalnya picked tetepi tidak plucked the apples) dan bagian yang dirancang secara normal atau logik dalam perilaku (misalnya he ran home, he didn’t march or limp). Latihan ini mengajarkan kemampuan pembelajar untuk menggunakan kosa kata secara tepat, serta memilih kosa kata bedasarkan kriteria yang berbeda.
Konteks dan bahan ajar yang terdapat dalam buku teks sering tidak sesuai dengan kondisi dan lingkunna siswa sasaran. Apabila hal ini terjadi, buku teks akan terkesan ”memaksa” siswa untuk belajar sesuatu yang ”tidak sesuai” dengan kondisi dirinya.
Desain buku teks sering tidak sesuai dengan desain kurikulum pendidikan. Akibatnya, dengan menggunakan buku teks tersebut, program pendidikan yang telah dirancang dalam kurikulum tidak tercapai.. Bahan ajar yang terdapat dalam buku teks sering bias dan basi. Ini terjadi karena antara waktu penyusunan buku teks dan waktu pemakaiannya berselang terlalu lama. Akibatnya, informasi dan masalah yang terdapat dalam buku teks sudah ”kadaluarsa”, bahkan tidak sesuai lagi dengan yang sedang dihadapi siswa.
Ahli pendidikan yang apriori terhadap kehadiran buku tekas ini adalah ahli pendidikan yang mengikuti sistem pendikikan lama.


Pertimbangan-pertimbangan mengenai perbaruan buku teks sebagai berikut.
a.       Buku teks merupakan ”the foundation of learning in classroom”. Anggapan ini didasarkan oleh kenyataan bahwa pengajaran yang dianggap efektif dan efisien adalah pengajaran klasikal. Kalau toh ada yang individual, sangatlah bersifat khusus, karena kondisi tertentu.
b.      Buku teks memuat bahan ajar yang sebaiknya disajikan (what to teach) dan sekuensi atau urutan cara penyajiannya. Oleh karena itu penyusunan buku teks tentu memperhatikan bahan ajar mana yang patut dan sebaiknya disajikan, termasuk tata cara penyajian yang sesuai dengan jenis bahan dan kondisi siswa sasaran.
c.       Jangkauan,jumlah, dan jenis bahan ajar yang terdapat dalam buku teks telah relatif pasti sehingga guru memungkinkan untuk mengalokasikannya berdasarkan jadwal sekolah. Dengan demikian, lewat pemakaian buku teks dapat terkontrol dengan ketat program pengajarannya.
d.      Paparan masalah atau pokok persoalan (subject matter) dalam buku teks relatif teliti. Ketelitian ini terlihat mulai dari proses pemilihan bahan, klasifikasi bahan, sampai dengan proses penyusunannya. Hal ini hampir tidak mungkin dilakukan guru dengan bahan ajar yang disusunnya sendiri.
e.       Bahan ajar dalam buku teks tertata cukup baik. Ini dapat dilihat dari cara penyajian bahan ajar yang memperhatikan hierarkhi dan tataletaknya sehingga mudah dipahami siswa. Tidak semua guru memiliki keterampilan menata bahan seperti yang terdapat pada buku teks.
f.       Buku teks cukup banyak memuat alat bantu pengajaran, misalnya gambar peta, dan diagram. Alat bantu ini akan dapat mempercepat pamahaman siswa atas bahan ajar yang sedang dipelajari. Pada umumnya, alat bantu semacam itu sulit diciptakan oleh guru dalam waktu yang relatif singkat.
g.      Kesinambungan bahan ajar dalam buku teks telah diatur sedemikian rupa oleh penyusunnya. Lebih-lebih, apabila buku tersebut merupakan buku berseri. Hal ini dapat dimaklumi, sebab sebelum penyusunan buku teks dimulai, terlebih dahulu disusun kerangka (outline) secara menyeluruh. Dengan demikian, tidak dijumpai bahan ajar yang terlepas dari yang lain. Sebaliknya, bahan-bahan itu merupakan rangkaian yang utuh.
h.      Buku teks merupakan batu loncatan bagi siswa. Dengan menggunakan buku teks, siswa terbebas dari kegiatan mencatat yang merupakan pemborosan waktu, tenaga, dan pikiran.
i.        Buku teks sangat membantu sekolah yang tidak memiliki perpustakaan yang lengkap. Hal ini bisa dimaklumi karena buku teks berisi serangkaian bahan ajar yang minimal harus dikuasai atau dipahami siswa. Jika tidak lewat kemasan buku teks, bahan-bahan itu tentu berada di berbagai buku sumber.
j.        Buku teks yang dipublikasikan oleh pemerintah dan pihak swasta telah dipertimbangkan kualitasnya. Pertimbangan kualitas ini merupakan konsekuensi logis. Sebab, kalau tidak, tentu akan merugikan pihak pemerintah dan penerbit swasta itu sendiri. Para pemakai buku teks (terutama guru) tentu tidak akan menggunakan secara maksimal, bahkan tidak mau menggunakannya, apabila buku teks tersebut tidak berkualitas.
Ahli pendidikan yang mendukung sepenuhnya kehadiran buku teks ini adalah ahli pendidikan modern.



REFERENSI

A. Alwasilah, Azies Furqanul dan Chaedar. 1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Achmad Alfianto.2008. Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah , Metamorfosis Ulat Menjadi Kepompong

Hafiz Muthoharoh.2010. Metode-Bermain-Peran-Role-Playing .http://alhafizh84. wordpress.com/2009/12/21/ /

Kholid a. Harras. 2009. Penulisan buku ajar bahasa indonesia. Makalah Diklat Penulisan Buku Ajar. Bandung

Masnur Muslich. 2009. Textbook Writing: Dasar-Dasar Pemahaman, Penulisan, dan Pemakaian Buku Teks. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Mulyasa. 2004. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: remaja rosdakarya.

Subiyanto/Bambang/Novan. sumber: http://ganeca.blogspirit.com

Suparti, Sugiran, dan Sulistiyono. 2010. Persepsi guru terhadap penggunaan buku teks bahasa Indonesia. http://lppm.ut.ac.id/jp/31suparti.htm

Taba, Hilda. 1962. Curriculum Development Theory And Practice. New york: Harcourt, Brace, Jovanovich.

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:CYOj8uDXlsYJ:www.bappenas.go.id/get-file-server/node/7063/+bbidang+ pendi%C2%ACdikan+ dan+pembinaan+generasi+muda&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a www.bappenas.go.id/get-file-server/node/7063/

