UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN WAWANCARA DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF (Penelitian Tindakan pada Siswa Kelas XI SMAN 2 Metro)
ANDRI WICAKSONO
PROPOSAL PENELITIAN
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN WAWANCARA
DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul bahasa, tata bahasa, kebakuan dan sebagainya. Dalam pembelajaran bahasa terdapat empat aspek keterampilan yang meliputi mendengarkan, berbicara, menulis serta membaca. Berdasarkan pengamatan pada kondisi pembelajaran bahasa Indonesia Sekolah Menengah Atas, pada umumnya pembelajaran pengetahuan kebahasaan mendapatkan posisi yang lebih besar dibandingkan dengan keterampilan berbahasa. Hal inilah yang menjadikan kemampuan berbahasa siswa cenderung rendah dalam praktek di lapangan.
Keterampilan berbahasa menurut aktivitas penggunaannya terbagi dalam keterampilan yang bersifat reseptif dan keterampilan yang bersifat produktif. Menurut (Tarigan, 1981:2) keterampilan membaca dan menyimak merupakan keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan menulis dan berbicara merupakan keterampilan produktif. Keterampilan reseptif berbeda dengan keterampilan produktif, karena keterampilan reseptif hanya mengandalkan kemampuan untuk menerima informasi. Hal ini berkebalikan dengan keterampilan produktif yang dituntut untuk menghasilkan sesuatu berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang berupa ide, gagasan atau menghasilkan sebuah produk. Karena sifatnya yang menghasilkan produk, maka keterampilan berbicara dianggap oleh sebagian hal yang sulit, selain itu pembelajaran berbicara di kelas lebih sedikit porsinya.
Pengajaran keterampilan berbicara di SMA meliputi: (1) pembicaraan berdasarkan gambar, (2) wawancara, (3) bercerita, (4) pidato, dan (5) diskusi (Burhan Nurgiyantoro, 2001:278-291). Beberapa keterampilan berbicara tersebut secara keseluruhan termasuk dalam pembelajaran bahasa di Sekolah Menengah Atas. Berkaitan dengan keterampilan berbicara tersebut pembelajaran wawancara sangat tepat diberikan kepada siswa untuk belajar berkomunikasi. Siswa dapat melakukan wawancara secara individual atau kelompok, tergantung situasi dan kondisi sekolah serta karakteristik siswa. Namun dalam kenyataannya, tidak semua siswa melakukan wawancara. Siswa merasa bahwa wawancara hanyalah merupakan salah satu tugas dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Siswa jenis ini hanya memerlukan nilai. Hal tersebut sangat keliru, pembelajaran wawancara sebenarnya sangat besar manfaatnya bagi siswa untuk berlatih berkomunikasi, berlatih mengumpulkan data, mencari informasi dan sebagainya. Dengan kata lain pembelajaran wawancara yang betul akan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa siswa secara lisan.
Pada umumnya, keterampilan berbicara siswa SMA belum optimal. Siswa sering mengalami kesulitan untuk menyampaikan pendapat atau gagasan (Sri Murtiningsih: 2003). Gejala yang tampak misalnya siswa tidak tenang atau grogi ketika berbicara di muka umum. Selain itu, siswa juga sering tidak tepat dalam memilih kata, bahkan sering mengulang kata-kata yang sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1986) yang mengemukakan bahwa keadaan pengajaran bahasa khususnya pengajaran berbicara belum memuaskan. Keterampilan berbicara para siswa belum memadai, terbukti dengan masih kurangnya peran aktif siswa dalam diskusi, seminar. ataupun ceramah. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut, siswa cenderung diam dan kurang bersuara. Kecakapan beradu argumentasi juga masih jauh dari memadai.
Seperti yang telah diungkapkan di atas, keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang harus dikuasai siswa. Keterampilan berbicara siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Faktor-faktor dari dalam adalah segala sesuatu potensi atau kemampuan yang ada di dalam diri siswa, baik fisik maupun nonfisik. Sementara itu, faktor-faktor dari luar antara lain guru, materi pelajaran, sarana atau media pengajaran, keadaan tempat belajar, dan kesempatan berlatih. Dari beberapa faktor tersebut, guru memiliki peranan penting dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa .
Dalam proses belajar mengajar, guru diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang efektif. Siswa tidak hanya diberi materi-materi atau kaidah-kaidah kebahasaan saja, tetapi siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk menerapkan kaidah-kaidah kebahasaan tersebut dalam praktik berkomunikasi. Meskipun demikian, masih banyak guru yang hanya berorientasi pada pembelajaran kaidah-kaidah kebahasaan dengan menggunakan pendekatan yang masih tradisional yang hanya memungkinkan komunikasi satu arah. Hal ini yang membuat keterampilan berbicara siswa rendah karena kesempatan untuk menerapkan kaidah kebahasaan tersebut sangat kurang. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa khususnya wawancara adalah dengan menerapkan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat merangsang siswa untuk melakukan praktik berkomunikasi.
Berkaitan dengan pembelajaran berbicara, khususnya wawancara peneliti bermaksud membahas keefektifan pendekatan integratif dalam peningkatan kemampuan wawancara siswa kelas XI SMA Negeri 2 Metro. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan. yaitu (1) berdasarkan hasil wawancara dengan guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 2 Metro, bahwasanya pembelajaran wawancara siswa kelas XI SMA Negeri 2 Metro masih tradisional, (2) pembelajaran dengan pendekatan integratif belum pernah digunakan dalam pembelajaran wawancara pada kelas XI SMA Negeri 2 Metro, (3) untuk mengetahui apakah pendekatan ini dapat menghasilkan keterampilan wawancara yang lebih baik, sama atau lebih jelek daripada secara tradisional.
Yang dimaksud dengan masih secara tradisional di atas adalah pembelajaran guru yang masih klasikal dan masih monoton, pembelajaran guru hanya menerangkan tentang konsep-konsep wawancara saja, yang masih berorientasi pada kaidah-kaidah kebahasaan yang hanya memungkinkan komunikasi satu arah. Sementara itu, pembelajaran dengan pendekatan integratif dapat dikatakan baik karena pembelajaran dengan pendekatan integratif ini merupakan proses pengintegrasian atau penggabungan interbidang studi yaitu berbicara dan menulis, serta dalam penyampaian materi dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.
1. Pendekatan dalam pembelajaran keterampilan wawancara di SMA Negeri 2 Metro kurang bervariasi.
2. Pembelajaran wawancara di SMA Negeri 2 Metro memerlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan wawancara.
3. Perbedaan hasil pembelajaran wawancara dengan pendekatan integratif dengan pembelajaran wawancara yang masih secara tradisional pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Metro.
4. Pendekatan integratif dapat digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan wawancara siswa kelas XI SMA Negeri 2 Metro.
5. Keefektifan pendekatan integratif dalam peningkatan kemampuan wawancara siswa kelas XI SMA Negeri 2 Metro.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah seperti tersebut di atas, masalah yang timbul cukup kompleks sehingga tidak memungkinkan untuk membahas semua masalah yang ada. Oleh karena itu, perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian lebih terfokus. Adapun permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah mengkaji upaya peningkatan kemampuan wawancara dengan menggunakan pendekatan integratif.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini, yaitu bagaimanakah upaya meningkatkan keterampilan wawancara dengan menggunakan pendekatan integratif siswa kelas XI SMA Negeri 2 Metro?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan upaya peningkatan kemampuan keterampilan wawancara dengan menggunakan pendekatan integratif siswa kelas XI SMA Negeri 2 Metro.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:.
