CHOOSING YOUR COURSEBOOK
PEMBAHASAN CHOOSING YOUR COURSEBOOK
Alan Cunningworth
Kajian Kurikulum
dan Pengembangan Materi Ajar
Dosen
Pengampu : Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd.
Disusun
oleh:
Andri
Wicaksono
PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
Sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan
dalam Garis-garis Besar Haluan Negara maka landasan dan arah kebijaksanaan
dasar dari pembangunan di bidang pendidikan
dan pembinaan generasi
muda adalah sebagai
berikut.
1.
Pendidikan pada hakikatnya
adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan
di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
2.
Pembangunan di bidang
pendidikan didasarkan atas landasan falsafah negara Pancasila dan diarahkan
untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang berpancasila dan untuk
membentuk manusia-manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki
pengetahuan dan ketrampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung
jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat
mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur,
mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang
termaktub dalam Undang-undang Dasar 1945.
3.
Agar pendidikan dapat dimiliki
oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masing-masing individu, maka pendidikan
adalah menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
4.
Untuk mencapai tujuan
pendidikan, kurikulum di semua tingkat pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak
sampai perguruan-perguruan tinggi baik negeri maupun swasta harus berisikan
pendidikan moral Pancasila dan unsur-unsur yang cukup untuk meneruskan jiwa dan
nilai-nilai 1945 kepada generasi muda. Demikian pula pendidikan
agama dimasukkan ke dalam kurikulum di
sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan universitas-universitas
negeri.
5.
Peningkatan mutu pendidikan
terutama diusahakan pada tingkat-tingkat pendidikan dasar dan menengah melalui penguatan
mata-mata pelajaran bahasa, ilmu pengetahuan alam, matematika, dan pengetahuan
sosial. Hasil-hasil peninjauan kembali mata-mata pelajaran tersebut dituangkan
dalam sejumlah buku pelajaran pokok (buku teks) dan pegangan guru yang sudah
teruji. Dalam kurikulum mata-mata pelajaran pokok tersebut sekaligus dapat
diintegrasikan pengetahuan dan pengertian baru tentang kebutuhan-kebutuhan
pembangunan nasional dan daerah.
Kenapa dan Kapan Adaptasi
Buku Ajar
Pada dasarnya usaha-usaha peningkatan mutu pendidikan adalah
meliputi pengadaan buku-buku pelajaran pokok beserta buku-buku pegangan guru,
penataran tenaga-tenaga pengajar dalam rangka pengembangan kurikulum,
penggunaan buku-buku teks, pengadaan perpus-takaan sekolah, dan pemberian
perlengkapan alat-alat peraga serta sarana-sarana pengembangan ketrampilan dan
keahlian lainnya yang diperlukan oleh masing-masing tingkat dan jenis
pendidikan.
Peran buku Ajar menurut Kholid A. Harras.
·
Bagi siswa, buku ajar menjadi
sumber belajar utama.
·
Bagi guru, berfungsi sebagai
salahsatu sumber pembelajaran.
·
Menyediakan struktur dan
penerapan silabi program pembelajaran.
·
Menjadi rujukan standar
pembelajaran.
·
Melihara kualitas pengajaran
dan pembelajaran.
·
Menyediakan berbagai sumber.
·
Membuat murid tertarik secara
visual.
Bagaimana caranya supaya unsur kebahasaan dapat
diajarkan tanpa mengurangi kompetensi dasar atau menambah jam pelajaran sesuai
waktu efektif yang telah ditentukan kurikulum? Salah satu caranya adalah dengan
menyelipkan setiap unsur kebahasaan ke dalam setiap kompetensi dasar yang
mempunyai keterkaitan antara keduanya. Pendistribusian unsur kebahasaan ini
harus dipertimbangkan secara matang dan secara keseluruhan sehingga tidak
tumpang tindih dan menyita waktu yang akhirnya akan terjadi pembengkakan waktu
sebuah kompetensi dasar. Apabila hal ini terjadi, maka ketuntasan pencapaian
kurikulum dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran juga akan terhambat.
Penambahan dan penggantian
materi
Materi disini tidak hanya cukup dalam suatu bidang
tertentu atau yang berhubungan dengan bidang dalam suatu hal yang sesuai.
Pilihan ini bertujuan untuk menemukan materi tambahan dari sumber lain yang
diterbitkan atau untuk mengasilkan materi hasil pemikiran kita sendiri. Disini
kita akan menekankan pada materi tambahan.
Sebuah buku pegangan dibutuhkan untuk pemenuhan dalam suatu bidang
yang berbeda, meliputi:
1.
Membaca
2.
Mendengarkan
3.
Pengucapan
4.
Perbendaharaan kata
5.
Grammar
Penambahan keterampilan didasarkan menurut tingkatannya,
hal tersebut akan menjadi upaya yang relatif untuk mencocokan tingkatan
penambahan materi untuk tingkat pembelajar dan buku pegangan. Sebuah keuntungan
penggunaan materi berdasarkan tingkatan adalah mempermudah menemukan latihan pada tingkatan yang lebih rendah atau
lebih tinggi dibandingkan dengan buku pegangan yang biasa digunakan. Hal ini
akan mengakomodasi siswa dengan latar belakang profil yang berbeda yang
memerlukan perbaikan atau kemampuan kerja yang lebih dalam suatu bidang
ketrampilan tertentu.