Minggu, 28 Agustus 2011

Assesing Languages for Specific Purposes karya Dan Douglas


Dari Penggunaan Bahasa Sasaran untuk Tugas Ujian
Terjemahan Bab V
Buku Assesing Languages for Specific Purposes karya Dan Douglas
BAB  V
Dari penggunaan bahasa sasaran untuk tugas ujian
Pendahuluan
Dalam Bab 2, saya telah membahas suatu teori tentang kemampuan berbahasa dan mencakup rancangan teori dari kemampuan berbahasa dengan tujuan yang spesifik dan menyatakan kita berusaha untuk menilai dengan ujian LSP. Bab 3, topiknya adalah kontek yang asli dan teori bagaimana konteks dapat dijelaskan dalam istilah ciri–ciri dari tugas, yang mana dapat diterjemahkan kedalam tugas ujian. Dalam Bab ini, saya akan mengembangkan petunjuk dan teknik untuk menyusun ujian LSP,  yang fokusnya terutama pada teknik untuk meniliti dan menjelaskan sasaran bahasa yang berdasarkan situasi yang tujuan utamanya untuk pengidentifikasiian tugas ujian untuk tujuan yang spesifik. Tekhnik yang sama juga akan diberikan sebagai dasar untuk memberikan penilaian ujian LSP, ciri dari metode yang dipakai dan untuk mempertimbangkan penampilan ujian, didasarkan pada pemahaman bahwa pwnampilan dalam ujian merupakan hasil interaksi antara data pelaku ujian (kemampuan bahasa dan latar belakang pengatahuan  denhan tujuan yang spesifik) dan kontek ditetapkan oleh ciri dari metode ujian. Saya akan mulai membahas tekhnik pengembangan ujian LSP dengan mempertimbangkan tekhnik untuk mengamatisasaran penggunaan bahasa: mendasar pada perspektif, kontek berdasarkan penelitian, dan subjek khusus tata cara informasi. Saya  kemudian akan membuat garis besar kerangkanya untuk menganalisis sasaran penggunaan bahasa untuk situati tertantu, berdasarkan pada pembahasan Bab3, mencakup sebuah contoh yang nyata. Saya akan mengakhiri pembahasan dan contoh ujian  LSP secara spesifik, yang terakhir penggambaran tentang bagaimana menerapkan kerangka secara analitik untuk menjelaskan cirri – ciritugas ujian.
Tekhnik untuk mengamati sasaran penggunaan bahasa dalam bidang tertentu
Kita lihat di Bab 2 dimana data yang masuk sangat berubah di dalam tingkat spesifiknya dan jenis ini tidak penting untuk pengembang ujian. Hal ini adalah sebuah tanda dari masalah yang general dalan ujian LSP: penguji bukanlah seorang ahli dalam bidangnya yang mana dia berusaha untuk menilai kemampuan berbahasa dan juga masih meminta bantuan para ahli untuk memahami kunci dalam sasaran penggunaan bahasa dan ciri-ciri data yang masuk yang akan dibuat sebagai dasar ujian LSP. Saya akan menjelaskan dengan singkat tiga pendekatan untuk mengamati dan menjelaskan sasaran penggunaan bahasa: grounded ethnografi, kontek tyang berdasarkan penelitian, dan subjek yang khusus untuk informasi yang khusus.

Mendasar pada etnografi dan kontek yang berdasarkan pada penelitian
Grounded etnografi adalah sebuah pendekatan untuk mendiskripsikan dan memahami suatu sasaran penggunaan bahasa dari sudut pandanf pengguna bahasa. Tehknik yang telak dijelaskan adalah:
Sebuah makna untuk peneliti untuk memahami suatu peristiwa dengan belajar suatu kejadian yang alami dan catatan dan deskripsi dari hal tersebut dengan menyajikan keikutsertaan.
Frankel dan Beckman (1982: 1 )

Etnografi itu sendiri adalah suatu pendekatan untuk mempelajari tingkah laku dilihat dari sudut pandang peserta yang berbeda dan telah ada  sekitar tahun 1960an(contohnya kumpulan dari belajar di edit oleh Cazden tahun 1972). Penelitian etnografi merupakan salah satu bentuk pendekatan yang diketahui sebagai kualitas atau proses yang berorientasi terhadap tekhnik penelitian. Umumnya, etnografi mempelajari secara detail cirri – xiri dari seting suatu penelitian, pernyataan yang sama akan dibahas di Bab 3: seting, peserta, tujuan dan yang lainnya. Tujuannya adalan untuk menghasilkan jumlah secara principal dengan megarahkan peserta dalam aktivitas kebudayaan dalam tingkah laku yang mereka lakukan, berinteraksi dengan yang laiinya, dan peginterpretasian masing – masing ucapan dan tingkah laku. Beberapa pembelajaran seringnya melibatkan peeliti itu sendiri sebagai peserta yang mengamati, mengambil catatan atau diari untuk selanjutnya dianalisis(lihat Denzin 1996, untukk membahas tentang tekhnik etnografi)
Frankel dan Beckman membawa  penelitian etnografi dengan konsep dimana sudut pandang dari peserts dibawa dari observasi yang mereka lakukan sendiri dari rekaman video dari kejadian menurut analisis. Frankel and Beckman menegaskan, perkiraan terhadap peserta lebih cepat dan langsung daripada ketika mereka bertanya, contohnya mengingat kembali kejadian yang terjadi  dalam sebuah pertanyaan. Mereka juga menemukan rekaman video, menggunakan kamera tersembunyi atau kamera yang terlihat, hal tersebut lebih menggangu daripada belajar dimana peneliti adalah seorang pengamat. Tekhnik Frankel dan Bechman  menggunakan kejadian dalam video dalam sasaran penggunaan bahasa dan kemudian bertanta pada peserta  untuk melihat rekaman mereka. Peneliti memerintahkan peserta untuk menghentikan melihat rekaman ketika mereka melihat atau mendengar sesuatu yang mereka anggap orang yang sedang berbicara. Ulasan tersebut yang ada dalam rekaman di transkrip dan dimasukkan ke dalam transkrip video yang asli, yang utamanya dimana disana terdapat bagian untuk melihat lagi, hal ini disediakan oleh peneliti dengan dugaan peserta sendiri dari penampilan aspek yang spesifik. Video dilihat dan diberi komentar tidak hanya oleh peserta, tetapi juga oleh orang yang ahli dalam mengamati dan oleh peneliti yang lainnya, contohnya, kemampuan menganalisis ucapan atau perspektif antropologi dari suatu data. Hasilnya adalah data yang penuh dari pengamatan yang ditulis dalam penampilan yang esensial, masalah atau penghargaan oleh peserta dan penghargaan dari berbagai bidang.
Meskipin terdapat banyak sekali tentangan tentang para peserta yang tak terlatih (lihat Jacob 1988) saya percaya bahwa tekhnik grounden etnografi adalah berguna untuk mengembangkan ujian LSP. Penguji akan menemukan penjelasan yang diberikan oleh peserta yang berguna untuk mereka untuk memahami tingkah laku berbahaaassa mereka dalam kontek yang spesifik dimana hal ini seperti hasil dari pengalaman pengembang ujian,. Sebagai contohnya, mari kita mangatakan kita bekerja untuk mengembangkan ujian inggris dalam bidang medik dan pengamatan terhadap pasien. Kita mendapatkan beberapa video wawancara dengan izin dari peserta tentunya, dan bertanya pada seorang terapis dan pasien untuk melihat rekaman dan memberikan komentar pada aspek yang signifikan ketika mereka melakukan interaksi. Hipotesisnya, ahli tepppprapis akan memberikan komentar bahwa dia akan bertanya pada pasien tentang rumahnya dalam perintah untuk memastikan mengapa pasien tidak mengambil resepobat; disisi lain seorang pasien mungkin akan berkomentar dengan sekmen yang sama dari interaksi dengan seorang terapis yang mebongkarnya dalam kehidupan pribadinya dan memasukannya dalam masalah kesehatannya. Ini adalah pernyataan yang menyajikan sudut pandang untuk penguji kedalam aspek penggunaan bahasa untuk sasaran tertentu yang secara sederhana menjadi jalan yang laiinya. Waktu,personel dan financial  adalah pertimbangan yang penting dalam pengamatan penggunaan bahasa, beberapa pernyataan yang terbatas yang tersedia oleh satu peserta untuk peserta laiinya atau sebuah contoh yang representative daripeserta tapi hal ini mungkin semua peserta harus diberi kesempatan untuk mengeluarkan komentar selama pernyataan tersebut dapat memperkaya pengamatan dalan sasaran penggunaan bahasa.
Hal ini jelas bahwa tekhnik ini akan berguna dalam menganalisis dugaan yang akan dibahas dalam Bab 3, contohnya pernyataan seorang pasien terhadap terapis yang tidak komunikatif hal ini adalah sebuah dugaan dan pengembang ujian ingin mengambil manfaat dari kriteria yang dianalisis bahwa pasien bekerja dalam membuat penilaian, kesimpulannya, ini yang mungkin dipikirkan olek terapis yang laiinya dalam melihat rekaman interaksi yang mungkin berpendapat bahwa pertanyaan oleh terapis diamati dan terlihat sebagai motivasi yang buruk. Hal ini akan menawarkan kesempatan untuk mengamati cici – cirri dari suatu dugaan yang diikuti oleh penguji LSP. Tentuya , hal tersebut hamper nyata bahwa peserta sering menganbil dugaan dan mungkin mampu mengartikulasikannya secara jelas, ini adalah beberapa masalah dalam menganalisis sasaran penggunaan bahasa: cici – cirri jarang terlihat dari pengembang ujian yang tidak sesuai dengan bidangnya dan mereka mungkin tidak terbuka dengan pesertanya sendiri. Itu mungkin tidak akan menjadi kilas balik untuk mengamati cici- cici ini secara benar, bukan hanya itu karena mereka seperti menjadi kontekstual yang tinggi dan tugas yang spesifik (Jacob dan McNamara)) dan disana terdapat kesulitan untuk mangirimkan konteks ujian bahasa. Meskipun ini adalah salah satu area yang menarik dari pengamatan pengembangan ujian bahasa dan patut diberi perhatian untuk pelaku LSP dan peneliti ujian bahasa.
Douglas dan Slinker (1994), membangun dengan awal grounded etnografi dan tekhnik informasi yang special, dimana akan dibahas nanti, memiliki beberapa panduan yag mereka sebut dengan penelitian berdasarkan kontek: pelajaran yang kedua dari kemahiran berbahasa dan berguna untuk kontek kehidupan yang nyata.dalam penelitian secara empiric, mereka tertarik dalam memahami kemempuan yang bukan pembicara bahasa inggris yang asli dalam berbicara dan menulis sebuah tekhnik. Dalam metode penelitian, merreka menyarankan, mereka membuat pertama kalinya tentang perbedaan antara data yang pertama dan data kedua.
Data yang utama: berbicara dengan berbagai macam bahasa yang akan dipelajari
Data yang kedua:  uraian pada data yang pertama.
Douglas dan Slinker membahas  du kategori dari data yang kedua; uraian pada data yang pertama oleh peserta iu sendiri dan tipe yang bervariasi dari uraian para ahli terhadap data yang pertama. Mereka telah menggunakan beberapa linguistic, etnorgraper dan etnometodoligi dan spesialis dalam wilayah yang diinginkan sebagai sumber untuk data yang kedua; yang masing – masing membawa perspektif dan metode yang beragam ontuk mendukung data yang pertama. Douglas dan Slinker menyampaikan bahwa  data yang utama antar bahasa berasal dari perspektif peserta yang membentuknya dan para ahli yang memberi komentar. Saya akan memakai kategori dari data yang pertama dan data yang kedua dalam menganalisis sasaran penggunaan bahasa. Selanjutnya,dalam penambahan untuk belajar bagian dari interaksi LSP, hal ini sangat penting untuk mempelajari hubungan antara bagian tersebut sebagai  perkembangan dalam kenyataan, intinya berhubungan dengan yang sya buat dalam Bab 3 dimana kontek LSP adalah dinamik dan berubah dengan constant sebagai hasil dari negosiasi antara peserta sebagay pembentuk konstrak. Ini adalah aspek yang dinamis dari konten yang diharapkan berubah untuk penelitian berdasarkan kontek seperti yang diungkapkan McNamara yang menyatakan bahwa sesuatu yang dibutuhkan oleh model yang memiliki kemampuan yang komunikatif kemudian kita dapat mengembangkannya. Kita tidak akan mampu memecahkan masalah dalam buku ini, tetapi setidaknya kita dengan konstan menjaga pemikiran bahwa usaha kita untuk mendiskripsikan bagian – bagian dari tujuan bahasa secara spesifik dan subsequent, metode tes LSP ini, kita harus mengembangkannya secara bebas tergantung pada peserta dalam memahami dan menggunakan grounden etnografi, pelaku informasi yang special dan prinsip dari penelitian yang berdasarkan kontek adlah sangat penting. Saya akan mempertimbangkan mengenai pendekatan yang kedua untuk memahami sasaran penggunaan bahasa, subjek yang khusus menurut tata cara informasi.