1. Secara teoretis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana memperkuat teori pengajaran berbicara khususnya wawancara yang ada.
2. Secara praktis
Secara praktis, penelitian ini berguna bagi guru dan siswa. Guru dapat mengembangkan keterampilan praktik pembelajaran. Selain itu, guru juga dapat mengadakan perbaikan dan peningkatan praktik pembelajaran. Sementara itu, bagi siswa penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa khususnya keterampilan wawancara.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
1. Keterampilan Berbicara
a. Pengertian Berbicara
Dalam kehidupan bermasyarakat keterampilan berbicara sangat mempunyai peranan penting. Untuk menyampaikan pesan atau informasi kita juga memerlukan keterampilan berbicara agar semua pesan dan informasi yang kita punyai dapat disampaikan kepada orang lain dengan baik.
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 276), berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, setelah mendengarkan. Berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan (KBBI, 2005: 148). Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Tarigan, 1981: 15). Hampir sama yang disampaikan oleh Azhar Arsjad, dkk. (1993: 17) kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Hendrikus (1991: 1) mendefinisikan bahwa, berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu (misalnya memberikan informasi dan memberikan motivasi).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan kegiatan mengungkapkan sesuatu hal, yaitu dapat berupa gagasan, pikiran, ide- ide, dan perasaan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
b. Tujuan Berbicara
Kegiatan apapun yang dilakukan manusia dalam kehidupan ini selalu mempunyai maksud dan tujuan, begitu juga dengan kegiatan berbicara. Tujuan utama kegiatan berbicara adalah untuk berkomunikasi (Azhar Arsjad, 1993:17). Agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif, sebaiknya pembicara betul-betul memahami isi pembicaraannya, di samping itu juga harus mengevaluasi komunikasinya terhadap pendengar. Jadi, bukan hanya apa yang akan dibicarakan, tetapi bagaimana mengemukakannya. Sementara itu, menurut Tarigan (1981: 15) menyatakan bahwa untuk dapat menyampaikan pikiran secara efektif sebaiknya seorang pembicara memahami segala sesuatu yang ingin disampaikan kepada pendengar dan prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan baik secara umum maupun perseorangan.
c. Bentuk- bentuk Kegiatan Berbicara
Berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Seseorang diharapkan mampu mengungkapkan gagasan, ide, pikiran dan perasaan melalui kegiatan berbicara. Di dalam pembelajaran keterampilan berbicara, siswa harus mendapatkan kegiatan yang dapat mengasah kemampuan berbicara. Kegiatan berbicara yang diajarkan di sekolah, pada umumnya bertujuan melatih kemampuan berbahasa secara aktif produktif. Artinya siswa dapat mengungkapkan ekspresinya secara lisan ataupun tertulis melalui berbagai cara. Burhan Nurgiyantoro (2001: 25-28), menyatakan ada beberapa bentuk kegiatan berbicara yang dapat dilatih untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan berbicara siswa, rinciannya sebagai berikut.
1) Berbicara berdasarkan gambar
Kegiatan berbicara berdasarkan gambar adalah berbicara dengan menyebutkan tulisan-tulisan yang terdapat di bawah gambar. Gambar-gambar tersebut disajikan secara terpisah-pisah. Rangsangan dari gambar-gambar tersebut sangat baik untuk melatih anak-anak yang baru memulai belajar bahasa asing.
2) Bercerita
Bercerita adalah salah satu kegiatan yang dapat mengungkapkan kemampuan berbicara siswa. Ada dua unsur penting yang harus dikuasai siswa dalam bercerita yaitu unsur linguistik dan unsur apa yang diceritakan. Ketetapan ucapan, tatabahasa, kosakata, kefasihan, dan kelancaran, menggambarkan bahwa siswa memiliki kemampuan berbicara yang baik.
3) Wawancara
Kegiatan wawancara biasanya dilakukan terhadap siswa/seseorang yang sudah memiliki kemampuan berbicara yang sudah memadai terhadap bahasa yang telah dipelajari, sehingga mereka mampu mengungkapkan pikiran dan gagasannya secara lisan.
4) Pidato
Berbicara sangat berperan di hadapan suatu massa. Kegiatan berpidato melatih siswa berbicara mengemukakan pendapatnya di depan kelas dengan tujuan yang dikemukakan dapat diterima oleh temannya sebagai pendengar.
5) Diskusi
Diskusi merupakan kegiatan berbicara yang dapat memancing kreativitas siswa. Di dalam diskusi siswa dilatih untuk berbicara dengan berpikir secara logis untuk mengemukakan pikiran dan gagasannya disertai dengan argumentasi yang harus dipertahankan.
Dari uraian di atas tentang bentuk-bentuk berbicara dapat diketahui bahwa wawancara adalah salah satu bentuk kegiatan berbicara yang dapat diterapkan dalam pembelajaran, bentuk pembelajaran tersebut sesuai dengan yang akan diteliti.
2. Wawancara
a. Pengertian Wawancara
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 278-291) wawancara biasanya dilakukan terhadap seseorang (pelajar) yang kemampuan bahasanya cukup memadai sehingga memungkinkan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam bahasa itu. Menurut Keraf (1993:161) wawancara atau inteview adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada seseorang informan atau seorang autoritas (suatu ahli atau yang berwenang dalam suatu masalah).
Menurut Hendrikus (1991: 114), wawancara adalah dialog antara para peliput berita dengan tokoh terkemuka mengenai masalah-masalah aktual atau masalah-masalah khusus yang menarik. Berdasarkan berbagai pengertian tersebut maka bisa disimpulkan bahwa wawancara adalah suatu tanya jawab yang dilakukan dengan seseorang atau narasumber untuk memperoleh informasi tertentu.
b. Persiapan Wawancara
Supaya dapat membuat wawancara yang baik dan terarah perlu diketahui keterangan-keterangan pribadi yang akan diwawancarai dan mengenai tema wawancara. Menurut (Mulyadi Adhisupho: 2005), orang yang bertanya harus menguasai pokok-pokok yang menjadi bahan wawancara. Sebaliknya, orang yang ditanya harus menguasai tema tidak hanya secara garis besar, tetapi juga secara mendetail. Untuk melakukan wawancara memerlukan persiapan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Sebelum melakukan wawancara hendaknya menguasai persoalan yang akan dipercakapkan, kalau perlu membuat daftar pertanyaan dari yang bersifat umum sampai detail.
2) Tahapan berikutnya menentukan arah permasalahan yang digali dengan dilengkapi berbagai berita berkaitan dengan bahan yang akan dijadikan bahan wawancara.
3) Setelah menentukan permasalahan, menetapkan siapa-siapa saja yang akan menjadi nara sumber untuk diwawancarai. Dalam hal ini harus jelas kriterianya mengapa dalam masalah ini harus mewawancarai nara sumber tersebut.