Disana masih terdapat beberapa mata pelajaran umum yang
tidak meliputi pengucapan dengan sepenuhnya dan sistematik sebagai sesuatu yang
penting. Semua aspek pengucapan pada tingkat yang berbeda dan dengan persamaan
kasus. Perbendaharaan kata digunakan lebih lengkap dalam buku pegangan yang
moderen dibandingkan buku yang terdahulu, tetapi masih tetap mencakup untuk
menggunakan materi penambahan perbendaharaan kata yang dipelajari. Hal ini
dapat menjadi mata rantai dalam suatu topik tertentu di dalam buku pegangan yang utama. Ini adalah
suatu persetujuan yang mungkin fleksibel, sebagai pembelajar yang dapat
memilih, antara individu atau kelompok, dimana tetap fokus pada penambahan
perbendaharaan kata. Bukunya seperti The Heinemann English Wordbuilder (Wellman
1992) dan Wordpower (Cunningsworth dan Ferst 1982) yang digunakan sebagai
sumber materi tambahan untuk perbendaharaan kata. Materi tambahan untuk
perbendaharaan kata sangat penting untuk mengecek tingkatan materi dan
mencocokannya untuk siswa, tetapi materi yang memiliki level yang tinggi dapat
digunakan ketika fokus pada perbendaharaan kata, karena perbendaharaan kata
tidak menghasilkan kesulitan, hal ini sangat sederhana dalam meningkatkan kualitas.
Kebanyakan buku pegangan sepenuhnya meliputi tata bahasa,
tetapi masih banyak kesempatan ketika menambahkan tatabahasa yand dibutuhkan
atau pendekatan yang diperlukan. Buku pegangan yang utama menggunakan
pendekatan induktif untuk mengajarkan grammar (contohnya siswa belajar
berdasarkan aturan), beberapa siswa akan mendapat keuntungan dari penambahan
materi dam mendapatkan penjelasan secara benar tentang aturan penggunaan bahsa
secara benar dengan latihan dari masing – masing grammar. Sebuah contoh yang
bagus tentang materi ini berasal dari buku English Grammar in Use (Murphy, 1994).
Hal tersebut tidak jadi masalah dalam latihan dibuku
grammar yang biasa digunakan untuk membuat sebuah kalimat, yang mana sangat
berguna untuk latihan grammar dan buku jenis ini sangatlah tepat untuk siswa.
Tetapi disana tidak terdapat model pembelajaran bahasa yang komunikatif dan
tidak dilengkapi dengan latihan yang komunikatif untuk siswa.. karena alasan
ini buku grammar dan buku pendukung yang lain yang terbaik yang digunakan yang
berhubungan dengan buku pegangan yang komunikatif.
Tujuan Pengajaran Bahasa Indonesia (PBI) disesuaikan
dengan peran dan fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia, yakni: (1) sarana
pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa, (2) sarana peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan berbahasa Indonesia dalam rangka pelestarian dan pengembangan
budaya, (3) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia
untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4)
sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan
menyangkut berbagai masalah, (5) sarana pengembangan penalaran.
Berdasarkan peran dan fungsi mata pelajaran Bahasa
Indonesia ini disusunlah tujuan pengajaran Bahasa Indonesia secara umum dan
khusus, serta tujuan setiap kelas.
Sebagai tindak lanjut diberlakukannya kurikulum, Kemendiknas
menerbitkan buku pelajaran bagi siswa. Buku yang dipakai pengajaran Bahasa
Indonesia di sekolah dasar saat ini yakni buku Lancar Berbahasa Indonesia
sebagai buku pegangan utama (buku paket) yang dalam penelitian ini disebut buku
teks. Buku tersebut tampaknya merupakan buku wajib di sekolah. Semua sekolah
mendapatkan buku secara cuma-cuma dari pemerintah sebagai buku pelajaran.
Buku teks Bahasa Indonesia merupakan buku pegangan guru
dalam menyajikan materi kurikulum. Dalam Buku teks Bahasa Indonesia disajikan
materi pelajaran dalam bentuk unit-unit pelajaran. Pada setiap unit dituliskan
tema dan pembelajaran. Materi pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mencakup
membaca, menulis sambung serta membuat karangan singkat. Baik berupa karangan
bebas hingga mengarang dengan ilustrasi gambar. Sampai ke tingkat-tingkat
selanjutnya pola yang digunakan juga praktis tidak mengalami perubahan yang
signifikan. Pengajaran Bahasa Indonesia yang monoton telah membuat para
siswanya akan merasakan gejala kejenuhan akan belajar Bahasa Indonesia. Hal
tersebut diperparah dengan adanya buku paket yang menjadi buku wajib. Sementara
isi dari materinya terlalu luas dan juga cenderung bersifat hafalan yang
membosankan. Inilah yang kemudian akan memupuk sifat menganggap remeh pelajaran
Bahasa Indonesia karena materi yang diajarkan hanya itu-itu saja.
Siswa dan guru memerlukan bahan bacaan yang mendukung
pengembangan minat baca, menulis dan apreasi sastra. Untuk itu, diperlukan
buku-buku bacaan dan majalah sastra yang berjalin dengan pengayaan bahan
pengajaran Bahasa Indonesia.
Kompetensi dasar yang terdapat di dalam kurikulum
merupakan batas minimal yang harus diberikan kepada siswa. Artinya, dalam kurun
waktu tertentu, seorang siswa harus menguasai sejumlah kompetensi dasar minimal
yang telah ditetapkan kurikulum. Hal ini berarti, seorang guru berhak
menambahkan materi pelajaran yang dapat menunjang ketercapaian sebuah
kompetensi dasar. Penambahan materi pelajaran dapat dilakukan dengan cara menambahkan
satu atau dua indikator yang berisi unsur kebahasaan yang menunjang kompetensi
dasar tersebut.