Subjek yang khusus menurut tata cara informasi
Pengasumsian pengembang ujian LSP adalah mampu untuk mematuhi aturan yang terekam dari interaksu dalam sasaran penggunaan bahasa dan contoh yang nyata dari data yang masuk, masih terdapat kesulitan yang ditemui dalam data tersebut, dengan kata lain, aspek apa saja yang dinilai lebih oles seseorang yang professional dalam bidangnya (Bley – Vroman dan Slinker 1984). Ini adalah suatu ketidakmampuan untuk fokus yang disebabkan oleh pengembang ujian yang biasanya sedikit mengetahui tentang situasi dengan tujuan yan spesifik dimana dia bekerja. Contohnya, Swales (1981) dalam diskusinya dia menganalisis pengenalan artikel dalam tekhnik mjurnal, menerima bahwa dia menemukannya dengan sulit untuk membuat beberapa cirri untuk mrngklasifikasikan referensi untuk penelitian selanjutnya sepanjang jumlah yang substansial:  kita menduga bahwa ini adalah suatu informasi yang khusus untuk membuat dugaan.
Ini adalah pandangan Slinker (1979) dia adalah pencetus tulisan yang penting untukpengembangan ujian LSP., terutama penggunaan informasi yang khusus sebagai sebuah arti pemahaman data dalam aturan LSP dimana pengembang ujian harus memiliki sedikit pengalaman. Dalam artikel ini, Selinker membatasi diskusinya untuk teks tertulis, taapi ini terlihat jelas bahwa langkah yang dia tetapkan dalam bekerja dengan informasi yang khusus adalah  mampu untuk memahami semua data yang masuk. Untuk menyimpulkan suatu kuncu dari pertanyaan Slinker adalah apakah pengembang ujian LSP dan siapa Yang tidak melatih dalam aturan LSP yang dibutuhkan untuk mengetahui pemahaman dalam memahami bahasa yang digunakan dalam suatu aturan? Selinker mengusulkan sembilan bidang yang berpotensi untuk membantu penguji LSP.

·      Tekhnik terminology: pirimidin, dimmer,nukleotida.
·      Bahasa yang umum digunakan: pengenaln digunakan dalam biologi bahwa disana ada  beberapa system dalam biologi yang diterangkan dalam suatu organisme yang dengan sadar beberapa diantaranya berbahaya.
·      Hubungan yang kuat yang dibuat oleh pengguna bahasa:  penggunaan dibatasi untuk memprkenaklkan tanggung jawab seorang partisipan yang diharapkan menganbil fakta – fakta dan diinterpretasikan berdasarkan observasi.
·      Paraphrase secara kontekstual: pertanyaan dari suatu paraprase dimana yang terjadi disuatu tempat dalam suatu pelajaran yang menggantikan konsep yang sama sebagai paraphrase atau kata yang berbeda:  salinan dan tiruan dengan kebenaran yang luar biasa.
·      Pemilihan tata bahasa: tata bahasa tertentu merubah konsep yang berbeda; efisiensi dari perbaikan dengan efisiensi proses perbaikan, dimana perbahan dari jamak ke tunggal membuat konsep yang berbeda untuk pembaca.
·      Kata Bantu:penggunaan “must exist dan “must be subject to” contohnya mengenai kewajiban dan kemungkinan.
·      Pemerian tanda baca: contohnya:  tiga jalan dimana suatu makhluk hidup merespon….(1)memperbaiki kerusakan ditempat semula; (2) menggantikan bagian yang rusak, (3) kerusakan oleh. Penggunaan tanda petik untuk memisahkan(1) dan (2) dan koma untuk memisahkan (2) dan (3) berdasarkan  konsep.
·      Keterkaitan;