4) Mengenali sifat-sifatnya yang akan menjadi nara sumber sebelum terjadi wawancara. Untuk mengenali lebih dekat nara sumber, bertanya kepada orang lain yang tahu atau dekat dengan nara sumber, atau membaca tulisan dan riwayat hidup termasuk hobi, keluarganya, dan kesukaan lainnya.
5) Sebelum bertatap muka membuat janji dulu sebelum melakukan wawancara, untuk meminta dan menentukan kapan waktu yang luang dan tepat untuk melakukan wawancara, karena biasanya sumber berita person yang sibuk, sehingga pengaturan waktu cukup ketat.
6) Yang tak kalah pentingnya persiapan mental untuk mengadakan wawancara, karena masing-masing pribadi punya karakter yang berbeda, sehingga diperlukan membaca karakter calon nara sumber. Persiapan lainnya, peralatan yang diperlukan antara lain, bloknote, bolpoin, tape recorder atau kamera kalau memang diperlukan. Dianjurkan untuk berpakaian rapi dan menghindari penampilan yang kurang sopan.
c. Aturan Wawancara
Menurut Hendrikus (1991: 115), dalam hubungan dengan wawancara ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan baik oleh orang yang bertanya, maupun oleh orang yang ditanya, yaitu sebagai berikut.
1) Penanya harus mengenal pribadi yang ditanya secara tepat (nama, keahlian, jabatan).
2) Penanya hendaknya memperhatikan jalan pikiran atau hubungan logis antara pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.
3) Untuk tema dan situasi tertentu, sebaiknya penanya memberikan kuesioner kepada orang yang ditanya sebelumnya, sehingga dia dapat menyiapkan diri secara peneliti.
4) Karena hasil wawancara itu direkam atau ditulis secara stenografis, maka sebelum dipublikasikan sebaiknya orang yang ditanya membaca hasil rangkuman sekali lagi. Dengan cara ini dia dapat mengoreksi kesalahan rumusan dari apa yang dikatakannya.
d. Fungsi Pertanyaan dalam Wawancara
Suatu pembicaraan yang bermakna selalu merupakan hasil dari dialog, sebagai satu proses yang berjalan atas pertanyaan dan jawaban. Pertanyaan adalah impuls untuk mengaktifkan. Pertanyaan pada hakikatnya juga alat untuk memberi sugesti dan dalam hal tertentu memiliki daya paksaan. Menurut Hendrikus (1991: 116) ada dua belas pertanyaan yang dapat membantu setiap orang untuk memulai suatu dialog. Orang dapat menanyakan hal-hal sebagai berikut:
1) tentang masalah-masalah umum,
2) tentang hal-hal khusus sampai sekecil-kecilnya,
3) tentang pendapat seseorang,
4) tentang penilaian seseorang,
5) tentang keinginan dan kehendaknya,
6) tentang pengalaman-pengalamannya,
7) tentang pendidikan seseorang,
8) tentang gambaran masa depan seseorang,
9) tentang masalah dan kecemasan hidup,
10) tentang rekan kerja,
11) tentang sanak keluarga, dan
12) tentang hobi.
e. Jenis Pertanyaan
Hendrikus (1991: 117) menyatakan bahwa dalam ilmu retorika ada berbagai pertanyaan yang berasal dari zaman Yunani kuno, yaitu sebagai berikut;
1) Pertanyaan informatif
Siapa yang ingin mengemukakan pertanyaan informatif, memerlukan pengetahuan, pengalaman dan bahan sampai sekecil-kecilnya. Pertanyaan ini hanya mau mendapat informasi atau penjelasan.
2) Pertanyaan untuk mengontrol
Pertanyaan semacam ini mudah., yang paling sederhana apabila ditanya: ”Bagaimana pendapat anda tentang hal ini?” atau “Apakah anda juga tidak sependapat dengan saya?” atau “Bukankah itu suatu hal yang baik?” . Pertanyaan seperti itu bermaksud untuk mengontrol, tetapi juga membantu untuk mengetahui apakah pendengar masih memperhatikan atau masih mendengar.
3) Pertanyaan untuk menjebak
Pertanyaan jebakan adalah sarana untuk menangkap dan memancing reaksi. Pertanyaan jebakan yang sederhana, misalnya : “Masih ada pertanyaan?” atau “Anda ingin mengatakan sesuatu?” Pertanyaan-pertanyaan ini dilontarkan apabila para pendengar tidak memberikan reaksi.
4) Pertanyaan untuk mengaktifkan
Pertanyaan-pertanyaan ini dilemparkan supaya pendengar merenungkannya. Beberapa contoh:
Bagaimana sikap Anda 8 tahun lalu?
Saya bertanya kepada Anda sekalian…
Andaikan juga muncul pertanyaan, biasanya muncul agak terlambat. Bagaimanapun juga pertanyaan ini meningkatkan aktivitas secara spontan.
5) Pertanyaan Socrates
Pertanyaan Socrates merupakan pertanyaan untuk mengiyakan. Pertanyaan ini dikemukakan sedemikian rupa, sehingga jawaban yang diberikan hanya “Ya”. Beberapa contoh:
Saya tahu pasti, bahwa Anda juga setuju…
Anda tentu setuju dengan pendapat kami…
6) Pertanyaan retoris
Pertanyaan retoris ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang kurang lebih bersifat sugestif dan tajam, digunakan untuk memutar balikkan pendapat atau menjadikan tidak jelas, dapat membuat orang lain menjadi bodoh. Contoh:
Adakah seorang di sini, yang berani berpendapat?
Ini ada satu pertanyaan untuk Anda, yang pasti tidak bisa dijawab dengan “Ya”.
7) Pertanyaan yang ofensif
Pertanyaan ini dipraktekkan dalam bidang politik, ekonomi dan industri, juga dalam hubungan dengan luar negeri. Contoh:
Apa pertimbangan Anda dalam mengambil keputusan untuk Firma?
Kepada siapa di antara kami, Anda tidak lagi menaruh kepercayaan?
8) Pertanyaan untuk membuka masalah baru
Pertanyaan semacam ini digunakan untuk menawarkan atau memulai pokok atau masalah pembicaraan yang baru, misalnya:
“Apakah sebaiknya kita lebih dahulu berbicara tentang harga?”
Pertanyaan ini akan mendorong lawan bicara untuk mengambil sikap.
9) Pertanyaan untuk menutup pembicaraan
Pertanyaan ini bertujuan, entah sadar atau tidak untuk menutup suatu pembicaraan, misalnya:
“Bolehkah sebagai penutup, saya menambahkan bahwa…”
10) Pertanyaan alternatif
Dengan pertanyaan ini, orang menawarkan lebih banyak kemungkinan dan jalan baru. Namun demikian, jumlah alternatif tidak boleh lebih dari tiga. Sering kali pertanyaan alternatif mendorong orang untuk cepat mengambil keputusan. Unsur yang penting dalam rumusan pertanyaan alternatif adalah “atau”.