Penambahan unsur kebahasaan ini dapat dijumpai di
beberapa buku paket mata pelajaran bahasa Indonesia. Banyak buku yang
menambahkan sebagai kegiatan awal sebelum memasuki kegiatan inti. Penambahan
ini diharapkan dapat mempermudah siswa dalam penguasaan materi pelajaran
sekaligus sebagai sarana mengingat kembali materi yang telah dipelajari siswa.
Dalam menambahkan unsur kebahasaan ke dalam setiap
kompetensi dasar hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah dan
kemampuan siswa karena pada prinsipnya penambahan ini bertujuan untuk
mengefektifkan proses pembelajaran dan untuk mempermudah siswa dalam penguasaan
kompetensi dasar.
Penambahan unsur kebahasaan ini dapat dijumpai di beberapa buku
paket mata pelajaran bahasa Indonesia. Banyak buku yang menambahkan sebagai
kegiatan awal sebelum memasuki kegiatan inti. Penambahan ini diharapkan dapat
mempermudah siswa dalam penguasaan materi pelajaran sekaligus sebagai sarana
mengingat kembali materi yang telah dipelajari siswa.
Sebuah aturan baru untuk
buku pegangan: inspirasi dan kreatif
Dalam dunia pendidikan, buku merupakan bagian dari
kelangsungan pendidikan. Dengan buku, pelaksanaan pendidikan dapat lebih
lancar. Guru dapat mengelola kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien
lewat sarana buku. Siswa pun dalam mengikuti kegiatan belajar dengan maksimal
dengan sarana buku. Bahkan, administratur pendidikan dapat mengelola pendidikan
dengan efektif dan efisien dengan berpedoman ada aturan-aturan dan lebijakan
yang tertuang dalam buku, misalnya pedoman pelaksanaan pendidikan dan
kurikulum. Atas dasar itulah, bangsa-bangsa Eropa (yang termasuk bangsa maju)
berpendapat bahwa ”education without book is unthinkable”.
Sebagai bangsa yang maju, kita patut tidak berseberangan
pendapat dengan bangsa Eropa tentang buku. Buku hendaknya menjadi perhatian
utama, mulai dari pengadaan (baca: penulisan), penggandaan, sampai dengan
penyeberannya.
Dari segi pengadaan, buku-buku yang ditulis hendaknya
diarahkan pada peningkatakan wawasan dan perkembangan jiwa yang positif, tidak
hanya masalah iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi), tetapi juga masalah
sosial dan imtak (iman dan takwa). Dengan demikian ada keseimbangan antara
perkembangan pemikiran dan kejiwaaan. Inilah yang biasa disebut ”manusia utuh”
itu. Dari segi penggandaan, buku-buku yang telah ditulis hendaknya diproduksi
secara proporsional dan memadai. Oleh karena tu, pemerintah hendaknya
mengalokasikan anggaran yang cukup untuk itu. Pihak swasta pun sebaiknya
terlibat dalam penggandaan ini walaupun dalam bentuk transaksi bisnis. Dari
segi penyebaran, buku yang telah digandakan hendaknya disebarkan secara merata.
Jangan hanya diarahkan ke kota-kota besar saja. Daerah terpencil justru
mendapatkan perhatian utama. Dengan demkian, akan terjadi pemerataan
perkembangan pola pikir dan wawasan. Terkait dengan penyebaran buku ini, niat
pemerintah untuk program buku murah perlu mendapatkan apresiasi positif dari
masyarakat.
Buku-buku yang dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan
bermacam-macam. Namun demikian, apabila dilihat dari segi isi dan fungsinya,
buku pendidikan setidak-tidaknyanya dapat dibedakan menjadi tujuh jenis, yaitu
sebagai berikut.
a.
Buku acuan, yaitu buku yang
berisi informasi dasar tentang bidang atau hal tertentu. Informasi dasar atau
pokok ini bisa dipakai acuan (referensi) oleh guru untuk memahami sebuah
masalah secara teoretis.
b.
Buku pegangan, yaitu buku
berisi uraian rinci dan teknis tentang bidang tertentu. Buku ini dipakai
sebagai pegangan guru untuk memecahkan, menganalisis, dan menyikapi
permasalahan yang akan diajarkan kepada siswa.
c.
Buku teks atau buku pelajaran,
yaitu buku yang berisi uraian bahan tentang mata pelajaan atau bidang studi
tertentu, yang disusun secara sistematis dan telah diseleksi berdasarkan tujuan
tertentu, orientasi pembelajaran, dan perkembangan siswa, untuk diasimilasikan.
Buku ini dipakai sebagai sarana belajar dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
d.
Buku latihan, yaitu buku yang
berisi bahan-bahan latihan untuk memperoleh kemampuan dan keterampilan
tertentu. Buku ini dipakai oleh siswa secara periodik agar yang betrsangktan
memiliki kemahiran dalam bidang tertentu.
e.
Buku kerja atau buku kegiatan,
yaitu buku yang difungsikan siswa untuk menuliskan hasil pekerjaan atau hasil
tugas yang diberikan guru. Tugas-tugas ini bisa ditulis di buku kerja tersebut
atau secara lepas.
f.
Buku catatan, yaitu buku yang
difungsikan untuk mencatat informasi atau hal-hal yang diperlukan dalam
studinya. Lewat buku catatan ini siswa dapat mendalami dan memahami kembal
dengan cara membaca ulang pada kesempatan lain.
g.