Data tersebut menunjukkan kesulitan tes LSP yang dijumpai oleh pengembang ketika  mengahapi tugas dari pemahaman penggunaan bahasa dalam konsep yang tidak umum. Sebagaimana  yang Selinker kemukakan, kita tidak tahu, apa yang tidak ingin tau!
 Hal ini adalah hal yang perlu  bagi penguji LSP dalam menggunakan informan khusus dalam menganalisis   pengajaran bahasa selama proses pengembangan tes. Di dalam Bab2, saya menegaskan bahwa situasi sasaran untuk tujuan yang spesifik tidak di definisikan dengan lengkap pada konten khusus bahasa khusus itu sendiri, tetapi lebih pada konten yang komplek yang dibuat oleh professional yang mengatur konten dan bahasa dalam interaksi yang purposive. Ini berarti hanya melalui analisis berinteraksi  dalam penghubung antara analisis kontan dan bahasa dalam bidang tertentu pengembang tes dapat memahami situasi prnggunaan bahasa dan masalah yang ditemui dalam tes.
Satu aspek yang ditambahkan yang sihubungkan untuk menggunakan subjek khusus dalam menganalisis situasi penggunaan bahasa yang sangat penting bagi mereka sebagai objek belajar. Selinker mrngungkapkan init dari suatu kebutuhan, contoh, bekerja dengan informan yang memiliki keinginan untuk tekhnik bahasa, disiplin dan mengajukan pertanyaan berbahasa secara berorientasi (213). Terdapat beberapa persiapan (Elder 1993a) yang menyarankan bahwa penilaian yang tidak dibuat buat lebih bermutu dalam aturan permainan tidak hanya dalam menganalisis situasi, tetapi juga pada dugaan dari kemampuan  bahasa. Elder menyarankan bahwa  spesialis subjek dengan kemampuan yang komunikatif mungkin menggunakan  sudut pandang penampilan yang komunikatif, penilaian keberhasilan yang komunikatif adalah lebih dari kualitas  bahasa itu sendiri. Elder juga menyarankan disana ada suatu hubungan yang substantial antara dugaan mereka dan kemampuan mereka, seorang ahli menilai penampilan bahasa dilakukan dalam kenyataan penilaian bahasa yang bertujuan spesifik berbeda dengan penilaian bahasa khusus. Poin ini mempunyai tingkatan yang tinggi di Australia dengan tes bahasa inggris yang berhubungan dengan jabatan,dimana dapat ditemukan tanpa dipengaruhi oleh kelulusan peserta OET untuk lisensi medis yaitu datang  penilaiaan klinik dengan keahlian bagasa Inggris yang cukup untuk tugas (Lumley 1998).  Untuk belajar penelitian yang berikutnya disarankan dengan kriteria ahli medis yang menggunakan dasar yang mengeluhkan tentang keahlian berbahasa inggris dari peserta yang memperlihatkan perbedaan yang ditaksirkan dengan OET. McNamara mencatat bahwa beberapa dokter telah mengatakan bahwa mereka tidak yakin dengan tugas yang diberikan dengan cukup dengan situasi klinik ynag dimana untuk menempuh ujian untuk bekerja. : terserah dokter akan mengomentari tentang  sesuatu yang dilakukan oleh OET(McNamara 1996:241). Seperti menemukan sesuatu yang berharga , saya telah mengekspresikan penyelidikan yang berasal dari kriteri yang ditaksirkan, dan menguatkan inti bahwa pengembang tes bahasa untuk tujuan spesifik melakukan fakta yang memiliki sesuatu untuk dipelajari dari informan dan seharusnya  menyangkutkan mereka dalam menganalisis situasi penggunaan sasaran berbahasa .
Sebagai saran tentang hal tersebut, ada beberapa tulisan dan masalah yang potensial yang diasosiasikan dengan penggunaan informan dalam subjek tertentu. Contohnya, saya mencatat kebutuhan untuk bekerja dengan informan mereka yang peka dengan cara berbahasa dan mereka yang paham pertanyaan bahasa secara orientasi. Hal ini juga menjadi masalah bhwa bekerja dengan informan dapat terjadi sepanjang waktu,memerlukan proses, Selinker dan universitasnya bekerja dengan informannya selama tiga bulan untuk memahami lima halaman dari artikel gen. hal ini jarang bawha pengembang tes memiliki kesempatan  menghabiskan waktu untuk memahami teks single. Hickin dan Olsen (1984) menyarankan bahwa penggunaan secara optimal dari informan adalah yang pertama membantu peneliti untuk menerima tujuan dari teks LSP atau berinteraksi dan pada konten y7ang utama: hanya peneliti dan informan, memiliki  hubungan yang direkomendasikan, bersiap untuk menjelajah tingkatan, rhetorical dan aspek tata bahasa dari data yang utama. Pendekatan  Initial  atas – bawah akan  membantu peneliti menjadi lebih efisien dalam mempelajari seoarng informan.

 Sebuah rancangan untuk menganalisis tugas dalam tujuan yang spesifik TLU dan tes LSP

Dalam Bab 2,  saya membuat uotline karakteristil kemampuan berbahasa unuk tujuan yang spesifik dan Bab 3, saya membahas karakteristik tugas dalam penggunaan bahasa:rubrik, masukan, respon yang diharapkan, interaksi antara masukan dan respon dan penafsiran. Ini adalah seperangkat karakteristik yang mana bentuk tersebut sebuah hubungan yang esensial antara target dan tes, dan saya akan mengembangkan kerangka ini sebagai pembanding penggunaan sasaran berbahasa dan tes dalam Bab yang selanjutnya.
Contohnya, kita akan mempertimbangkan penggunaan sasaran berbahasa yang mana kelas kimia di universitas Amerika, melihat  kerangka digunakan. Langkah ini dalam proses menganalisis sebuah situasi penggunaan bahasa  meliputi (1) definisi dari sebuah masalah (2) persiapan investigasi(3) pengumpulan data yang utama(4) pengumpulan data yang ke dua, yang terahkir(5) analisis  bahasa dan tugas dalam situasi penggunaan bahasa menggunakan kerangka yang relevan.

Contoh situasi penggunaan bahasa sasaran
Langkah 1 : definisi masalah
Mari kita bayangkan bahwa kita telah memberikan tugas yang menghasilkan sebuah tes yang bertujuan spesifik untuk pelatih universitas yang prospective yang berasal dari luar Amerika untuk menilai kemampuan komunikatif bahasa Inggrisnya. Administrator universitas memiliki keluhan dari siswa (dan dari orang tua mereka) mengenai pelatih internasional yang terkadang tidak bisa dimengerti di dalam kelas, sehingga saran diberikan untuk memberikan pelatih yang baru dalam tes LSP dam mereka memiliki kemampuan untuk mengajar Bahasa Inggris. Departemen kimia menawarkan untuk memperkenalkan pelajaran kimia, tahun pertama pelajaran kimia, disarankan untuk semua siswa agar masuk, sedikit beranggapan ini adalah bidang pelajarannya, dan beberapa lekas berfikir dengan  pelatih internasional. Demikian Kelompok tunggal  yang terbesar dari pelatih internasional yang berada dlam departemen kimia, dan kami memutuskan untuk memulai investigasi kami tentang penggunaan sasaran bahasa.