3. Pengertian Pendekatan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendekatan didefinisikan suatu usaha dalam aktivitas untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah-masalah penelitian. Menurut Muchlison (1993: 3), pendekatan adalah cara terbaik untuk mencapai sesuatu. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Berdasarkan dari pengertian di atas, dapat didefinisikan bahwa pendekatan adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Definisi ini sesuai dalam proses belajar mengajar, yaitu siswa diharapkan dapat memahami suatu konsep pengetahuan dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pendekatan Integratif
a. Pengertian Pendekatan Integratif
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, siswa dituntut untuk menguasai 4 keterampilan, baik itu keterampilan berbahasa maupun bersastra. Guru harus bisa memilih pendekatan yang sesuai pada setiap proses pembelajaran. Hal itu diharapkan agar hasil pembelajaran siswa bisa maksimal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integratif adalah penggabungan atau penyatuan, pembaharuan hingga menjadi kesatuan yang utuh. Menurut Suyatno (2004:26), integratif berarti menyatukan beberapa aspek dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi kemudian diintegrasikan. Misalnya, pembelajaran berbicara diintegrasikan dengan pembelajaran menyimak dan menulis, sedangkan antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi. Misalnya, bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya.
Menurut Djiwandono (1996: 10), pendekatan integratif diibaratkan sebuah bahasa. Bahasa merupakan penggabungan dari bagian-bagian dan komponen-komponen bahasa, yang bersama-sama membentuk bahasa. Bahasa merupakan suatu integrasi dari bagian-bagian terkecil dan membentuk menjadi bagian-bagian yang lebih besar, yang secara bertahap dan berjenjang membentuk bagian-bagian yang lebih besar apalagi yang pada akhirnya merupakan bentukan terbesar berupa bahasa yang seutuhnya. Sementara itu, menurut (Sri Murtiningsih: 2003), pembelajaran wawancara secara integratif merupakan pembelajaran wawancara yang diintegrasikan dengan menulis hasil wawancara, menulis rangkuman pendapat dan memperkenalkan diri dan orang lain dalam forum resmi.
Dengan melihat berbagai pengertian tentang pendekatan integratif di atas, dapat diperoleh pemahaman tentang konsep integratif. Pendekatan integratif dalam peningkatan kemampuan wawancara siswa kelas XI di SMA N 2 Metro ini merupakan penggabungan dari keterampilan berbicara ”wawancara” dengan keterampilan menulis ”menulis hasil wawancara” serta menulis rangkuman pendapat dan memperkenalkan diri dan orang lain dalam forum resmi. Penyampaian materi pembelajaran melalui pendekatan integratif ini dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi, yang sebenarnya materi dalam pembelajaran itu sesungguhnya adalah tentang berbicara, tetapi diintegrasikan dengan pembelajaran menulis.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Wawancara dengan Pendekatan Integratif
Pembelajaran dengan pendekatan integratif merupakan sebuah proses pengintegrasian atau penggabungan interbidang studi yaitu berbicara dan menulis, maka menurut (Sri Murtiningsih:2003) pembelajaran dengan pendekatan integratif dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Berwawancara
Berwawancara merupakan langkah awal sebelum siswa menyusun tulisan hasil wawancara. Sebelum siswa melakukan wawancara dengan nara sumber, guru dan siswa berdiskusi dahulu tentang beberapa hal, yaitu: (1) persiapan wawancara, dan (2) pemagian kelompok. Adapun persiapan berwawancara yaitu: (1) menentukan tema/ pokok masalah yang akan ditanyakan; (2) menentukan narasumber; (3) menyusun pokok-pokok yang akan ditanyakan; (4) menyusun daftar pertanyaan; dan (5) menghubungi narasumber dan membuat perjanjian tentang waktu tempat berwawancara. Kemudian dilakukan pembagian kelompok, satu kelompok bisa terdiri dari 5-6 orang. Setelah melakukan persiapan wawancara dan pembagian kelompok, para siswa bisa melakukan wawancara dengan sikap sopan dan bahasa yang santun.
2) Menulis hasil wawancara
Menulis hasil wawancara ini dilakukan sebagai urutan setelah siswa melakukan wawancara. Bentuk laporan dapat berupa laporan dengan sistematika yang terdiri atas: bab pendahuluan, bab isi, dan bab penutup.
3) Diskusi hasil wawancara
Diskusi hasil wawancara merupakan pertanggungjawaban kelompok dalam berwawancara. Meskipun demikian, tidak boleh ada seorang siswa pun yang tidak ikut berwawancara. Pada umumnya ini sering terjadi siswa yang membagi tugas dalam kelompoknya. Misalnya, ada yang berwawancara, ada yang menyusun laporan, ada yang mengetik, ada juga yang hanya menitip nama dengan mengganti biaya laporan. Untuk mengantisipasi hal itu, maka dialokasikan waktu untuk diskusi. Dalam forum diskusi atau presentasi ini akan tampak siswa yang tidak ikut serta dalam wawancara.
Dalam pelaksanaan diskusi atau presentasi, kelompok membagi tugas, yaitu: sebagai moderator, penyaji, penjawab pertanyaan dan notulis. Siswa yang menanggapi dicatat dan mendapat tambahan nilai efektif.
4) Memperkenalkan diri dan orang lain dalam forum resmi
Pembelajaran ini pelaksanaannya bisa lebih efektif jika diintegrasikan dengan KD keterampilan yang lain. Dalam pembahasan ini, memperkenalkan diri dan orang lain dalam forum resmi dilaksanakan terpadu dengan presentasi atau diskusi hasil wawancara. Sebelum diskusi atau presentasi berlangsung, moderator dapat memperkenalkan diri dan teman-temannya (orang lain) yang merupakan anggota kelompok. Setelah itu baru diskusi atau presentasi dapat dimulai.
5) Menulis rangkuman pendapat
Dalam menulis rangkuman pendapat, materi pokoknya adalah berbagai pendapat dari para narasumber yang diwawancarai serta diskusi kelompok. Menulis rangkuman pendapat ini dapat dilakukan pada waktu wawancara, lalu tulisan disempurnakan ketika penyaji dalam diskusi menyampaikan laporan hasil wawancaranya.
c. Pemanfaatan Pendekatan Integratif dalam Peningkatan Kemampuan Wawancara
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak digunakan saat guru menyampaikan pembelajaran berbicara yang perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan, guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi. Integratif sangat diharapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia oleh kurikulum berbasis kompetensi ini. Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai kompetensi dasar yang perlu dimiliki siswa. Materi tidak bisa dipisah-pisahkan, materi harus dikemas secara menarik.
Dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, empat keterampilan yang ada tidak bisa terpusat penyajiannya. Hal itu dikarenakan antara satu keterampilan dengan keterampilan yang lain saling berkaitan atau berhubungan. Penggunaan satu keterampilan biasanya dipadukan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Itu dilakukan oleh pengajar supaya agar proses pembelajaran berhasil dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Karena pada penelitian ini tentang pembelajaran wawancara maka pembelajaran dalam wawancara ini diintegrasikan atau dipadukan dengan menulis hasil wawancara, menulis rangkuman pendapat, dan memperkenalkan diri dan orang lain dalam forum resmi.