Buku bacaan, yaitu buku yang
memuat kumpulan bacaan, informasi, atau uraian yang dapat memperluas
pengetahuan siswa tentang bidang tertentu. Buku ni dapat menunjang bidang studi
tertentu dalam memberikan wawasan kepada siswa.
Begitu pentingnya buku dalam pendidikan, pada tahun 2008
Pemerintah mencanangkan buku murah dalam bentuk buku elektronik (e-book) yang
diberi nama Buku Sekolah Elektronik (BSE). Buku yang hak ciptanya telah dibeli
Pemerintah ini dapat diakses oleh siapa saja secara gratis. Buku Sekolah
Elektronik (BSE) atau buku elektronik (e-book) merupakan salah satu sarana
penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu permasalahan
perbukuan dalam era otonomi daerah dewasa ini adalah ketersediaan buku yang
memenuhi standar nasional pendidikan dengan harga murah yang dapat dijangkau
oleh masyarakat luas. Dalam rangka menyediakan buku yang memenuhi standar
nasional pendidikan, bermutu dan murah.
Pandangan yang moderat terhadap buku teks.
a.
”No one textbook is the best
for all situation”
Argumentasi ini bisa dimaklumi sebab pada kenyataan
memang tidak ada satu pun buku teks yang ampuh untuk semua situasi dan kondisi.
Namun demikian, keterbatasan ini tidak boleh dipakai sebagai “kambing hitam”
untuk tidak menggunakan buku teks. Keterbatasan ini harus diantisipasi guru
pada saat mengasimilasikannya di kelas. Yang peru dipahami adalah buku teks
merupakan sarana untuk mencapai tujuan pengajaran dan buku teks bukanlah
pengajaran. Oleh karena itu, buku teks tidak bisa mengajar. Yang bisa mengajar
adalah guru lewat sarana antara lain buku teks.
b.
Tidak ada buku teks yang
betul-betul bisa memenuhi harapan kurikulum.
Pernyataan ini pun bisa dimaklumi. Memang tidak ada satu
pun buku teks yang bisa memenuhi kebutuhan kurikulum secara total. Buku teks hanyalah
salah satu sarana bukan satu-satunya sarana untuk memenuhi kebutuhan kurikulum.
Walaupaun Garis-garis besar Program pengajaran (GBPP) atau silabus pada
kurikulum tertentu dipakai sebagai acuan penyusunan bahan ajar pada buku teks,
tetap tidak bisa menjamin bahwa buku teks dapat memenuhi kebutuhan kurikulum
secra total. Sebab, faktor-faktor lain di luar buku teks juga ikut
menentukannya, yaitu guru pemakai buku teks, siswa sasaran, situasi dan kondisi
sekolah, dan aspek-aspek lainnya.
c.
Tidak ada satu pun buku teks
yang cocok untuk semua jenjang pendidikan.
Pernyataan ini tidak mengada-ada, bahkan bisa
dimakluminya. Buku teks memang disusun dengan mempertimbangkan program
tertentu, jenjang pendidikan tertentu, dan pola pikir siswa tertentu.
Akibatnya, buku teks hanya cocok untuk “sasaran” tetentu saja.
Pandangan ketiga inilah yang memandang buku teks secara
lebih objektif dan rasional. Sebab, buku teks akan berpran secara maksimal
apabila memenuhi criteria ideal dan diasimilasikan oleh guru yang professional.
Ketika mengevaluasi sebuah buku pegangan kita melihat
kelebihan dan kelemahan dan untuk apa hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan
kita. Kita juga bisa menjelejahi sejauh
mana hal tersebut menawarkan kemungkinan dalam suatu pengembangan. Beberapa
buku pegangan terdiri dari banyak gagasan atau ide – ide untuk mengajar, tetapi
kenyataanya, dalam suatu buku mungkin tidak menjadi sesuatu yang menarik dalam
kelas.
Buku pegangan mengacu pada aturan baru, sebagai”Kumpulan
Gagasan”, berupa sumber ide yang praktikal untuk mengajar dan suatu stimulus
inspirasi untuk guru yang kreatif.
keuntungan yang didapat dari hubungan buku pegagangan dan guru adalah buku
pegangan tidak diharapkan apakah buku itu digunakan dengan manifestasi yang
baik atau tidak dan pengguna dari materi tersebut adalah siswa dikelas dan guru
dapat melakukan pengembangan materi sesuai dengan gagasannya yang diperoleh
dari buku. Hal ini akan membantu guru untuk bekerja lebih personal dan kreatif
dengan kepercayaan diri dan dengan keasliannya.
Ketika akan mencari materi yand akan dipilih dari buku
pegangan, harus dilihat dari materi yang akan digunakan yang didasarkan pada
suatu gagasan dan ketepatannya ,harus
disesuaikan dengan situasi mengajar karena hal ini merupakan pokok bahasan dan
gaya dalam mengajar. Pendekatan yang positif untuk mempublikasikan suatu materi
dapat dilihat dari keseluruhan ide yang bagus dan dapat pula dikembangkan. Jika
ide pokoknya bagus, itu akan memungkinkan digunakan pada pokok bahasan yang
berbeda, dengan kontekstual atau fokus pada ketrampilan yang berbeda pula.
Berdasarkan contoh tersebut dalam menggambarkan materi
yang dapat diadaptasi tetapi tidak digunakan sebagai model yang ditentukan.
Materi ini diharapkan dapat membuat pembaca menjadi antusias untuk
menggunakan kemampuan kreatif mereka
dalam mengadaptasikan buku pegangan mereka ketika mereka menganggap hal
tersebut menjadi sesuatu yang dianggap penting.