Langkah ke 2: persiapan sebelum investigasi
Kita terlebih dulu berkonsultasi  dengan peninjau tahun pertama kimia untuk menemukan  bentuk pelajaran dan peranan pelatih didalamnya. Kita mempelajari bahwa disana terdapat dua tugas pelatih yang utama: meninjau kelas laboratorium dan mengajar kelas hafalan. Laboratoriun memerlukan pengawasan yang tinggi dan persetujuan yang diberikan untuk pelatih dalam bentuk laboratorium yang manual dan beberapa jenis materi instruksional. Kelas hafalan  memerlukan sedikit pengawasan: siswa datang dikelas tersebut untuk mendapat bantuan dari pelatih dengan masalah  pekerjaan rumah yang diberikan oleh seorang professor diajarkan dua kali seminggu.disana ada interaksi yang tinggi didalam kelas ini, dengan siswa yang bertanya dan pelatih yang membimbing mereka melalui langkag – langkah dalam memecahkan masalah. Pada saran dari informan kami, peninjauan terhadap kimia pada tahun pertama, kita memtuskan untuk menanalisis situasi komuniksi di kelas hafalan, dan kami memutuskan untuk memulai kelas dengan pengajar Julio,  asisten pengajar yang ke dua berasal dari Meksiko. Kita mendapatkan izin dari  dari peninjau dan dari Julio dan siswa untuk merekam kelas

Langkah ke 3: pengumpulan data yang utama
Kelas hafalan Julio: Julio berasal dari Mexico dan dia adalah pelatih yang berpengalaman, siswa yang lulus dua tahun di Kimia, berharap menerima gelar Ph.D. untuk tahun berikutnya. Kelas kami rekam hanya sekali sebelum ujian, sehingga para siswa sangat konsentrasi dengan saran yang diperoleh tentang ujian dan bagaimana cara menyiapkannya. Salah satu pertanyaan mereka adalah pemnjelasan persamaan dalam reaksi kimia, dan Julio mulai menjelaskan. Dia menulis persamaan di papan tulis dan sebuah transkrip diawalpenjelasannya:

Julio     : saya ingin memasukkan beberapa angka(intinya tentang persamaan) sehingga semuanya akan sama , benarkan? Apa yang saya masukkan disini, apa yang saya masukkan  untuk yang ini?
Siswa   : seperempat
Julio     : bagaimana dengan ini sekarang? Tiga? Sepertiga ? yakin? Ok. Seperempat  atau dua pertiga. Baikklah? Saya akan memberimu sebuah pilihan lagi – pilihan ganda. Berapa yang kamu pikirkan. Seperempat? Bagus. Bagaimana dengan dua pertiga?terkadang  mayoritas tidak menjadi pemenang. Ok aku akan mengatakan padamu. Dalam hal ini mayoritas salah. Aku tidak berfikir tentang hal itu… sepertiga. Apa yang membuat l=kalian berfikir sepertiga?
Siswa   : setiap angka dua..disana terdapat  Y tiga.
Julio     ; ya,karena kalian melihatnya. Angka tiga disini mengacu pada Y sehingga kamu membawa dua  jarak,ini menjadi sepertiga, bukan? Sekarang ad dua cara untuk mengerjakan ini, sehingga jawaban kalian ini… kalian mengatakan ini, ok?(menulis persamaan yang lain di papan tulis) jika ini benar, katakana padaku mana yang lebih besar? Nomer yang ini, yang mana yang lebih besar?ini adalah nomer yang terbesar, atau nomer ini yang terbesar?
Siswa   : nomer yang kedua.
Julio     :nomer ini yang paling besar? Kamu yakin? Kamu mengatakan mungkin selama sepuluh kali sepertiga untuk angka 8?
Siswa   : hasilnya negative.
Julio     :uh…. Ini juga negative….negatif….sekarang jangan bingung sendiri dengan angka negative….negatif berarti tidak terhitung…hal ini sungguht tidak…. Kamu tahu…jangan bingung dengan matematika…. Akan negative. Negative lebih menjadi tanda yang menjelaskan kepadamu bahwa ini tidak terlihat ketika reaksi terjadi, dan hasil positif yang terlihat.ok. terdapat dua jalan untuk memecahkan masalah tersebut Ok? Salah satu cara caranya adalah bertanya pada dirimu sendiri yang man yang terlihat paling cepat, X or Y?katakan padaku – yang mana yang lebih cepat terlihat?
Siswa   : Y

Langkah ke 4 : pengumpulan data yang kedua
Setelah membuat rekaman di kelas, kita akam membahas tentang grounded etografi dan tekhnik informan khusus saya membahas lebih awal di Bab ini. Kita memainkan rekaman dengan salinam untuk pelatih, beberapa siswa, peninjau tahun pertama kimia, penerapan ahli bahasa dan mengundang komentar mereka pada apa yang menarik yang mereka temukan atau masalah di dalam kelas. Kita menggunakan komentar ini untuk menginformasikan kepada kita tentang apa yang signifikan dalam berinteraksi yang mana akan diartikan dalam tugas. Menurut pembahasan adalah sebuah penyaringan komentar informan kami.
Julio bekerja dengan gaya yang interaktif: di tidak mendemonstrasikan langkah – langkah untuk mellakukan kesalahan, tetapi lebih terlihat untuk melibatkan kelas dalam proses Tanya jawab: apa yang saya lakukan disini- apa yang harus dilakukan untuk hal ini? Dia menantang siswa untuk memikirkanm masalah ini dan memberikan tanggapan mereka. Sepertiga? Kamu yakin? Julio menawarkan siswa dengan dua pilihan untuk menyelesaikan masalah dengan jalan membantu mereka dari perspektif yang berbeda. Disana ada dua cara untuk memecahkan masalah ini. Ok, kemudian dia menjelaskan. Dia menjelaskan ke sisws kemudian mempraktekkannya, tidak sekedar mekanikal cara untuk menyelesaikan masalah: sekarang, salah satu cara untuk melihat hal tersebut. Sekarang yang dibutuhkan adalah beberapa pemikiran yang logic. Tetapi dalam tes ini, memungkinkan kamu mendapatkan pengetahuan ,kamu tahu, kamu tidak berfikir dengan jelas. Izinkan saya mengajari kalian matematika dengan cara yang lain,ini adalah matematika yang sederhana. Dua siswa bertanya pada Julio: bagaimana kalian tahu bahwa Y terlihat dengan cepat dibandingkan dengan X? dan bagaimana dengan konsentrasinya? Julio menjelaskan  banyak sekali perbandingan: baiklah, ok? Dan nomer yang menjadi pembahasan -  sehingga… Ok. Sekarang… untuk membantu siswa  untuk mengikuti penjelasannya. Di juga menggunakan  perintah ketika dia ingin menekankan pon yang khusus: jangan bingung dengan hasil yang negative. Dia menggunakan sedikit referensi kebudayaan: saya akan memberimu pilihan lagi – pilihan ganda dan beberapa mayoritas yang menjadi pemenang…. Siswa mengatakan pada kami bahwa mereka tidak mempunyai kesulitan dalam memahani Julio – pengucapannya bagus dia biasanya  mengharapkan jawaban mereka untuk bagaimana pelatih melakukan tindakan dan dia tahu tentang kimia.