Oleh karena pembelajaran wawancara ini dilakukan dengan pendekatan integratif maka kegiatan pembelajaran ini dapat dilaksanakan di luar kelas, bahkan luar sekolah dengan berbagai sumber belajar. Orang tua siswa pun dapat dilibatkan dalam pembelajaran ini sedangkan guru dapat memusatkan perhatian pada pengembangan kompetensi bahasa siswa dengan menyediakan beraneka ragam kegiatan berbahasa dan sumber belajar, serta guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran wawancara dengan pendekatan integratif ini kemampuan berbahasa dalam aspek berbicara akan meningkat pada siswa ketika siswa melakukan wawancara. Dalam kegiatan ini mereka berlatih untuk mencari informasi dengan bertanya, menanggapi lawan bicara, dan berani menanyakan kembali informasi yang kurang jelas. Hal ini akan meningkatkan kemampuan berbicara khususnya wawancara karena siswa yang pemalu, pendiam atau tidak berani berbicara dengan orang lain akan timbul keberaniannya untuk berbicara. Siswa yang sudah mempunyai keberanian berbicara akan berusaha menyusun kalimat yang efektif sehingga narasumber dapat memahami maksud pertanyaannya. Selain itu, peningkatan kemampuan berbicara dapat dilihat pada proses pertanggungjawaban “wawancara” yaitu dalam kegiatan diskusi hasil wawancara.
Dengan pendekatan integratif kemampuan berbahasa aspek menulis juga akan meningkat pada siswa, yaitu dengan menulis hasil wawancara yang memperhatikan struktur ragam tulis, diksi dan EYD. Selain menulis hasil wawancara peningkatan dapat terlihat dalam tulisan rangkuman pendapat dari diskusi hasil wawancara. Pendekatan integratif dalam peningkatan kemampuan wawancara bisa dijadikan sebuah inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berbahasa siswa, yakni kemampuan aktif atau produktif baik secara lisan maupun secara tertulis yang dapat dilihat pada waktu pembelajaran maupun setelah proses pembelajaran.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian (Purwanti Wulandari: 2008) yang berjudul “Peningkatan Apresiasi Cerita Pendek dengan Pendekatan Integratif Membaca dan Mengarang bagi Siswa Kelas IX A SMP N 1 Tanjungsari Gunungkidul”. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tersebut adalah pendekatan integratif membaca dan mengarang dapat meningkatkan apresiasi cerpen siswa kelas IX A SMP N 1 Tanjungsari. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan yang signifikan pada kemampuan apresiasi cerpen siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan integratif membaca dan mengarang.
Pendekatan integratif membaca dan mengarang juga dapat meningkatkan minat, motivasi, dan partisipasi siswa dalam mengikuti apresiasi cerpen siswa kelas IX A SMP N 1 Tanjungsari. Peningkatan minat, motivasi, dan partisipasi ditunjukkan oleh adanya perubahan sikap siswa ketika mengapresiasi cerpen, adanya keinginan siswa untuk mengapresiasi cerpen, dan adanya sikap aktif siswa selama mengikuti pembelajaran.
C. Kerangka Pikir
Istilah wawancara dapat dipahami sebagai suatu kegiatan, suatu tanya jawab yang dilakukan dengan seseorang atau narasumber untuk memperoleh informasi tertentu. Dalam proses pembelajaran wawancara faktor guru dan pendekatan pembelajaran sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Berkaitan dengan ini, pembelajaran wawancara dengan pendekatan integratif sangat tepat diberikan siswa untuk belajar berkomunikasi. Siswa dapat melakukan wawancara secara individu maupun kelompok, tergantung situasi dan kondisi sekolah serta karakteristik siswa.
Siswa merasa bahwa wawancara hanya merupakan salah satu tugas dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, siswa sejenis ini hanya memerlukan nilai saja. Pembelajaran dengan pendekatan integratif sangat besar manfaatnya bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa pada aspek berbicara akan meningkat pada siswa ketika melakukan wawancara. Dalam kegiatan ini, siswa berlatih untuk mencari informasi dengan bertanya, menanggapi lawan bicara, menyampaikan gagasan, dan berani menanyakan kembali informasi yang kurang jelas.
Pembelajaran wawancara dengan pendekatan integratif ini juga akan melatih siswa yang pendiam ataupun pemalu untuk lebih berani berbicara dengan orang lain. Sementara para siswa yang sudah mempunyai keberanian berbicara akan berusaha menyusun kalimat yang efektif sehingga nara sumber dapat memahami maksud pertanyaan. Selain itu, peningkatan kemampuan berbicara dapat dilihat pada proses pertanggungjawaban wawancara siswa dalam kegiatan diskusi hasil wawancara. Pada tahap ini siswa menjelaskan hasil wawancaranya, menjawab pertanyaan, dan menanggapi peserta diskusi dengan berlatih tanpa emosi serta mampu memperkenalkan diri dalam forum resmi.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka pikir di muka, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah terdapat peningkatan kemampuan wawancara dengan menggunakan pendekatan integratif pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Metro.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain dan Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas dengan model Kemmis dan Mc Taggart Penelitian tindakan kelas model ini pada hakikatnya berupa seperangkat/untaian-untaian dengan tiap-tiap perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus. Dalam hal ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Model penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1. Desain Penelitian Tindakan Model Kemmis dan Mc Taggart
(Sarwiji Suwandi, 2010:28)
Keterangan:
1. Perencanaan I
2. Tindakan dan Observasi I
3. Observasi
4. Refleksi I, dan selanjutnya untuk siklus berikutnya
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan partisipan. Gagasan sentral penelitian partisipan ini adalah orang yang melakukan tindakan harus juga terlibat dalam proses penelitian dari awal (Suwarsih Madya, 1994: 27).
Penelitian ini dilakukan sebanyak empat siklus, dan setiap siklus dilaksanakan secara bertahap. Sebelum dilaksanakan tindakan terlebih dahulu dilaksanakan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam wawancara. Realisasi tindakan yang dapat dilakukan guru dan siswa di kelas adalah:
Siklus Pertama
Siklus pertama dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Prosedur kegiatan penelitian pada siklus ini secara bertahap akan dilaksanakan sebagai berikut.
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti bersama menetapkan alternatif tindakan yang akan dilakukan dalam upaya peningkatan keterampilan subjek yang diinginkan melalui:
(1) Merancang pelaksanaan pemecahan masalah dalam pembelajaran wawancara dengan menggunakan pendekatan integratif.
(2) Menyiapkan skenario pelaksanaan tindakan kelas.
(3) Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa tes dan foto.
b. Implementasi Tindakan
Guru mengajar dan mengenalkan pendekatan integratif dalam pembelajaran wawancara. Realisasi tindakan yang dapat dilakukan guru dan siswa di kelas sebagai berikut.
1) Penerapan bentuk media dengan penyajian materi wawancara dengan pendekatan integratif.
2) Guru memberikan contoh pembelajaran wawancara yang diintegrasikan dengan menulis hasil wawancara, menulis rangkuman pendapat dan memperkenalkan diri dan orang lain dalam forum resmi.
3) Guru memberikan tes kemampuan wawancara untuk mengukur adanya peningkatan.
c. Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan terhadap subyek penelitian, yaitu siswa kelas XI SMAN 2 Metro.
d. Refleksi
Dalam tahap ini, peneliti berusaha memahami proses, masalah, dan kendala nyata dalam tindakan. Hasil observasi yang telah dideskripsikan, didiskusikan bersama guru kelas XI SMAN 2 Metro berupa komentar dan tanggapan terhadap tindakan yang telah dilakukan sehingga tingkat keberhasilan setiap aspek yang dinilai belum berhasil akan ditindaklanjuti pada siklus berikutnya.
