KAJIAN TOKOH DALAM NOVEL BURUNG-BURUNG MANYAR DAN BEKISAR MERAH

BAB I

PENDAHULUAN


A. Pengertian penokohan dan karakter
Tokoh dan karakter mempunyai peranan yang penting dalam suatu karya sastra naratif. Tokoh menunjuk pada orang atau pelaku yang terdapat dalam suatu cerita atau novel. Sedangkan karakter atau character dapat diartikan “perwatakan”. Menurut Stanton (via Nurgiantoro, 2000 : 165) karakter dapat diartikan kedalam dua makna yaiti sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keiginan, emosi dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut. Sedangkan menurut Abrams (via Nurgiantoro, 2000 : 165) karakter adalah orang atau orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.


B. Pembedaan Tokoh

1. Tokoh utama dan tokoh tambahan
Tokoh utama mendapat perhatian yang lebih dalam suatu karya satra fiksi. Tokoh utama selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lainnya (tokoh tambahan). Tokoh utama sangat penting kedudukannya didalam sebuah novel atau cerita karena tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan.



2. Tokoh protagonis dan antagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi oleh pembaca-yang salah satu jenisnya yang secara populer disebut hero-tokoh yanhg merupakan pengejawantahan norma-norma,nilai-nilai yang ideal menurut pandangan kita (Altenbernd & Lewis, 1966: 59) (via Nurgiantoro, 2000 : 178). Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang menjadi penyebab berbagai konflik dan selalu bertentangan dengan tokoh ptotagonis.

2. Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat
Tokoh sederhana (simple atau flat character) dan tokoh kompleks atau tokoh bulat (coplex atau round character) merupakan penggolongan tokoh berdasarkan perwatakannya. Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya.

3. Tokoh Statis dan Tokoh berkembang
Tokoh statis atau tidak berkembang (static Character) dan tokoh berkembang (developing character) adalah merupakan pembagian tokoh berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan. Tokoh statis adalah tokoh yang secara esensial tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi (Altenbernd & Lewis, via Nurgiyantoro, 2000 : 188). Tokoh berkembang adalah tokoh yang mengalami perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot yang dikisahkan.

4. Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral
Berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap (sekelompok) manusia dari kehidupan nyata, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh tipikal (typical character) dan tokoh netral (neutral character). Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya (Altenbernd & Lewis, via Nurgiyantoro, 2000 : 190), atau sesuatu yang lain yang lebih bersifat mewakili. Sedangkan tokoh netral adalah tokoh dalam suatu cerita yang yang bereksistensi dalam cerita itu sendiri.


C. Pelukisan Rupa, watak atau pribadi seorang tokoh
1. melukiskan bentuk lahir dari pelakon (physical description)
2. Melukiskanjalan pikiran pelakon atau apa yang terlintas dalam pikirannya (portrayal of thrught stream or of concious throught)
3. Melukiskan bagaimana reaksi pelakon itu terhadap kejadian-kejadian (reaction to evens)
4. Pengarang dengan langsung menganalisis watak pelakon (direct author analysis)
5. Pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon (discussion of environment)
6. Pengarang melukiskan bagaimana pandangan-pandangan pelakon lain dalam suatu cerita terhadap pelakon utama itu (reaction of others about/to character)
7. Pelakon-pelakon lainnya dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan pelakon utama (conversation of other about character)


D. TEKNIK PELUKISAN TOKOH

1. Teknik Ekspositori
Teknik ini menggambarkan sutu tokoh dalam suatu cerita dengan memberikan deskripsi atau gambaran secara langsung

2. Teknik dramatik
Teknik pelukisan tokoh ini dilakukan secara tidak langsung. adapun wujud penggambaran teknik dramatik ini adalah:

a. Teknik cakapan
Teknik ini menggunakan percakapan yang dilakuka oleh tokoh-tokoh dalam cerita untuk menggambarkan tokoh-tokoh yang bersangkutan.