Guru yang kreatif senantiasa mencari pendekatan baru
dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara tertentu yang monoton,
melainkan memilih variasi lain yang sesuai. Bermain peran merupakan salah satu
alternative yang dapat ditempuh. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan
oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu model yang
dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran
diarahkan pada pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia,
terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Beberapa contoh materi
yang mengalami penyesuaian
Latihan yang terus menerus dan diberikan pada prakteknya
dalam penggunaan to have to dengan
referensi masa sekarang dan masa yang akan datang. Bentuk yang lebih formal,
luas dan pengulangan menggunakan have to dalam suatu pidato informal, tetapi
objek latihan ini adalah untuk melatih susunan yang berhubungan dengan kontek
yang digunakan. Di sana tidak ada situasi yang dirancang. Meskipun kita
mengetahui siapa orang yang sedang berbicara. Mereka tidak teridentifikasi,
sehingga disana tidak ada komunikasi sebagai latihan yang di dengar di kelas.
Hal ini adalah suatu cara yang mekanik, sebelum aktivitas berkomunikasi dan
selama kita mewujudkan ini,Materi ini akan sangat bermanfaat.
Berangkat dari latihan sebagai point yang pertama, kita
dapat mengembangkan gagasan dan membuat interaksi komunikasi yang lebih nyata
oleh konten yang personal, selama mengacu pada tata cara. Ini adalah cara untuk
melakukannya:
a.
Meminta pada siswa tentang tugas yang dikerjakan dan
tulislah dipapan tulis sebagai sebuah daftar.
b.
Meminta pada siswa untuk
membagi daftar tersebut kedalam dua jenis, yaitu sesuatu yang mereka suka
lakukan dan sesuatu yang mereka tidak suka lakukan( dilakukan sebagai kegiatan
kelompok atau kegiatan di kelas secara keseluruhan)
c.
Fokus pada tugas dan memberikan
beberapa contoh penggunaan have to untuk present dan future (will) dalam bentuk
kaloimat positif dan kalimat kata Tanya.
d.
Siswa kemudian bekerja
berpasangan atau kelompok kecil kemudian bertanya dan menjawab pertanyaan.
Do you have to … today? And will you have to… tomorrow?
e.
Mengenalkan kalimat I always
have to dan memberikan contohnya.
f.
Siswa memberikan responnya yang
meliputi (penggunaan have to secara natural). Contohnya: I have to do my
homework today and I’ll have to do my homework tomorrow. I always to do my
homework.
g.
Jika siswa telah bisa dan dapat
mngembangkannya dalam kalimat yang lebih komplek, seperti kalimat I always have
to finish my homework before I’m allowed to watch TV go out with my friend.
Bagian penting dari point ini adalah siswa dapat
berbicara tentang pengalamannya dalam kehidupan sehari – hari dan dapat
berkomunikasi dengan orang lain menggunkan bahasa inggris, dan terkadang fokus
pada penggunaan susunannya.
Penggunaan konten yang
otentik
Konten otentik buakanlah sesuatu yang dapat membuat
bingung seperti materi aslinya. Otentik konten digunakan kenyataan dan untuk
membangun konten informasi. Bahsa yang digunaksn dalam konten otentik merupakan
bahasa asli, semi otentik atau bahasa yang khusus yang digunakan oleh penulis,
tergantung tingkatannya. Sebuah artikel yang sanagat menarik pada halaman 142 –
143 yang dikutip dari Fast Forward 2 (Black et al 1987) memberikan informasi
tentang negeri dongeng di laut Indian.
Kegiatan membaca pada halaman 142 – 143 merupakan kegiatan membaca
peta yang sederhana, yand terdiri dari modifikasi membaca jigsaw (tidak
dijelaskan pada halaman ini) pengintrepetasian statistic, diskusi dan
stimulasi. Susunan ini dibuat sangat bagus untuk suatu kegiatan, dengan
perencanaan ketrampilan bekerja dan interaksi siswa dengan siswa maupun
interaksi siswa dengan kelompoknya.
Semua subjek yang diartikel tersebut sangat bermanfaat
dalam bahasa, meskipun keberadaan negaranya hanyalah fiktif saja tetapi disukai
dan menjadi sangat menarik untuk setiap orang. Walaupun siswa tidak begitu
mengetahui keadaan georpafi pada area ini. Gagasan dan kegiatannya juga sangat
menarik,jadi penggunaan konten yang otentik dapat menarik siswa dan juga dapat
membuka kesempatan untuk siswa untuk mempelajari dunia menggunakan bahasa
inggris, melalui ini juga motivasi siswa juga meningkat, hal – hal yang dibuat
dalam artikel ini sangat bermanfaat untuk bahsa inggris, yaitu hal – hal yang
ditunjukkan dapat memberikan informasi dan dapat meningkatkan pengetahuan
siswa.
Pengunaan kerangka atau susunan untuk kegiatan dalam
buku pegangan, salah satu caranya adalah dengan melakukan penyesuain materi, yaitu
Mengumpulkan informasi tentang Negara baru atau sesuatu yang
menarik(contohnya sesuatu yang dekat dengan lingungan siswa). Informasi dapat
diperoleh dari sumber yang berbeda, seperti kantor wisata, kedutaan besar,
ensiklopedia maupun sumber yang lainnya. Buatlah sebuah peta sederhana dari
Negara tersebut, gambarlah sesuatu yang penting di pete tersebut berdasarkan
informasi yang telah diperoleh dan berikan sebuah kata kunci untuk symbol yang
digunakan.