Tabel 5.1 Karakteristik bahasa dalam situasi penggunaan bahasa sasaran (kelas kimia)
Kategori
Karakteristik

Pengetahuan Bahasa

Pengetahuan Tata Bahasa

Kosakata


Morfologi/Sintaksis


Fonologi


Pengetahuan Teks

Keahlian


Organisasi

Pengetahuan fungsi


Pengetahuan Sosiolingustik

Logat bahasa/Ragam Bahasa

Daftar


Logat bahasa

Sumber kebudayaan


Strategi Kompetensi/kecakapan

Penilaian


Tujuan



Rencana



Kontrol dalam pelaksanaan


Latar Belakang Pengetahuan




Istilah teknik kimia, istilah matematika, istilah teknik

Kalimat pertanyaan, pernyataan, penjabaran, perintah

Pengucapan kata kunci, irama, intonasi, tekanan



Proses pemaknaan: sekarang, sehingga, salah satu, cara yang lain



Proses/langkah menyelesaikan masalah, percakapan


Menyeluruh,mengidentifikasi, memanipulasi fungsi

Bahasa Spanyol/Bahasa Inggris, standar bahasa Amerika Tenggara

Ilmu kimia, akademik

Waktu menggunakan

Bermacam-macam pilihan, terkadang orang dewasa tidak menjadi pemenang

Mahasiswa ilmu kimia mengkaji kelas

Membantu siswa menyelesaikan pekerjaan rumah, menyiapkan pelajaran yang akan datang




Menggunakan gaya interaktif, melibatkan dan mengajak siswa dalam percakapan pertanyaan

Membantu mereka berpikir mengatasi masalah dengan memberi saran tentang alternatif jalan untuk menyelesaikan itu

Mengawasi dan menjelaskan hal-hal penting dalam percakapan, memahami pertanyaan lisan, menulis permasalahan,

Membuat penjelasan lisan, menulis solusi di atas papan tulis

Ilmu kimia, matematika, kebudayaan Amerika

Langkah ke 5 : analisis dari penggunaan bahasa sasaran dan karakteristik-karakteristik tugas
 Analisa tersebut diberikan kepada kita dengan banyak material untuk membuat suatu tugas test, hanya, tentu saja, dalam satu proyek pengembangan test nyata, kita akan mengamati dan merekam banyak lagi yang lain contoh dari situasi penggunaan bahasa sasaran. Data disini hanyalah menyediakan suatu contoh jenis dari analisa kita yang ingin memanfaatkan kerangka dari karakteristik-karakteristik dari bahasa, saya kembangkan  pada Bab 2. Tabel 5.1 menggambarkan contoh hasil yang ada saat ini. Di sini kita melihat bahwa membangun berdasar Penggunaan Bahasa Target (Target Language Use=TLU) capaian bahasa itu adalah instruktur internasional secara wajar dan kompleks, menyertakan semua komponen pengetahuan bahasa di dalam kerangka kerja kita (pikiran seseorang). Pengetahuan tekstual dan pengetahuan sosiolinguistik menjadi bagian yang penting terutama bagi guru/instruktur. Seperti yang dibahas dalam  Bab 2, membangun bahasa adalah tujuan khusus dari kemampuan dan harus pula meliputi kesesuaian jenis latar belakang pengetahuan. Pengetahuan paling banyak itu tidak hanya berdasar latar belakang tujuan khususnya yang spesifik, tetapi juga  pengetahuan sekitar/lingkungan. Sebagai contoh, dalam hal ini instruktur ilmu kimia kita, ia mempertunjukkan pengetahuan yang tidak hanya sekitar ilmu kimia, tetapi juga sekitar matematika dan AS kultur akademis di dalam penggunaan bahasa nya didalam kelas ilmu kimia. Strategi kompetensi julio yaitu mengijinkan dia untuk menenun pengetahuan bahasa nya dan pengetahuan latar belakangnya di dalam suatu capaian kompleks. kedua-duanya memanfaatkan berbicara dan menulis cara sesuatu dilakukan untuk membantu para siswa nya memecahkan permasalahan dan pekerjaan rumah dan bersiap-siap menghadapi suatu ujian.
Berikutnya, kita dapat melaksanakan kerangka TLU karakteristik, seperti yang  ditunjukkan pada  tabel 5.2. Perlu dicatat bahwa karakteristik tersebut adalah tersirat dalam konteks TLU situasi. Terutama sasaran, prosedur untuk tanggapan, dan evaluasi di dalam rubrik, dan identifikasi masalah di dalam masukan itu. Di dalam test bahasa, kita akan mungkin harus membuat yang tegas dan eksplisit ini untuk memastikan bahwa semua pengambil test menyadarinya. CATATAN:  juga bahwa yang membedakan antara tugas yang kadang-kadang samar-samar/tidak tegas: itu tidaklah selalu bersih ketika satu berakhir permasalahan dan yang berikutnya mulai muncul. Lagipula, pertanyaan siswa dapat keluar dari perasaan. Sebagai contoh, di dalam kelas Julio, sependapat menunjuk, seorang siswa mengajukan pertanyaan, seperti ketika sesuatu yang tidak berhubungan/berkaitan. ‘bagaimana kalau tentang konsestrasi?’ ini membuat Julio agak terkejut, dan dia bingung untuk suatu waktu singkat:' kons.... uh, konsentrasi?...' di dalam test kita, kita pada umumnya mencoba membuat tugas yang lebih tergambar jelas sehingga pembaca/penyimak dapat dengan mudah berhasil bekerja halal   mereka melalui sampai mereka, dan juga untuk alasan sejak psychometry, untuk karena beberapa prosedur statistik, ada suatu kebutuhan untuk membuat tugas test tidak terikat pada masing-masing lain sedemikian sehingga tertentu jenis statistik analisys dapat dilaksanakan, masih, seperti k non-sequitur kita ketahui, penggunaan bahasa tidak pernah secara tegas terbebas dari-konteks mencampur ke dan sukar untuk memisahkan dengan jelas. oleh karena itu, di dalam Language for specific purpose (LSP) yang menguji, seperti di pengujian komunikatif secara umum, kita akan temu sulit menciri tugas ketika dengan jelas ketika kita mungkin seperti, atau sebagai pengujian dan pengukuran praktek mungkin menuntut.
Tabel 5.2 Karakteristik bahasa dalam bahasa tujuan mengacu pada situasi (kelas kimia)
Karakteristik
Situasi TLU
Bagian
Objek

Cara merespon



Struktur
Nomor tugas
Tingkat kepentingan


Perbedaan teks


Pembagian waktu
Evaluasi
Masukan
Saran
Ciri konteks
Setting


Partisipan/anggota




Tujuan


Data/isi


Nada
Bahasa


Norma

Jenis

Identifikasi Masalah

Input Data
Format

Cara penyampaian
Waktu yang dibutuhkan

Tingkat Keaslian
Format
Hubungan

Perluasan respon
Format


Jenis

Isi jawaban
Bahasa

Latar belakang pengetahuan

Tingkat Kebenaran
Situasi/keadaan

Interaksi

Interaksi antara input dan respon
Reaksi

Kemampuan

Pengarahan




Penilaian
Pengertian
















Kriteria untuk koreksi





Cara kerja penilaian




Meliputi situasi, membahasa kesalahan pekerjaan rumah, latihan kembali
Meliputi: hubungan /interaksi lisan dan tulis dengan siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan pekerjaan rumah

Jenis: kesalahan berasal dari siswa
Jenis: pembimbing/guru menyarankan kepada siswa tentang hal penting yang harus diselesaikan terlebih dahulu
Siswa tidak paham/samar-samar, satu permasalahan dapat menyebar ke siswa lain, murid bertanya sewaktu-waktu
50 menit tiap kelas
Samar-samar/tersembunyi