b. Teknik tingkah laku
Yaitu mengacu pada tindakan yang bersifat nonoverbal, fisik yaitu yang dilakukan orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku, dalam banyak hal dapat diopandang sebagai penunjukan reaksi, tanggapan, sifat dan sikap yang mencerminkan kediriannya.

c. Teknik pikiran dan perasaan
Teknik ini berdasarkan pada bagaimana keadaan dan jalan pikiran serta perasaan, apa yang melintas dalam pikiran dan perasaan, serta apa yang sering dipikir dan dirasakan oleh tokoh.

d. Teknik arus kesadaran
Merupakan sebuah teknik narasi yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental pokok, dimana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketidaksadaran pikiran, perasaan, ingatan, harapan, dan asosiasi-asosiasi acak.

e. Teknik reaksi tokoh
Yaitu reaksi tikoh terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata dan sikap tingkah laku orang lain yang berupa rangsang dari luar diri tokoh yang bersangkutan.



f. Teknik reaksi tokoh lain
Yaitu suatu penilaian kedirian seorang tokoh (utama) cerita oleh tokoh-tokoh cerita yang lain.

g. Teknik pelukisan latar
Yaitu keadaan latar tertentu dapat menimbulkan kesan yang tertentu pula pada pihak pembaca,]

h. Teknik pelukisan fisik
Adalah suatu teknik melalui pelukisan wujud fisik tokoh sering dikaitkan dengan keadaan kejiwaannya.








SINOPSIS

Burung-burung Manyar

Setadewa atau Teto adalah anak dari Letnan Brajabasuki dan Marice. Marice adalah seorang wanita belanda. Pada waktu kecil Teto sering bermain dengan anak-anak kolong. Ia adalah anak yang sangat pemberani. Setelah besar Teto masuk ke dalam pasukan KNIl karena ingin melampiaskan dendamnya kepada Jepang yang telah menangkap ayahnya serta menjadikan ibunya sebagai gundik Jepang Ia bertemu dengan Mayor Verbruggen yang merupakan kekasih lama dari Marice, ibu Teto. Dalam waktu singkat, teto di ankat menjadi seorang komandan.
Teto mendengar kabar bahwa ibunya menjadi gila karena tak sanggup lagi menahan beban batin, sehingga ia dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa. Selain menerima kabar buruk tersebut, Teto juga merasa terpukul karena ia mendengar bahwa ayahnya bergabung dengan tentara Republik yang memerupakan musuh dari KNIL tempat Teto mengabdi. Selain itu, Larasati atau Atik , teman sepermainan Teto dan juga kekasih Teto juga mengabdi di Kementrian Luar Negeri Indonesia Merdeka.
Setelah kedudukan Belanda di Indonesia tersdesak, Teto menjadi frustasi. Kemudian ia memutuskan meninggalkan Indonesia dan masuk Universitas Havard jurusan komputer di Amerika. Setelah luluis dari Universitas Havard dan mendapar gelar doktor, Teto bekerja di sebuah perusahaan besar yaitu Pasific Oil Wells Company yang menjalin hubungan kerja dengan Indonesia. IA diamgkat menjadi direktur di perusahaan itu.
Di Amerika Teto telah mempunyai istri bernama Barbara, tetapi karena tidak ada kecocokkan lagi Teto menceraikannya. Pada saat-saat seperti itu, hasratnya ingin kembali ke Indonesia mulai tumbuh. Hal itu juga disebabkan karena Teto mengetahui adanya kecurangan perhitungan komputer yang dilakukan oleh perusahaannya terhadap pihak Indonesia.