Pilih sebagian teks yang singkat tentang lima aspek yang
berbeda dari suatu Negara dan berilah judul. Sederhanakan kalimat jika perlu
tetapi diusahakan tetap menjaga susunan keasliannya selama memungkinkan. Persiapkan
pembukaan untuk setiap bagian, gunakan sesuatu yang visual jika memungkinkan. Buatlah
pertanyaan di peta tersebut dan kalimat yang berbeda untuk setiap bagian, siswa
bekerja dalam suatu kelompok mengunakan teknik jigsaw. Mengumpulkan secara statistik
dan buatlah pertanyaan di statistik tersebut. Buatlah diskusi dan simulasi
tempat yang menarik dari masing – masing kelompok dalam suatu Negara (misalnya
petani, pekerja pabrik, lingkungannya. Cara yang sama dapat digunakan untuk
mengeksploitasi berbagai Janis informasi, misalnya masalah local seperti
pembangunan jalan dan pertahanan lingkungan atau masalah social seperti Hak
asasi manusia. Sesuatu yang penting untuk dipelajari oleh siswa dan menarik
untuk siswa dpat ditujukan untuk peljaran Inggris dan tidak hanya tentang
Inggris tetapi juga semua aspek kehidupan.
Membuat dialog yang komunikatif
Dialog adalah bagian yang penting dalam mempelajari
bahasa dan dapat membantu untuk mengembangkan suatu tingkatan secara cepat,
umumnya aspek semi- automatic dalam bahasa seperti dalam kebiasaan sehari –
hari.
Sebuah tes umumnya mengidentifikasi dialog yang sudah
pasti baris demi baris. Jika respon yang diberikan dari sebuah pertanyaan benar
dan dapat dikerjakan,dialog tersebut telah sesuai dan siswa diminta untuk
membuatnya, mengunakan kata kunci dan tebakan, atau terserah apa yang seseorang
tuliskan menurut kreasi dialog mereka.
Dialog dari Kernel One adalah salah satu dialog yang
bagus. Participant di dalam dialog ini berbicara apa yang ingin dikatakan dan
memberikan kebebasan untuk mengekspresikannya sendiri. Bagian terpenting dalam
dialog ini adalah jawaban sebelum pertanyaan, tepatnya sesuatu yang terjadi
didasarkan pada kenyataan.
Siswa membutuhkan seseorang yang baik untuk
mempraktekkan suatu dialog,teteapi mereka juga membutuhkan pengetahuan untuk memprediksi jenis
interaksi jika mereka mempergunakan Bahas inggris secara bebas. Di tingkat ini
kebebasan yang diberikan dengan menggunakan kartu isyarat yang dapat
mempermudah dan dibiat berdasarkan dialog yang ada dalam buku pegangan. Mereka
tidak berkomunikasi secara menyeluruh, tetapi hanya sebagian saja antara dialog
yang pasti dan dialog yang bebas dilengkapi.
Berdasarkan dialog tersebut, dialog ini dapat menjadi
sepasang kartu isyarat yang sederhana:
a.
Bagikan kartu yang berukuran
kira – kira 12 cm x 8 cm
b.
Ubahlah masing – masing bagian
dalam dialog tersebut kedalam sebuah perintah yang ditulis dalam bahasa Inggris
dalam level yang dapat dimengerti siwsa.
c.
Tulislah perintah untuk siswa A
pada salah satu kartu, dan beri nomer.
d.
Lakukan hal yang sama pada
siswa A.
e.
Warnai tanda pada kartu tersebut(misalnya
kartu A garis merah di tengah dan kartu B dengan garis biru)
f.
Pastikan siswa mempraktekkan
dialog yang sama dan pastikan mereka mengerti bagaimana cara menggunakan kartu
tersebut.
g.
Ini adalah srpasang kartu yang
dibuat dari “Open Dialog”
h.
Masing – masing siswa diberi
satu set berisi perintah yang akan dibawa koresponden pada kartu pasangannya.
i.
Setiap siswa harus memberi
tanggapan sesuai dengan kenyataan sebagai seseorang yang tidak mengetahui apa
yang selanjutnya akan ditanyakan.
Kartu tersebut tidak didasarkan pada pertanyaan dan
jawaban yang berurutan saja tetapi dapat diwujudkan kedalam percakapan dan
dialog yang lain, seperti setuju dan tidak setuju, dialog yang mencoba untuk
mempengaruhi dan masih banyak lagi.
Endang Komara, memiliki pandangan mengenai role playing,
yaitu Melalui bermain peran (role playing), para peserta didik mencoba
mengeksplorasi hubungan antar manusia dengan cara memperagakannya dan
mendiskusikannya sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat
mengeksplorasi perasaan, sikap, nilai, daan berbagai strategi pemecahan
masalah. Sebagai suatu model pembelajaran, bermain peran berakar pada dimensi
pribadi dan social. Dari dimensi pribadi model ini berusaha membantu peserta
didik menemukan makna dari lingkungan social yang bermanfaat bagi dirinya. Juga
melalui model ini para peserta didik diajak untuk belajar memecahkan masalah
pribadi yang sedang dihadapinya dengan bantuan kelompok social yang
beranggotakan teman-teman sekelas. Dari dimensi social, model ini memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi
social, terutama masalah yang menyangkut hubungan antar pribadi peserta didik.
Pemecahan masalah dilakukan secara demokratis. Dengan demikian, melalui model
ini peserta didik juga dilatih untuk menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis.
Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk
memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi
masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah
peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat.