Tipe ruang kelas ilmu kimia: guru berada di samping meja guru yang panjang, papan tulis, papan tulis, OHP, buku teks; meja siswa, catatan literatur, buku teks
25 mahasiswa/siswa, tidak hanya ahli ilmu kima, mempersiapkan materi pendidikan, ahli dari yang berkualitas, berkebangsaan sama, absensi data laki-laki dan perempuan, ramah pada pembimbing
Mengulas kembali kesalahan (permasalahan pekerjaan rumah, menjawab pertanyaan, dan persiapan untuk penelitian)
Pertanyaan langsung/format jawaban; masalah ilmu kimia untuk pekerjaan rumah; reaksi pertanyaan
Bersahabat tetapi cekatan
Pembimbing menggunakan bahasa Spanyol/Inggris, siswa menggunakan standar bahasa Inggris Amerika Tenggara
Guru/siswa berinteraksi, percakapan yang luwes dan nyaman
Bagian pertanyaan/jawaban “pengkajian’ kelas
Hal yang disampaikan secara lisan, siswa menjawab

Menulis materi di buku, catatan perkuliahan; pertanyaan lisan dari siswa
Langsung dan tulisan
50 menit tiap kelas-lama untuk tiap individu bervariasi

Dengan penjelasan
Guru mendalami hubungan dengan siswa, materi

Penjabaran masalah secara lisan, dikombinasikan dengan penjelasan secara tertulis (di papan tulis)
Perluasan respon


Tata bahasa mengarah pada topik dan pendengar
Ilmu kimia, matematika, pendidikan kebudayaan Amerika

Pembimbing membangun pengalaman siswa; dalam lingkup yang lebih tinggi
Mendalami hubungan


Saling bertukar: penyesuaian sebagai kewajiban untuk peningkatan mutu
Sangat besar; ketidakpercayaan tinggi dalam masukan harus diproses
Kejujuran dalam mengarahkan; pembimbing harus menggunakan kepercayaan pengalaman untuk membantu murid mempersiapkan pelajaran


Tujuan khusus bahasa mencakup keahlian TLU agak kompleks; ilmu kimia dan matematika, teknik; menggunakan pertanyaan, menjelaskan, pernyataan kutipan, imperatif, kohesif, menggunakan proses pembersihan; organisasi pengetahuan dalam proses/permasalahan menyelesaikan struktur dan menekankan percakapan; menggunakan heuristik, pengidentifikasian, dan manipulasi fungsi; suara dan referansi kebbudayaan, dan strategi menggunakan sebuah gaya interaktif penyelesaian dan pengelompokkan siswa melalui percakapan pertanyaan membantu mereka berpikir menyelesaikan masalah dengan membeerikan saran tentang alternatif jalan penyelesaian.

Latar belakang pengetahuan: kemampuan untuk menjelaskan topik dalam bahasa tahun pertama mahasiswa dapat mengerti dan beberapa pemahaman percakapan akademik.


Kriteria umum: murid konsentrasi dengan pengucapan, pemahaman, kesadaran budaya. Tingkat penguasaan pengetahuan, kepribadian (persahabatan, senang membantu, senang menjawab)

Meliputi: siswa menilai informasi pembimbing melalui arti pertanyaan mereka, pendapat, perilaku kelas, kebiasaan, keterlambatan, kehadiran.

Poin lain yang  perlu dibuat dan diperiksa analisa TLU-nya seperti situasi kelas ilmu kimia adalah evaluasi di dalam rubrik secara implisit: murid melakukan evaluasi dengan pembimbingnya, tetapi ada yang tidak mengerti pembimbing mereka untuk melakukannya seperti apa yang dilakukan pembimbingnya. Didalam analisis yang telah kita pelajari sejak pengumpulan data kedua yang nilai murid yang memiliki “dialog yang baik” ‘bersahabat’ ‘sangat membantu’ individu dan mengetahui hubungnnya seperti pada outline yang tertera pada abel 5.2 . kita akan berusaha untuk mengerjakan kriteria implisit ini dalam mengembangkan kriteria diluarnya. Untuk membenarkan dalam tes yang akan dilakukan oleh penguji kemampuan bahasa.
            Akhirnya, kita harus mencatat itu, dengan sebuah penghargaan dari ciri-ciri yang autentik didalam input data dan response yang diberikan. Situasi TLU adalah autentik. Yang tidak diukur dari autetiknya yang membuat kita tertarik dalam ini, tetapi akan memiliki masa depan cerah tergantung instrukturnya.ketika kita membahas itu, dari analisis, kita akan merasa tertaeik melakukannya , yang mana situasi kerja ini akan terasa sangat menarik.
            Sekarang, kita dapat menganalisisnya, kita siap untuk mengmbil langkah krusial dari pengembangan prosedure ini,  satu dari semua yang kita miliki yang belum kita diskusikan dalam buku ini :tes  pengembangan dari spesifikasi
Spesifikasi tes
            Tes spesfikasi, biasanya mengacu pada dokumen yang memberikan jenis dari tes pengembangan dan penulis, titik acuan dari falidasi pencarian, dan beberapa pengakuan dari narasumber, di dalam dokumen ini terdapat tujuan dan ciri-ciri yang akan diukur , penilaian dan pengambilan keputusan. Hasil dokumen dari literasi proses yang ideal yang juga dapat merubah penggunannya, pengembangan tes, guru, tujuan spesifik, pelajar, pengguna bahasa, dan pengguna skor.
            Pada pembelajaran 1.1, sudah dijelaskan sehingga pada bagian ini tidak perlu dijelaskan. Criterion-referenced Language Test Development (CLRTD) dapat merubah pengidentifikasian yang pertama yang orang berkonsentrasi pada ahli ini tidak hanya dalam pengembangan , dari tes instruksi bahasa. Yang mreka bertemu satu sma lain dalam grup yang berdiskusi tentang masalah hasil tes. Atou mandat. Lalu grup besar ini dibagi dalam grup-grup kecil lainnya menjadi 3 atau 5 , dan tiap grup memberikan spesifikasi draft. Lalu , grup pekerja ini menukarkn jawaban satu sama lain. Keseluruhan grup akan mendiskusikan secara besar-besaran sample dari draft itu yang mungkin akan dibutuhkan.dan hasil akhirnya akan ditulis dan dipilih sebagai hasil kelompok.
            Prosedure outline: (1) Pengembangan test sangat bagus jika dikerjakan  secara kelompok, (2)  itu sangat esensial dari pengembangan LSP tes, (3) menulis spesifikasi adalah prosess iterasi, (4) meningkatkan dan mengubah kemampuan dirinya melalui berbagai informasi, pengalaman, dan keahlian yang dimiliki.