Tabel 1. Tindakan Siklus Pertama
No | Siklus | Materi | Evaluasi | Instrumen |
1
| Siklus I,2,3, dan seterusnya
Kemampuan wawancara siswa dengan pendekatan integratif.
| a. Guru memberikan penjelasan sekilas tentang pendekatan integratif. b. Siswa Melakukan wawancara kepada narasumber dengan pendekatan integratif c. Guru memberikan evalusi wawancara dengan media lirik musikalisasi puisi untuk mengukur tingkat apresiasi wawancara siswa. | Mengamati proses pembelajaran pada pertemuan pertama.
Mengamati proses evaluasi pada pertemuan kedua, dan seterusnya | dokumentas, dan lembar observasi soal tes wawancara
|
Siklus Kedua
Siklus kedua dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Prosedur kegiatan pada siklus kedua secara bertahap akan dilaksanakan sebagai berikut.
a. Perencanaan
Merencanakan kembali tindakan yang akan dilakukan. Langkah yang dapat ditempuh sebagai berikut.
(1) Peneliti berdiskusi dengan guru kelas untuk mempersiapkan tindakan pada siklus kedua wawancara dengan pendekatan integratif.
(2) Menyiapkan skenario pelaksanaan tindakan kelas.
(3) Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa tes, lembar observasi, dan foto serta wawancara tersetruktur dengan kolaborator.
b. Implementasi Tindakan
(1) Membentuk siswa dalam kelompok-kelompok
(2) Pemberian bimbingan secara praktik
(3) Praktik penampilan tiap kelompok
(4) Mengadakan tes wawancara untuk mengukur adanya peningkatan.
c. Observasi
Sama seperti pada siklus pertama, ketika tindakan dalam kegiatan belajar-mengajar berlangsung, peneliti memanfaatkan catatan lapangan untuk melakukan pencatatan ketika di lapangan.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus kedua ini, peneliti berusaha untuk memahami proses, masalah, dan kendala nyata yang muncul pada saat tindakan kedua ini dilakukan.
Tabel 2. Tindakan Siklus Kedua
No | Siklus | Materi | Evaluasi | Instrumen |
1
2
3
| Siklus I :
Ssiklus II :
Siklus III:
| a. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5 orang. b. Guru memberikan bimbingan dalam wawancara
a Siswa mempelajarinya bersama dengan kelompok. b. Siswa tampil praktik wawancara.
a. Guru memberikan evaluasi terakhir (post-test) untuk mengukur tingkat kemampuan wawancara melalui pendekatan integratif. | Mengamati proses pembelajaran pada pertemuan ketiga.
Memberikan apresiasi praktik penampilan siswa pada pertemuan keempat Mengamati proses evaluasi post test pada pertemuan kelima. | Lembar pengamatan, catatan lapangan,alat tes,foto. |
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 2 Metro tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 40 siswa. Penentuan subjek ini dilakukan oleh peneliti sendiri.
C. Setting dan Waktu Penelitian
Berdasarkan observasi yang diperoleh peneliti secara langsung dari pengamatan pralapangan, penelitian ini akan dilakukan di kelas XI SMAN 2 Metro. Pertimbangan diambilnya SMAN 2 Metrosebagai lokasi penelitian adalah kenyataan bahwa siswa yang dijadikan subjek dalam penelitian ini kurang berhasil mempraktikkan wawancara. Berdasarkan keadaan tersebut, melalui pendekatan integratif diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru dalam pengajaran menulis dan meningkatkan kemampuan siswa dalam wawancara.
Pelaksanaan penelitian direncanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan maret tahun 2011.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian classroom action research ini mengandung data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa data perilaku siswa selama dalam proses wawancara. Data kuantitatif berupa tingkat keterampilan siswa yang ditunjukkan dengan nilai tes wawancara.
Sumber data diambil pada saat dan sesudah proses belajar-mengajar Bahasa Indonesia, baik formal maupun informal. Data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa cara sebagai berikut.
1) Observasi atau monitoring kelas
Monitoring kelas dilakukan untuk memperoleh data tentang perilaku siswa dan perilaku guru dalam proses pembelajaran. Dalam observasi ini peneliti dibantu oleh seorang observer pendukung.
Observasi kelas dilakukan dengan berpegang pada pedoman observasi dan didukung oleh fotografi serta hasil wawancara tersetruktur dari kolaborator dan siswa. Semua peristiwa dalam pembelajaran dicatat dalam catatan lapangan dengan menggunakan panduan catatan lapangan.
2) Tes
Tes adalah serangkaian pertanyaan, latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi, Arikunto, 2002: 127). Tes digunakan untuk mengetahui atau mengukur tingkat kemampuan yang dimiliki oleh seseorang sehingga diperoleh gambaran atau deskripsi mengenai sesuatu hal yang diukur. Dalam penelitian ini, metode tes digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan wawancara, yakni dengan menggunakan tes kemampuan wawancara.
E. Instrumen Penelitian
1) Dokumentasi berupa foto-foto kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan di kelas dari awal pembelajaran sampai dengan berakhirnya pembelajaran.
2) Tes, untuk memperoleh data mengenai kemampuan wawancara.
DAFTAR PUSTAKA
Azhar Arsjad, dkk. 1993. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesa. Jakarta: Erlangga.
Burhan Nurgiyantoro. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Djiwandono, S. 1996. Tes Bahasa dan Pengajaran. Bandung: ITB.
Hendrikus, Dori Wuwur. 1991. Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi,Bernegosiasi.
Keraf, Gorys. 1993. Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa . Ende: Nusa Indah.
Muchlison, dkk. 1996. Pendidikan Bahasa Indonesia 3 modul 1-9. Jakarta: Depdikbud
Mulyadi Adhisupo. Pelatihan Jurnalistik_ Info Jawa 12-15/12/2005. www.infojawa.org
Purwanti Wulandari. 2008. Peningkatan Apresiasi Cerita Pendek Dengan Pendekatan Integratif Membaca dan Mengarang Bagi Siswa Kelas IX A SMP N 1 Tanjungsari Gunungkidul. Thesis. PPS-UNY
Sarwiji Suwandi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta: Uns Press
.
Sri Murtingsih. 2003. “Pembelajaran Menulis Sastra dan Nonsastra di SMU Kelas I secara Terpadu Berdasarkan KBK”. Yogyakarta: Balai Bahasa
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta
Suwarsih Madya. 1994. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: FPBS-IKIP Yogyakarta.
Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC.
Tarigan, Djago. 1986. Teknik Keterampilan Berbicara. Bandung: FPBS IKIP.
Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMA N 2 Metro
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : XI IPS
Standar Kompetensi : Berbicara
1. Mengungkapkan secara lisan informasi hasil membaca dan wawancara
Kompetensi Dasar : 1.2 Menjelaskan hasil wawancara tentang tanggapan narasumber terhadap topik tertentu
Indikator :
· Mencatat pokok-pokok hasil wawancara topik tertentu.
· Membuat rangkuman hasil wawancara dengan kalimat yang efektif.
· Menyampaikan hasil wawancara.
Waktu : 2X45 menit
A. Tujuan Pembelajaran
Menguji keefektifan pendekatan integratif dalam peningkatan kemampuan wawancara siswa kelas XI SMA N 2 Metro.