Sesampainya di Indonesia Ia sangat ingin bertemu dengan Atik namun dia meras sangat malu karena ia telah berkhianat kepada bangsanya sendiri. Ketika mendengar bahwa Atik hendak melakukan presentasi tesis untuk meraih gelar doktor, secara diam-diam Teto hadir.
Walau Teto sudah berusaha keras menahan hasrat hatinya untuk bertemu dengan Atik namun kenyataan nasibnya lain. Esoknya tanpa diduga Atik dan suaminya mengunjungi tempat ia menginap. Akhirnya Teto tinggal bersama keluarga Atik atas keinginan Atik, suami, dan ibunya.
Hubungan Teto dengan keluarga Atik semakin hari semakin hangat. Usaha Teto hendak membongkar kecurangan yang dilakukan oleh perusahaannya didukung penuh oleh suami Atik. Kecurangan itu berhasil dibongkar, akibatnya Teto dipecat dari perusahaannya. Nasib tragis juga dialami oleh suami Atik, iapun dikeluarkan dari pekerjaannya.
Setelah mengalami nasib tragis tersebut, kemalangan yang lebih menyedihkan menimpa Teto. Atik dan Janakatamsi yang sedang naik haji mengalami kecelakaan sehingga meninggal dunia. Demi membalas kebaikan keluarga Atik, demi cintanya kepada Atik dan menebus segala kesalahannyayang dahulu, Teto mengangkat ketiga anak hasil perkawinan Atik dengan Janakatamsi sebagai anaknya sendiri dan berjanji akan menjaga dan memelihara mereka.


Bekisar Merah

Di Desa Karangsoga, Darsa bekerja sebagai penyadap nira kelapa. Ia memiliki seorang istri yang sangat cantik bernama Lasiyah, anak mbok Wisyaji. Pak Wisyaji sendiri adalah paman darsa. Setiap hari Lasi membantu suaminya mencari kayu baker dan mengolah nira menjadi gula. Kehidupan penduduk karangsoga yang mayoritas penyadap nira sangatlah miskin. Sebab harga satu kilo gula selalu lebih rendah dari sekilo beras. Kebanyakan penyadap nira itu menjual gula mereka ke Pak Tir seorang tengkulak gula yang kaya di desa Karangsoga
Suatu hari Darsa terjatuh dari pohon kelapa. Ia dibawa ke rumah sakit. Tetapi karena berdah syaraf dan tak mampu membiayai, Darsa dirawat di rumah. Ternyata ia terkena gangguan pada syaraf kandung kemih sehingga Darsa ngompol terus dan impotent. Darsa dirawat oleh Bunek seorang dukun bayi sekaligus tukang pijat. Beberapa bulan dirawat oleh Bunek, Darsa mengalami kemajuan bahkan bias sembuh. Akan tetapi Darsa di jebak oleh Bunek dengan menyuruhnya membuktikan kejantanannya kepada anak bungsu Bunek, Sipah yang pincang. Bunek tak ingin anak bungsunya itu menjadi perawan tua, sedangkan Darsa sendiri merasa “rikuh” menolak permintaan Bunek yang telah menyembuhkannya.
Peristiwaini adalah awal kehancuran rumah tangga Darsa. Lasi minggat ke Jakarta dengan memaksa Prdi, supir truk Pak Tir yang biasa menganttar gula ke Jakarta. Di Jakarta, Lasi dititipkan diwarung BuU Koneng. Ternyata Bu Koneng menjual Lasi kepada Bu Lanting secara halus. Di ruamah Bu Lanting, Lasi dimanjakan. Bu lanting bermaksud menjual Lasi kepada Handarbeni seorang overste purnawirawan yang sedang mencari “bekisar” untuk dijadikan gundik. Istilah bekisar dinisbatkan pada Lasi yang ternyata seorang turunan Jepang. Memang ayah Lasi adalah seorang tentara Jepang yang tertarik dengan mbok Wiryaji muda. Tetapi si Jepang itu pergi semasa Lasi belum lahir dan dikabarkan tewas. Waktu kecil Lasi memang sering diolok-olok teman-temannya dengan sebutan Lasi-pang atau Lasi anak jepang, kecuali Kanjat anak Pak Tir. Walaupun umur kanjat lebih muda dari lasi, tetapi ia selalu ingin melindungi Lasi . ketika diperlihatkan foto Lasi yang berpakaian kimono, Handarbeni sangat tertarik. Katanya mirip artis Jepang Haruko Wanibuchi yang sangat digandruginya.

Lasi tak bias menolak tawaran Bu lanting untuk menjadikan dirinya sebagai gundik Handarbeni karena ia merasa “kepotangan budi”. Dengan

Komentar

Postingan Populer