Komponen untuk spesifikasi.
Di bawah ini adalah daftar komponen untuk spesifikasi tes. Ada banyak kemungkinan lain untuk spesifikasi harus mengandung apa saja (lihat, sebagai contoh, Bachman dan Palmer, 1996; dkk Alderson 1995.); Lync dan Davidson 1994; Hughes 1989; B, J Caroll 1980), tetapi daftar ini menyajikan spesifikasi penting untuk LSP yang baik.
1.      Menjelaskan tujuan pengujian: Ini mungkin termasuk keputusan eksplisit jika  kita ingin membuat berdasarkan kesimpulan kita tentang kemampuan berbahasa atau kapasitas untuk menggunakan bahasa. Termasuk dalam hal ini layanan untuk sertifikasi pelatihan kontrol lalu lintas udara, untuk lisensi praktisi medis, atau untuk kelas calon asisten pengajar internasional. Bagian ini juga harus menjelaskan apapun kendala pada situasi tes, seperti pembatasan pada peralatan, personil, waktu, dll, dan setiap pertimbangan khusus, seperti kecepatan dengan hasil yang harus dilaporkan, jenis informasi pengguna skor, dll.
2.      Menggambarkan situasi TLU dan daftar tugas TLU: ini menegaskan domain di mana kita ingin membuat kesimpulan tentang kemampuan berbahasa atau kapasitas untuk menggunakan bahasa, serta tugas-tugas bahasa yang akan dilakukan di domain tersebut. Ini adalah bagian penting dari spesifikasi dan melibatkan deskripsi tempat kejadian target komunikatif berlangsung, bahan dan peralatan yang terlibat, kondisi waktu dan fisik, para peserta, dan jenis tugas yang sedang dilakukan. Informasi ini berdasarkan karakteristik dari rubrik, masukan, respon yang diharapkan, hubungan antara input dan tanggapan, dan penilaian, yang saya dibahas dalam Bab 3, dan telah diilustrasikan pada Tabel 5.2 di atas.
3.      Menjelaskan karakteristik dari pengguna bahasa/yang di tes: Berikut spesifikasi membuat eksplisit sifat populasi yang ingin di uji sedang dirancang. Kami menetapkan informasi seperti tentang populasi sasaran seperti umur, kebangsaan, bahasa asli, bahasa lainnya, dan tingkat dan jenis latar belakang pendidikan. Tujuan dari bagian spesifikasi adalah untuk menggambarkan kedua jenis orang-orang pengambil tes diharapkan untuk berinteraksi dengan bahasa dan pengambil tes itu sendiri.
4.      Menentukan konstruksi yang akan diukur: Bagian ini membuat eksplisit sifat kemampuan ingin kita ukur, termasuk pengetahuan gramatikal, tekstual, fungsional, dan sosiolinguistik, kompetensi strategis, dan pengetahuan latar belakang. Bagian ini spesifikasi sehingga harus memberikan deskripsi aspek yang tepat dari bahasa tujuan kemampuan khusus kami tertarik dalam membuat kesimpulan sebagai hasil kinerja pengujian, berdasarkan analisis rinci, seperti digambarkan dalam Tabel 5.1 di atas. Seperti yang saya bahas dalam Bab 2, membangun definisi didasarkan pada analisa kemampuan bahasa tujuan tertentu dalam situasi TLU, dan, lebih spesifik, membangun untuk diukur memperhitungkan kendala di situasi pengujian yang ditimbulkan oleh faktor-faktor seperti waktu, uang, personil, dan kepentingan sponsor pengujian
5.      Menjelaskan isi tesnya: Di sini kita menentukan jenis tugas uji untuk dimasukkan, berdasarkan analisis situasi bahasa target digunakan dan membangun definisi. Fitur yang akan dibahas harus mencakup  berikut: organisasi pengujian, termasuk jumlah tugas dan deskripsi singkat dari masing-masing, alokasi waktu untuk tugas-tugas, panjang teks termasuk dalam tugas, dan spesifikasi tugas uji merujuk pada deskripsi situasi TLU dan karakteristik uji tugas dan membangun definisi seperti digambarkan dalam Tabel 5.1 dan 5.2 di atas).
6.      Menjelaskan kriteria untuk pembenaran: Hal ini memberikan gambaran tentang bagaimana tanggapan akan dinilai benar, atau busur mereka akan ditugaskan untuk tingkat pada skala penilaian, dan bagaimana skor total akan dihitung. Kriteria ini berasal dari analisis kriteria penilaian dalam situasi TLU dan dengan mengacu pada definisi dari susunan yang akan diukur. Mereka mungkin cukup sederhana, dalam kasus pilihan ganda atau benar / salah, misalnya, atau lebih kompleks, seperti dalam kasus close atau mengisi kesenjangan-tugas, di mana setiap tanggapan diterima mungkin dianggap benar, atau tertulis esai dan tugas berbicara terbuka, di mana pedoman penilaian cukup luas mungkin terletak diperlukan. Dalam menghitung skor total, keputusan perlu dibuat pada apakah item tugas akan dihitung sama atau apakah sebagian akan diberikan lebih berat daripada yang lain, atau, dalam hal esai dan tugas berbicara, apakah nilai holistik tunggal akan diberikan , atau apakah nilai tugas yang akan diberikan dan rata-rata.
7.      Memberikan contoh tugas/item spesifikasi dimaksudkan untuk menghasilkan; Setiap jenis item atau tugas yang ditentukan harus dibuktikan.
8.      Mengembangkan rencana untuk mengevaluasi kualitas praktek pengujian yang baik; Ini termasuk validitas, reliabilitas, situasional dan interaksional keaslian, dampak, dan kepraktisan. Kualitas ini orang-orang yang umum untuk semua tes yang dirancang dengan baik dan dilaksanakan dengan baik, bukan hanya LSP tes, dan mereka berjumlah seperangkat prinsip untuk memastikan bahwa tes kami hasilkan adalah sebagai baik karena kami dapat membuat mereka dalam hal ( 1) penafsiran kita buat uji kinerja (validitas), konsistensi dan akurasi dari pengukuran (kehandalan), (3) hubungan antara situasi target dan tugas-tugas tes (keaslian situasional), (4) keterlibatan pengujian pengambil's komunikatif bahasa kemampuan (keaslian interaksional), (5) pengaruh tes telah di didik, guru, dan sistem pendidikan (dampak), dan (6) hambatan yang diberlakukan oleh faktor-faktor seperti uang, waktu, tenaga, dan kebijakan pendidikan ( kepraktisan). Bagian ini spesifikasi sehingga mencakup rincian tentang apa bukti pengembang tes berniat untuk memberikan untuk membenarkan validitas interpretasi hasil tes (yaitu, bahwa interpretasi tersebut tepat dalam hal relevansi, membangun dan cakupan konten pengujian, hubungan antara kinerja pada kinerja uji pada langkah-langkah lain, dan kemampuan kinerja tes ini berguna untuk memprediksi aspek-aspek kinerja pada tugas-tugas non-tes dalam domain target), bagaimana mereka merencanakan untuk menunjukkan uji reliabilitas, (yaitu, bahwa skor yang akurat , konsisten ukuran yang dimaksudkan membangun), bagaimana input tes dan respon yang diharapkan karakteristik tugas bagian dari situasi bahasa target digunakan, sehingga keaslian situasional tugas, bagaimana karakteristik otentik tugas tes akan terlibat domain wacana yang tepat dalam pengambil tes, membawa tentang kualitas keaslian interaksional, atau keterlibatan dengan tugas uji; apa dampaknya, cuci kembali, atau konsekuensi, tes akan memiliki pada pengambil tes, program pendidikan, dan masyarakat pada umumnya dan apa yang manusia, teknologi dan sumber daya keuangan akan diperlukan untuk memproduksi, mengelola, dan melaporkan hasil skor tes, semua pertimbangan mengarah ke kepraktisan, atau, di mana sumber daya yang dibutuhkan lebih besar dari yang tersedia, untuk tidak praktis nya.

Dalam ringkasan, produksi dokumen uji spesifikasi adalah bagian tak terpisahkan dari proses pengembangan tes. Ini tidak hanya membantu tim uji pengembangan untuk fokus pada pertimbangan penting dalam pengembangan tes, tetapi juga proses produksi dokumen mengharuskan pengembang sangat tepat tentang mengapa mereka memproduksi tes dan apa yang mereka ingin mengukur. Dokumen selesai akan berfungsi sebagai panduan untuk pembangunan test: penulis memberikan item dengan parameter untuk produksi barang dan tugas, dan memberikan skor dan penilai dengan pedoman untuk pekerjaan mereka. Dokumen spesifikasi juga merupakan sumber informasi bagi pengguna pengujian pada tujuan pengujian dan keterbatasan pada apa langkah-langkah dan interpretasi kinerja tes yang tepat dapat dilakukan.

Penelitian Kausal Komparatif (Ex Post Facto)

BAB I PENDAHULUAN A.   Latar Belakang Masalah Dalam penelitian pendidikan setidaknya dikenal dua jenis penelitian , ya itu penel...