B. Materi Pembelajaran
1. Dialog yang berupa tanya jawab
2. Daftar pertanyaan
3. Rangkuman hasil wawancara
4. Rangkman hasil diskusi
C. Metode Pembelajaran
1. Tanya Jawab
2. Penugasan
3. Performance (penampilan)
4. Pendekatan Integratif
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Guru mengucapkan salam
b. Guru mempresensi siswa
c. Guru dan siswa bertanya jawab tentang pembelajaran wawancara
2. Kegiatan Inti
a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
b. Siswa diberi tugas mewawancarai narasumber di bidang kesehatan dengan topik wawancara tentang kesehatan
c. Mencatat pokok-pokok hasil wawancara
d. Membuat rangkuman hasil wawancara dengan kalimat yang efektif
e. Mendiskusikan/mempresentasikan rangkuman hasil wawancara dengan topik kesehatan secara berkelompok didepan kelas dengan rincian kelompok yang maju (kelompok 1 dengan topik reproduksi dan kelompok 2 dengan topik kanker serviks).
f. Membuat rangkuman diskusi hasil wawancara (kelompok lain yang tidak maju pun ikut menulis rangkuman diskusi).
3. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa melakukan evaluasi dan refleksi terhadap pembelajaran wawancara yang telah dilaksanakan dan ditutup dengan salam.
E. Sumber Pembelajaran
1. Dawud, dkk.2004. Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
2. Andri Wijaya. 2005. Bahasa Indonesia. Bandung: Titian Ilmu
3. Sumaryo. 2005. Kemampuan Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA kelas XI. Semarang: Aneka Ilmu
4. Surat kabar
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMAN 2 Metro
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : XI IPS
Standar Kompetensi : Berbicara
1. Mengungkapkan secara lisan informasi hasil membaca dan wawancara
Kompetensi Dasar : 1.2 Menjelaskan hasil wawancara tentang tanggapan narasumber terhadap topik tertentu
Indikator :
· Mencatat pokok-pokok hasil wawancara topik tertentu.
· Membuat rangkuman hasil wawancara dengan kalimat yang efektif.
· Menyampaikan hasil wawancara.
Waktu : 2X45 menit
A. Tujuan Pembelajaran
Menguji keefektifan pendekatan integratif dalam peningkatan kemampuan wawancara siswa kelas XI SMAN 2 Metro.
B. Materi Pembelajaran
1. Dialog yan berupa tanya jawab
2. Daftar pertanyaan
3. Rangkuman hasil wawancara
4. Rangkman hasil diskusi
C. Metode Pembelajaran
1. Tanya Jawab
2. Penugasan
3. Performance (penampilan)
4. Pendekatan Integratif
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Guru mengucapkan salam
b. Guru mempresensi siswa
c. Guru dan siswa bertanya jawab tentang pembelajaran wawancara
2. Kegiatan Inti
a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
b. Siswa diberi tugas mewawancarai narasumber di bidang kesehatan dengan topik wawancara tentang kesehatan
c. Mencatat pokok-pokok hasil wawancara
d. Membuat rangkuman hasil wawancara dengan kalimat yang efektif
e. Mendiskusikan/mempresentasikan rangkuman hasil wawancara dengan topik kesehatan secara berkelompok didepan kelas dengan rincian kelompok yang maju (kelompok 3 dengan topik demam berdarah).
f. Membuat rangkuman diskusi hasil wawancara (kelompok lain yang tidak maju pun ikut menulis rangkuman diskusi).
3. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa melakukan evaluasi dan refleksi terhadap pembelajaran wawancara yang telah dilaksanakan dan ditutup dengan salam.
E. Sumber Pembelajaran
Dawud, dkk.2004. Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Andri Wijaya. 2005. Bahasa Indonesia. Bandung: Titian Ilmu
Sumaryo. 2005. Kemampuan Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA kelas XI. Semarang: Aneka Ilmu
Surat kabar
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMAN 2 Metro
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : XI IPS
Standar Kompetensi : Berbicara
1. Mengungkapkan secara lisan informasi hasil membaca dan wawancara
Kompetensi Dasar : 1.2 Menjelaskan hasil wawancara tentang tanggapan narasumber terhadap topik tertentu
Indikator :
· Mencatat pokok-pokok hasil wawancara topik tertentu.
· Membuat rangkuman hasil wawancara dengan kalimat yang efektif.
· Menyampaikan hasil wawancara.
Waktu : 2X45 menit
A. Tujuan Pembelajaran
Menguji keefektifan pendekatan integratif dalam peningkatan kemampuan wawancara siswa kelas XI SMAN 2 Metro.
B. Materi Pembelajaran
1. Dialog yan berupa tanya jawab
2. Daftar pertanyaan
3. Rangkuman hasil wawancara
4. Rangkman hasil diskusi
C. Metode Pembelajaran
1. Tanya Jawab
2. Penugasan
3. Performance (penampilan)
4. Pendekatan Integratif
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Guru mengucapkan salam
b. Guru mempresensi siswa
c. Guru dan siswa bertanya jawab tentang pembelajaran wawancara
2. Kegiatan Inti
a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
b. Siswa diberi tugas mewawancarai narasumber di bidang kesehatan dengan topik wawancara tentang kesehatan
c. Mencatat pokok-pokok hasil wawancara
d. Membuat rangkuman hasil wawancara dengan kalimat yang efektif
e. Mendiskusikan/mempresentasikan rangkuman hasil wawancara dengan topik kesehatan secara berkelompok didepan kelas dengan rincian kelompok yang maju (kelompok 4 dengan topik upaya perbaikan gizi.
f. Membuat rangkuman diskusi hasil wawancara (kelompok lain yang tidak maju pun ikut menulis rangkuman diskusi).
3. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa melakukan evaluasi dan refleksi terhadap pembelajaran wawancara yang telah dilaksanakan dan ditutup dengan salam.
E. Sumber Pembelajaran
Dawud, dkk.2004. Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Andri Wijaya. 2005. Bahasa Indonesia. Bandung: Titian Ilmu
Sumaryo. 2005. Kemampuan Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA kelas XI. Semarang: Aneka Ilmu
Surat kabar
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMAN 2 Metro
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : XI IPS
Standar Kompetensi : Berbicara
1. Mengungkapkan secara lisan informasi hasil membaca dan wawancara
Kompetensi Dasar : 1.2 Menjelaskan hasil wawancara tentang tanggapan narasumber terhadap topik tertentu
Indikator :
· Mencatat pokok-pokok hasil wawancara topik tertentu.
· Membuat rangkuman hasil wawancara dengan kalimat yang efektif.
· Menyampaikan hasil wawancara.