Seorang pemeran harus mampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran,
peserta didik berinteraksi dengan orang lain yang juga membawakan peran
tertentu sesuai dengan tema yang dipilih.
Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeranan dapat
melatih sikap empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya.
Pemeranan tenggelam dalam peran yang dimainkannya sedangkan pengamat melibatkan
dirinya secara emosional dan berusaha mengidentifikasikan perasaan dengan
perasaan yang tengah bergejolak dan menguasai pemeranan.
Pada pembelajaran bermain peran, pemeranan tidak
dilakukan secara tuntas sampai masalah dapat dipecahkan. Hal ini dimaksudkan
untuk mengundang rasa kepenasaran peserta didik yang menjadi pengamat agar
turut aktif mendiskusikan dan mencari jalan ke luar. Dengan demikian, diskusi
setelah bermain peran akan berlangsung hidup dan menggairahkan peserta didik.
Hakekat pembelajaran bermain peran terletak pada
keterlibatan emosional pemeran dan pengamat dalam situasi masalah yang secara
nyata dihadapi. Melalui bermain peran dalam pembelajaran, diharapkan para
peserta didik dapat (1) mengeksplorasi perasaannya; (2) memperoleh wawasan
tentang sikap, nilai, dan persepsinya; (3) mengembangkan keterampilan dan sikap
dalam memecahkan masalah yang dihadapi; dan (4) mengeksplorasi inti
permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara.
Pembelajaran partisipatif memiliki prinsip tersendiri
dalam kegiatan belajar dan kegiatan pembelajaran. Prinsip dalam kegiatan
belajar adalah bahwa peserta didik memiliki kebutuhan belajar, memahami teknik
belajar, dan berperilaku belajar. Prinsip dalam kegiatan membelajarkan bahwa
pendidik menguasai metode dan teknik pembelajaran, memaham materi atau bahan
belajar yang cocok dengan kebutuhan belajar, dan berperilaku membelajarkan
peserta didik. Prinsip-prinsip tersebut dijabarkan dalam langkah operasional
kegiatan pembelajaran, sebagai wujud interaksi dukasi antara pendidik dengan peserta
didik dan/atau antar peserta didik. Pendidik berperan untuk memotivasi,
menunjukkan, dan membimbing peserta didik supaya peserta didik melakukan
kegiatan belajar. Seangkan peserta didik berperan untuk mempelajari,
mempelajari kembali, memecahkan masalah guna meningkatkan taraf hidup dengan
berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia kehidupannya.
Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd. (2004:141) terdapat empat
asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku
dan nilai-nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar
lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:
Secara implicit, bermain peran mendukung sustau situasi
belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada
situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta
didik dimungkinkan untuk menciptakan analogy mengenai situasi kehidupan nyata.
Tewrhadap analogy yang diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat
menampilkan respons emosional sambil belajar dari respons orang lain
Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik
untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada
orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan
tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada
penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran
dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks
pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu
sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari pembelajaran; sedangkan
dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang
paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih
ditonjolkan daripada bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran
keduanya memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.
Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide
dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses
kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja
muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Denagn
demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang
cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, para peserta didik dapat
belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada
gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh
sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi peran guru yang teralu
mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain peran
mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan masalah sambil
menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang
sedang dihadapi.
Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang
tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan system keyakinan, dapat diangkat
ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian,
para pserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang
lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah.
Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan
nilai yang dimilikinya.
Penyesuaian Buku Pegangan
yang Lama
Guru dan siswa di seluruh dunia sering menggunakan buku
pegangan yang masih menggunakan konten yang lama. Namun beberapa buku pegangan
ini terdiri dari gagasan untuk mengajar dimana temanya sudah tidak berlaku
untuk dipresentasikan.
Beberapa gagasan dapat dikembangkan jika presentasi ditingkatkan
dan konten buku diperbaharui. Ini adalah sebuah latihan yang diambil dari
Guided Composition Exercises (Spencer 1967) diambil dari buku terbitan lama
yang memiliki gagasan yang bagus untuk mengajarkan cara menulis kalimat dan
paragraph. Tujuan dari latihan ini adalah untuk memilih jumlah kata dari suatu
tingkatan dengan bagian yang mendasar (contohnya climbed not ascended the
wall), bagian menurut sanding kata yang diterima( misalnya picked tetepi tidak
plucked the apples) dan bagian yang dirancang secara normal atau logik dalam
perilaku (misalnya he ran home, he didn’t march or limp). Latihan ini mengajarkan
kemampuan pembelajar untuk menggunakan kosa kata secara tepat, serta memilih
kosa kata bedasarkan kriteria yang berbeda.
Konteks dan bahan ajar yang terdapat dalam buku teks
sering tidak sesuai dengan kondisi dan lingkunna siswa sasaran. Apabila hal ini
terjadi, buku teks akan terkesan ”memaksa” siswa untuk belajar sesuatu yang
”tidak sesuai” dengan kondisi dirinya.
Desain buku teks sering tidak sesuai dengan desain
kurikulum pendidikan. Akibatnya, dengan menggunakan buku teks tersebut, program
pendidikan yang telah dirancang dalam kurikulum tidak tercapai.. Bahan ajar
yang terdapat dalam buku teks sering bias dan basi. Ini terjadi karena antara
waktu penyusunan buku teks dan waktu pemakaiannya berselang terlalu lama.
Akibatnya, informasi dan masalah yang terdapat dalam buku teks sudah
”kadaluarsa”, bahkan tidak sesuai lagi dengan yang sedang dihadapi siswa.
Ahli pendidikan yang apriori terhadap kehadiran buku
tekas ini adalah ahli pendidikan yang mengikuti sistem pendikikan lama.
Pertimbangan-pertimbangan mengenai perbaruan buku teks
sebagai berikut.
a.
Buku teks merupakan ”the
foundation of learning in classroom”. Anggapan ini didasarkan oleh kenyataan
bahwa pengajaran yang dianggap efektif dan efisien adalah pengajaran klasikal.
Kalau toh ada yang individual, sangatlah bersifat khusus, karena kondisi
tertentu.
b.
Buku teks memuat bahan ajar
yang sebaiknya disajikan (what to teach) dan sekuensi atau urutan cara
penyajiannya. Oleh karena itu penyusunan buku teks tentu memperhatikan bahan
ajar mana yang patut dan sebaiknya disajikan, termasuk tata cara penyajian yang
sesuai dengan jenis bahan dan kondisi siswa sasaran.
c.
Jangkauan,jumlah, dan jenis
bahan ajar yang terdapat dalam buku teks telah relatif pasti sehingga guru
memungkinkan untuk mengalokasikannya berdasarkan jadwal sekolah. Dengan
demikian, lewat pemakaian buku teks dapat terkontrol dengan ketat program
pengajarannya.
d.
Paparan masalah atau pokok
persoalan (subject matter) dalam buku teks relatif teliti. Ketelitian ini
terlihat mulai dari proses pemilihan bahan, klasifikasi bahan, sampai dengan
proses penyusunannya. Hal ini hampir tidak mungkin dilakukan guru dengan bahan
ajar yang disusunnya sendiri.
e.
Bahan ajar dalam buku teks
tertata cukup baik. Ini dapat dilihat dari cara penyajian bahan ajar yang
memperhatikan hierarkhi dan tataletaknya sehingga mudah dipahami siswa. Tidak
semua guru memiliki keterampilan menata bahan seperti yang terdapat pada buku
teks.
f.
Buku teks cukup banyak memuat
alat bantu pengajaran, misalnya gambar peta, dan diagram. Alat bantu ini akan
dapat mempercepat pamahaman siswa atas bahan ajar yang sedang dipelajari. Pada
umumnya, alat bantu semacam itu sulit diciptakan oleh guru dalam waktu yang
relatif singkat.
g.
Kesinambungan bahan ajar dalam
buku teks telah diatur sedemikian rupa oleh penyusunnya. Lebih-lebih, apabila
buku tersebut merupakan buku berseri. Hal ini dapat dimaklumi, sebab sebelum
penyusunan buku teks dimulai, terlebih dahulu disusun kerangka (outline) secara
menyeluruh. Dengan demikian, tidak dijumpai bahan ajar yang terlepas dari yang
lain. Sebaliknya, bahan-bahan itu merupakan rangkaian yang utuh.
h.
Buku teks merupakan batu
loncatan bagi siswa. Dengan menggunakan buku teks, siswa terbebas dari kegiatan
mencatat yang merupakan pemborosan waktu, tenaga, dan pikiran.
i.
Buku teks sangat membantu
sekolah yang tidak memiliki perpustakaan yang lengkap. Hal ini bisa dimaklumi
karena buku teks berisi serangkaian bahan ajar yang minimal harus dikuasai atau
dipahami siswa. Jika tidak lewat kemasan buku teks, bahan-bahan itu tentu
berada di berbagai buku sumber.
j.
Buku teks yang dipublikasikan
oleh pemerintah dan pihak swasta telah dipertimbangkan kualitasnya.
Pertimbangan kualitas ini merupakan konsekuensi logis. Sebab, kalau tidak,
tentu akan merugikan pihak pemerintah dan penerbit swasta itu sendiri. Para
pemakai buku teks (terutama guru) tentu tidak akan menggunakan secara maksimal,
bahkan tidak mau menggunakannya, apabila buku teks tersebut tidak berkualitas.
Ahli pendidikan yang mendukung sepenuhnya kehadiran buku
teks ini adalah ahli pendidikan modern.
REFERENSI
A. Alwasilah, Azies Furqanul dan Chaedar. 1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif: Teori dan
Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Achmad
Alfianto.2008. Pelajaran Bahasa
Indonesia di Sekolah , Metamorfosis Ulat Menjadi Kepompong
Hafiz Muthoharoh.2010. Metode-Bermain-Peran-Role-Playing .http://alhafizh84. wordpress.com/2009/12/21/
/
Kholid a. Harras. 2009. Penulisan buku ajar bahasa indonesia. Makalah Diklat Penulisan Buku
Ajar. Bandung
Masnur Muslich. 2009. Textbook Writing: Dasar-Dasar Pemahaman, Penulisan, dan Pemakaian
Buku Teks. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Mulyasa. 2004. Implementasi
Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: remaja rosdakarya.
Subiyanto/Bambang/Novan. sumber: http://ganeca.blogspirit.com
Suparti, Sugiran, dan Sulistiyono. 2010. Persepsi guru terhadap penggunaan buku teks
bahasa Indonesia. http://lppm.ut.ac.id/jp/31suparti.htm
Taba, Hilda. 1962. Curriculum Development Theory And Practice. New york: Harcourt, Brace,
Jovanovich.
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:CYOj8uDXlsYJ:www.bappenas.go.id/get-file-server/node/7063/+bbidang+
pendi%C2%ACdikan+
dan+pembinaan+generasi+muda&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a
www.bappenas.go.id/get-file-server/node/7063/
makasih ya kak,,,, thank you very much
BalasHapus