Waktu : 2X45 menit
a. Tujuan Pembelajaran
Menguji keefektifan pendekatan integratif dalam peningkatan kemampuan wawancara siswa kelas XI SMAN 2 Metro.
b. Materi Pembelajaran
1. Dialog yang berupa tanya jawab
2. daftar pertanyaan
3. rangkuman hasil wawancara
4. rangkman hasil diskusi
c. Metode Pembelajaran
1. Tanya Jawab
2. Penugasan
3. Performance (penampilan)
4. Pendekatan Integratif
d. Langkah-langkah Kegiata Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Guru mengucapkan salam
b. Guru mempresensi siswa
c. Guru dan siswa bertanya jawab tentang pembelajaran wawancara
2. Kegiatan Inti
a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
b. Siswa diberi tugas mewawancarai narasumber di bidang kesehatan dengan topik wawancara tentang kesehatan
c. Mencatat pokok-pokok hasil wawancara
d. Membuat rangkuman hasil wawancara dengan kalimat yang efektif
e. Mendiskusikan/mempresentasikan rangkuman hasil wawancara dengan topik kesehatan secara berkelompok didepan kelas dengan rincian kelompok yang maju (kelompok 5 dengan topik Flu babi).
f. Membuat rangkuman diskusi hasil wawancara (kelompok lain yang tidak maju pun ikut menulis rangkuman diskusi).
3. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa melakukan evaluasi dan refleksi terhadap pembelajaran wawancara yang telah dilaksanakan dan ditutup dengan salam.
e. Sumber Pembelajaran
Dawud, dkk.2004. Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Andri Wijaya. 2005. Bahasa Indonesia. Bandung: Titian Ilmu
Sumaryo. 2005. Kemampuan Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA kelas XI. Semarang: Aneka Ilmu
Surat kabar
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMAN 2 Metro
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : XI IPS
Standar Kompetensi : Berbicara
1. Mengungkapkan secara lisan informasi hasil membaca dan wawancara
Kompetensi Dasar : 1.2 Menjelaskan hasil wawancara tentang tanggapan narasumber terhadap topik tertentu
Indikator :
· Mencatat pokok-pokok hasil wawancara topik tertentu.
· Membuat rangkuman hasil wawancara dengan kalimat yang efektif.
· Menyampaikan hasil wawancara.
Waktu : 2X45 menit
a. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat mencatat pokok-pokok hasil wawancara dengan topik tertentu
2. Siswa dapat membuat rangkuman hasil wawancara dengan kalimat yang efektif
3. Siswa mampu menyampaikan hasil wawancara
b. Materi Pembelajaran
1. Dialog yan berupa tanya jawab
2. Daftar pertanyaan
3. Rangkuman hasil wawancara
4. Rangkuman hasil diskusi
c. Metode Pembelajaran
1. Tanya Jawab
2. Penugasan
3. Performance (penampilan)
d. Langkah-langkah Kegiata Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Guru mengucapkan salam
b. Guru mempresensi siswa
c. Guru dan siswa bertanya jawab tentang pembelajaran wawancara
2. Kegiatan Inti
a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
b. Siswa diberi tugas mewawancarai narasumber di bidang kesehatan dengan topik wawancara tentang kesehatan
c. Mencatat pokok-pokok hasil wawancara
d. Membuat rangkuman hasil wawancara dengan kalimat yang efektif
3. Kegiatan Akhir
Siswa dan guru melakukan evaluasi hasil pembelajaran
e. Sumber Pembelajaran
Dawud, dkk.2004. Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Andri Wijaya. 2005. Bahasa Indonesia. Bandung: Titian Ilmu
Sumaryo. 2005. Kemampuan Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMA kelas XI. Semarang: Aneka Ilmu
Surat kabar
TES KEMAMPUAN WAWANCARA
Siswa SMA Negeri 2 Metro
A. Pengantar
Wawancara adalah suatu tanya jawab yang dilakukan dengan seseorang atau narasumber untuk memperoleh informasi tertentu. Supaya dapat membuat wawancara yang baik dan terarah perlu diketahui keterangan-keterangan pribadi yang akan diwawancarai dan mengenai tema wawancara. Orang yang bertanya harus menguasai pokok-pokok yang menjadi bahan wawancara. Sebaliknya, orang yang ditanya harus menguasai tema tidak hanya secara garis besar, tetapi juga secara mendetail. Untuk melakukan wawancara memerlukan persiapan dengan langkah-langklah dan beberapa ketentuan (aturan) yang perlu diperhatikan baik oleh orang yang bertanya, maupun oleh orang yang ditanya, yaitu sebagai berikut.
1) Persiapan Wawancara
a) Sebelum melakukan wawancara hendaknya menguasai persoalan yang akan dipercakapkan, kalau perlu membuat daftar pertanyaan dari yang bersifat umum sampai detail.
b) Tahapan berikutnya menentukan arah permalahan yang digali dengan dilengkapi berbagai berita berkaitan dengan bahan yang akan dijadikan bahan wawancara.
c) Setelah menentukan permasalahan, menetapkan siapa-siapa saja yang akan menjadi nara sumber untuk diwawancarai. Dalam hal ini harus jelas kriterianya mengapa dalam masalah ini harus mewawancarai nara sumber tersebut.
d) Mengenali sifat-sifatnya yang akan menjadi nara sumber sebelum terjadi wawancara. Untuk mengenali lebih dekat nara sumber, bertanya kepada oranglain yang tahu atau dekat dengan nara sumber, atau membaca tulisan dan riwayat hidup termasuk hobi, keluarganya, dan kesukaan lainnya.
e) Sebelum bertatap muka membuat janji dulu sebelum melakukan wawancara, untuk meminta dan menentukan kapan waktu yang luang dan tepat tepat untuk melakukan wawancara, karena biasanya sumber berita person yang sibuk, sehingga pengaturan waktu cukup ketat.
f) Yang tak kalah pentingnya persiapan mental untuk mengadakan wawancara, karena masing-masing pribadi punya karakter yang berbeda, sehingga diperlukan membaca karakter calon nara sumber. Persiapan lainnya, peralatan yang diperlukan antara lain, bloknote, ballpoint, tape recorder atau kamera kalau memang diperlukan. Dianjurkan untuk berpakaian rapi dan menghindari penampilan yang kurang sopan.
2) Aturan Wawancara
a) Penanya sebaiknya mengenal pribadi yang ditanya secara tepat (nama, keahlian, jabatan)
b) Penanya hendaknya memperhatikan jalan pikiran atau hubungan logis antara pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.
c) Untuk tema dan situasi tertentu, sebaiknya penanya memberikan kuessioner kepada orang yang ditanya sebelumnya, sehingga dia dapat menyiapkan diri secara peneliti.
d) Karena hasil wawancara itu direkam atau ditulis secara stenografis, maka sebelum dipublikasikan sebaiknya orang yang ditanya membaca hasil rangkuman sekali lagi. Dengan cara ini dia dapat mengoreksi kesalahan rumusan dari apa yang dikatakannya.
B. Tugas Wawancara
1) Lakukanlah wawancara dengan narasumber dibidang kesehatan, dengan topik tentang kesehatan!
2) Tulislah hasil rangkuman wawancara dengan kalimat yang efektif.
C. Kriteria penilaian:
Aspek yang dinilai dalam pada kemampuan wawancara meliputi beberapa aspek yaitu, aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.
1) Aspek kebahasasan:
a. lafal
b. kosa kata
c. struktur kalimat
2) Aspek non kebahasaan:
a. penguasaan materi
b. kelancaran
c. sikap
nice blog gan,,, mau tau beberapa model dan pendidikan lainnya? klik at http://ilmukami.co.cc
BalasHapusok,bro....
BalasHapusntar dehhh...
klo lg browshing sesuatu
bab 4 nya mana itu gan?
BalasHapus